Akhir tahun hanya tinggal menghitung jam. Biasanya, masyarakat sudah memiliki rencana untuk bepergian bersama keluarga, terutama ke tempat wisata.
Mobilisasi lalu lintas atau tempat-tempat wisata akan dipadati oleh masyarakat pada 31 Desember 2022. Fenomena ini akan menimbulkan risiko dari dampak potensi bencana yang terjadi.
Berkaitan dengan itu, ahli geomorfologi di Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr rer nat Muhammad Anggri Setiawan, MSi mengingatkan masyarakat untuk waspada terkait potensi bencana akhir tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebencanaan itu bisa dilihat dari risikonya. Risiko menjelang akhir tahun itu akan tinggi karena semakin banyak orang yang berkumpul di tempat-tempat wisata dalam jumlah yang besar dan mobilitasnya tinggi," ujarnya, dikutip dari laman resmi kampus pada Jumat (30/12/2022).
Mobilisasi Tinggi Tingkatkan Risiko Kerusakan hingga Kerugian
Menurutnya, tidak ada hubungan antara periode akhir tahun dengan penyebab terjadinya bencana alam. Dengan adanya mobilitas tinggi masyarakat, maka risiko kerusakan atau kerugian yang terjadi jika ada bencana akan meningkat.
Berbanding terbalik dengan potensi kerusakan bencana, sektor pariwisata pada momen akhir tahun umumnya akan dimaksimalkan karena potensi pengunjung akan tinggi.
Nah hal ini menjadi persoalan terkait mana yang harus menjadi prioritas, antara pariwisata atau potensi bencana.
Anggri menuturkan, kondisi saat ini di patahan Pulau Jawa, Sulawesi, atau Sumatera terlampau aktif. Ini terbukti di BMKG terlihat hampir setiap hari terjadi gempa, hanya saja titik gempanya dalam sehingga magnitudonya tidak besar.
"Saya kira sebaiknya kita bisa mengantisipasi akan potensi bencana ini. Tentunya di setiap stakeholder sudah harus berkoordinasi," lanjutnya.
Kondisi Siaga Darurat
Menurutnya, saat ini kondisi bisa dikatakan sebagai siaga darurat, di mana pihak berwenang membentuk rencana penanganan untuk menghadapi potensi bencana dalam risiko tertentu.
Adapun ketika bencana sesungguhnya terjadi, stakeholder diharapkan mampu bekerja secara tanggap dalam mitigasi bencana.
Di sisi lain, masyarakat dapat memperhatikan kondisi alam melalui informasi dari BMKG ataupun sumber lain yang kredibel.
Umumnya, situasi bencana memang tidak menjadi pertimbangan bagi masyarakat saat bepergian karena potensi bencana ada di mana saja dan kapan saja.
"Tetapi sebagai pihak yang mempelajari tentang geografi, kami memahami bahwa bencana itu sebenarnya ada trend-nya. Nah karena saat ini trend-nya adalah kondisi kegempaan dan cuaca dengan curah hujan tinggi, seharusnya masyarakat bisa mengantisipasi diri agar tidak berada dalam kondisi rentan," urai Anggri.
Pesan untuk Masyarakat Terkait Potensi Bencana Akhir Tahun
Di akhir, dosen Fakultas Geografi UGM itu memberikan pesan pada masyarakat agar selalu ingat bahwa negara ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, tapi disertai dengan potensi bencana.
Selain itu masyarakat juga harus waspada apabila telah mendapat peringatan tentang potensi bencana, sebaiknya berhati-hati dan tidak mengabaikan peringatan tersebut.
(aeb/faz)