Yurni (11), salah satu siswa sekolah dasar di Dusun Reda Meter, Desa Kadu Eta, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) mesti berjuang demi menimba ilmu. Ia harus rela menembus hutan demi sebuah cita-citanya yang ingin menjadi polisi wanita.
Nasib anak di pedalaman ini tentunya tak seindah anak Indonesia pada umumnya. Yurni hidup di kawasan hutan belantara jauh dari kebisingan kota. Bahkan, tak ada listrik di rumahnya. Sehingga ia harus menggunakan pelita saat belajar di malam hari.
Setiap hari, ia bersama 3 temannya harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumahnya di Dusun Pemutuingi, Desa Magho Linyo untuk pergi sekolah. Tanpa alas kaki, ia sudah terbiasa melewati jalan terjal dan tak beraspal di tengah hutan demi sampai ke sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalo bangun pagi, mandi lalu berangkat, masih gelap lewati hutan, Pas masih berangkat belum ada matahari," ucap siswi kelas VI kepada detikcom baru-baru ini.
Meski dalam kondisi seperti itu, siswa-siswi SDN Reda Meter nampak semangat dalam menimba ilmu. Terlebih dengan adanya bantuan 5 unit laptop dari ASUS Indonesia untuk SDN Reda Meter, ia mengaku senang bisa mulai mengenal perangkat teknologi.
"Udah bisa laptop, tadi udah bisa ketik nama, aku senang sih, bisa untuk belajar," kata Yurni.
![]() |
Sementara itu, salah satu guru SDN Reda Meter, Agung Ridwan Asmaka menjelaskan sebetulnya ratusan anak-anak didiknya ini sudah memiliki sepatu. Namun, sebagian anak-anak lebih senang tak memakai alas kaki, terlebih saat melewati kawasan hutan.
"Anak-anak sebetulnya sudah pada punya sepatu, tapi jarang yang memakai sepatu. Sama karena menyusuri hutan, karena kalau pakai sepatu kan nanti kotor semua. Makanya saya gak terlalu menuntut anak-anak memakai sepatu," jelas Agung.
Sebagai informasi, pada Rabu (28/12) dilakukan penyerahan bantuan unit laptop dari ASUS Indonesia untuk SDN Reda Meter, Sumba Barat Daya. Program CSR ini merupakan hasil kolaborasi ASUS Indonesia bersama CTARSA Foundation demi mengenalkan teknologi kepada anak-anak di pelosok Tanah Air.
Operational Manager CTARSA Foundation, Nurhasanah Shihab mengaku bersyukur pihaknya bisa berkolaborasi dengan perusahaan di bidang teknologi untuk bisa bekerja sama untuk mencerdaskan anak bangsa.
"Ini media yang dibantu itu laptop, menjadi salah satu media penghubung bagaimana kesenjangan teknologi antara anak-anak di pelosok dengan di kota itu berkurang. Artinya mereka bisa mengakses lebih mudah dengan dibimbing oleh relawan tadi yang kita punya dan juga guru-guru lainnya yang sudah terlatih," ujar wanita yang akrab disapa Nana ini.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Reda Meter Paulina Pati Bebe mengaku bersyukur dengan adanya bantuan laptop tersebut. Sebelumnya, siswa SDN Reda Meter mesti meminjam laptop dari sekolah lain untuk kebutuhan pembelajaran yang mengharuskan menggunakan perangkat laptop.
"Saya sangat berterima kasih, terlebih kepada ASUS Indonesia yang sangat memperhatikan kami. Dengan senang hati kami menerimanya, untuk kebutuhan kami," ucapnya.
(akn/ega)