Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh mengapresiasi langkah Institut Pertanian Bogor (IPB) University yang menyertakan dana abadi dalam skema SUKUK Wakaf pivate placement. Mantan Menteri Pemdidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini menyebut, IPB University merupakan kampus kedua dan terbesar yang menginvestasikan dana abadinya melalui SUKUK Wakaf.
"Jadi intinya satu, atas nama BWI saya menyampaikan rasa teri makasih yang luar biasa, terobosan yang diambil oleh IPB melalui privat placemen di cash link SUKUK. Jadi ada satu mekanisme wakaf tunai tapi dikaitkan dengan SUKUK. Jadi IPB yang punya dana Rp 200 miliar itu (istilah mudahnya) dibelikan SUKUK yang dijamin oleh negara tetapi dikaitkan dengan wakaf," kata Mohammad Nuh di kampus IPB University Dramaga Bogor, Kamis (22/9/2022).
"IPB sekarang (investasikan) Rp 200 miliar. IPB jadi kampus kedua, tetapi paling besar nilainya. Jadi ITS Kampus pertama yang berwakaf, IPB yang berwakaf terbesar," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari dana Rp 200 miliar yang diivestasikan, kata M Nuh, IPB akan mendapat pengembalian sebesar 6 persen dari total dana yang diinvestasikan. Dana itu bisa digunakan untuk kegiatan pembangunan dan beasiswa.
"Tentu ada returnnya, ada bagi hasilnya. Bagi hasilnya, cash wakaf instrumen SUKUK itu lebih tinggi dari deposito sekarang, yaitu 6 persen. Nanti IPB dapat dari 6 persen dari 200 miliar itu. Untuk apa, untuk kegiatan IPB, entah itu beasiswa, atau untuk yang lain-lain," terangnya.
Mohammad Nuh menjelaskan, pengelolaan dana abadi sebenarnya sudah mulai dikenal dan dilakukan sejak tahun 800 oleh perguruan tinggi pertama, Al Qarawiyyin. Selanjutnya oleh Universitas Al-Azhar pada tahun 900-an. Sedangkan perguruan tinggi modern seperti Stanford dan Harvard baru mulai mengelola dana abadi sejak tahun 1.400-an.
"Jadi dalam skema wakaf itu, sekarang dapat, nanti juga dapat, karena dana abadi itu asal-usulnya dari wakaf. Jadi sebenarnya perguruan tinggi kaya Standford, Harvard yang sekarang punya dana abadi yang luar biasa itu idenya adalah dari wakaf," ungkap Mohammad Nuh.
"Yang dimulai dari perguruan tinggi pertama di tahun 800 itu Al Qarawiyyin, nah habis itu dilanjutkan oleh Al Azhar tahun 900-an. Stanford, Harvard dan seterusnya itu tahun 1400, 1600-an. Nah idenya dari situ cuma kita nggak ngembangin. Nah sekarang Alhamdulillah kita tumbuhkan kembali," tambahnya.
IPB University melakukan kerja sama dengan BWI untuk pengelolaan investasi dana abadi pada instrumen SUKUK wakaf private placement.
"Jadi hari ini penandatanganan pengelolaan investasi dana IPB di instrumen sub wakaf private placement. Ini adalah sebuah instrumen yang dibuat pemerintah dalam hal ini oleh Badan Wakaf Indonesia dan kita Alhamdulillah memiliki dana abadi, kita menempatkan kurang lebih Rp 200 miliar," kata Rektor IPB University Arif Satria, di tempat yang sama.
Arif menyebutkan, sebagian infrastruktur di IPB dibangun melalui pengelolaan dana wakaf. Mulai dari pembangunan pemakaman, water station, sarana air bersih, wakaf ternak, hingga wakaf sawah.
"Karena kan IPB sudah menjadi nadzir. IPB sekarang sudah menjadi nadzir dan berhak mengelola dana wakaf, dan sebagian pembangunan infrastruktur IPB sebagian sudah mulai dibiayai oleh wakaf, untuk pemakaman, untuk water station, untuk air bersih. Kemudian juga sekarang juga sedang dibangun untuk wakaf ternak, wakaf sawah, dan juga wakaf-wakaf lain," ungkapnya.
Arif berharap dengan adanya fasilitas SUKUK Wakaf private placement, semakin banyak pihak yang terdorong untuk berwakaf, baik secara keuangan, aset, hingga kekayaan intelektual.
"Mudah-mudahan dengan adanya ini, kita semakin banyak membangun literasi wakaf, awarnes tentang wakaf. Kalau itu terjadi saya kira akan sangat bagus sekali untuk mendorong orang semakin mewakafkan, baik secara finansial, aset, maupun kekayaan intelektual, dan literasi wakaf ini menurut saya harus terus digaungkan," demikian Arif.
(nwy/nwy)