Cerita Prilly Ngajar di UGM: Berkain Batik hingga Diskusi Kasus Artis

ADVERTISEMENT

Cerita Prilly Ngajar di UGM: Berkain Batik hingga Diskusi Kasus Artis

fahri zulfikar - detikEdu
Kamis, 10 Nov 2022 16:30 WIB
Gaya Prilly Latuconsina mengajar di UGM (Fahri Zulfikar/detikcom)
Foto: Gaya Prilly Latuconsina mengajar di UGM (Fahri Zulfikar/detikcom)
Jakarta -

Prilly Latuconsina baru saja menyelesaikan kelas perkuliahan di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai dosen pada Kamis siang, (10/11/2022). Kehadiran Prilly sebagai dosen di Program Praktisi Mengajar ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya dilakukan pada September 2022 lalu.

Pada perkuliahan kedua ini, Prilly kembali mengajar dalam mata kuliah Kajian Selebritis. Pembahasan yang diajarkan ke mahasiswa berjudul "Selebritas dan Media". Dia mengaku bahwa materi yang disampaikan kali ini berbeda dengan pertemuan pertama.

"Materi yang disampaikan itu lanjutan dari materi (pertemuan pertama) kemarin. Ini kita mempelajari soal media dan crisis handling. Jadi selain mempelajari kajian selebritasnya di sini juga mempelajari bagaimana kita membaca situasi, memitigasi risiko, dan juga meng-handle suatu krisis," ucap Prilly saat ditemui usai mengajar di Gedung Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Yogyakarta, Kamis (10/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mempelajari juga soal public relation, bagaimana kita bisa menghadapi suatu krisis. Jadi hari ini pembahasannya lebih kompleks daripada pertemuan pertama yang mengenalkan materi. Sekarang lebih banyak studi kasus yang dibahas," tambah Prilly.

Mahasiswa Lebih Aktif Merespons

ADVERTISEMENT
Gaya Prilly Latuconsina mengajar di UGM (Fahri Zulfikar/detikcom)Gaya Prilly Latuconsina mengajar di UGM (Fahri Zulfikar/detikcom) Foto: Gaya Prilly Latuconsina mengajar di UGM (Fahri Zulfikar/detikcom)

Saat ditanya tentang perbedaan dengan saat mengajar September 2022 lalu, Prilly mengaku mahasiswa yang ikut kelas kali ini lebih aktif.

Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena di pertemuan pertama masih ada yang malu-malu. Namun di pertemuan kedua, pembahasan studi kasus membuat mahasiswa aktif berdiskusi.

"Yang lebih menarik tuh mahasiswa lebih aktif. Mungkin awal-awal masih malu bertanya tapi sekarang, mahasiswa lebih aktif. Karena membahasnya studi kasus jadi pertanyaan mereka buka sekadar tanya-jawab saja tapi kita membahas per satu kasus yang terjadi di industri kreatif, film, entertainment juga," kata Prilly.

"Jadi kita membahas satu kasus, kita bahas, kita diskusi, jadi menurut aku kelas hari ini lebih interaktif dan lebih banyak insight yang didapatkan."

Bahas Kasus Artis Hollywood

Adapun studi kasus yang dibahas dalam perkuliahan Prilly, salah satunya adalah kasus artis Hollywood yang mengalami cancel culture atau budaya mengembalikan kepercayaan selebriti yang dianggap telah melakukan hal negatif.

Umumnya, pada kasus cancel culture, artis tidak lagi dipercaya opininya atau bahkan publik menganggap suaranya tidak layak didengar. Melalui kasus tersebut, Prilly mengajak mahasiswa untuk melihat studi kasus dan mengkajinya dengan ilmu komunikasi yang ada di industri selebriti.

Menurut Prilly, contoh cancel culture di luar menjadi referensi studi kasus karena lebih kencang daripada di Indonesia. Salah satunya, saat di luar negeri ada kasus seperti itu, semua hal tentang artis terkait akan mengalami cancel termasuk dari sisi pandangan medianya.

"Bagaimana artis Hollywood menghadapi masalah tersebut, dengan strategi komunikasi apa dan bagaimana publisher-nya membuat aktor tersebut bangkit dari cancel culture tersebut," terangnya.

Pakai Kain Batik untuk Memberi Contoh Mahasiswa

Selain materi perkuliahan, Prilly juga memberi contoh lain terkait budaya kepada mahasiswa melalui pakaian yang dikenakan saat mengajar.

Dengan memakai atasan berwarna putih dan kain batik berwarna kehijauan, Prilly bercerita ingin menyesuaikan dengan budaya kental Yogyakarta.

"Hari ini saya ingin berkain karena lagi suka berkain aja. Sekalian kan ini Jogja gitu ya. Saya tu ngerasa kalo di Jogja suasananya sakral. Budayanya lebih kental," lanjut dia.

"Jadi saya pengin pakai batik, pengen ngasih unjuk juga ke anak-anak bahwa pakai batik dan berkain tuh fashionable juga, lo. Bisa dipake di segala occassion, bukan cuma pas kondangan doang," tuturnya.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads