Gempa bumi hingga saat ini belum bisa diprediksi waktu dan pusat gempanya. Pekerjaan rumah besar bagi para ilmuwan hingga saat ini. Nah, sekelompok ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan alat pendeteksi gejala awal gempa bumi. Sempat mendeteksi gejala awal gempa Cianjur.
Tim Peneliti Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol (SSTK) di Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, UGM yang dipimpin Prof Ir Sunarno, MEng, PhD, IPU sebenarnya telah berhasil mengembangkan penelitian mengenai sistem peringatan dini (Early Warning System) gempa bumi sejak tahun 2013. Sistem EWS tersebut didasarkan pada pengukuran konsentrasi gas radon dan groundwater level 1-3.
"Hingga bulan November 2022, tim peneliti telah memiliki tujuh stasiun telemonitoring yang berada di Provinsi Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur," ujar Sunarno, di Fakultas Teknik UGM, seperti dilansir laman UGM Senin (28/11), dan dikutip detikEdu, Selasa (29/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode ini pernah diuji tim peneliti pada akhir 2021 lalu. Hasilnya, berhasil memprediksi 1-4 hari sebelum terjadinya gempa bumi dengan magnitudo lebih dari M 4,5 di area prediksi Aceh hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) atau di kawasan lempeng Samudera Indo-Australia.
Cara Prediksi Gejala Awal Gempa
Prediksi dibangun berdasarkan fluktuasi prekursor alias pertanda yang mendahului, konsentrasi gas radon dan groundwater level 4-5.
"Data pengukuran konsentrasi gas radon dilakukan mulai tanggal 1 November 2022 hingga tanggal 22 November 2022 di stasiun telemonitoring konsentrasi gas radon Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.
Sunarno menjabarkan, hasil konsentrasi gas radon meningkat lebih dari 9 kali lipat pada sebelum kejadian gempa Bengkulu M 6,8 pada 18 November dan gempa Cianjur M 5,6 pada 21 November.
Berdasarkan algoritma prediksi waktu terjadinya gempa bumi yang diintegrasikan dengan pesan otomatis melalui aplikasi Telegram terdapat peringatan pada sistem peringatan dini gempa bumi yang telah dirancang oleh tim peneliti.
"Ketika sistem mengirimkan status 'waspada', maka prediksi gempa bumi 1-4 hari ke depan akan terjadi di daerah antara Aceh hingga Nusa Tenggara Timur dengan magnitude lebih dari M 4,5," ungkapnya.
Berdasarkan status 'waspada' pada tanggal 18 November 2022 tersebut, Sunarno lebih detail menjelaskan dalam 1-4 hari ke depan akan terjadi gempa dengan magnitudo lebih dari M4,5. Hanya saja, tim peneliti EWS Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM tidak memiliki hak untuk mengumumkan hasil prediksi tersebut kepada publik.
USGS (United State of Geological Survey), imbuh Sunarno, menyampaikan bahwa sistem peringatan gempa Bumi yang ideal terdiri dari tanggal dan waktu, magnitudo, dan lokasi.
"Sistem peringatan dini gempa Bumi yang dirancang oleh tim peneliti EWS Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM ini masih dalam pengembangan untuk mencapai sistem peringatan dini gempa Bumi yang ideal yakni lebih spesifik pada waktu, magnitudo, dan lokasi gempa," pungkas dia.
(nwk/pal)