Guru besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr. Gunarti Dwi Lestari, M.Si., M.Pd., memaparkan beberapa contoh terkait model pembelajaran Cooperative Learning pada webinar Selasa Seru, Selasa (12/7/2022). Menurutnya, model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak, melatih kepekaan anak, dan memotivasi anak dalam hal pembelajaran.
Dikutip dari laman Kemendikbud, Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain dalam kelas. Hasil kelompok tersebut kemudian ditelaah dan ditanggapi, sehingga terjadi proses belajar yang aktif dan dinamis.
"Kalau kita bahas Cooperative Learning itu ada banyak jenisnya ya," ujar Prof Gunarti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Guru Besar Unesa itu memaparkan 6 jenis pembelajaran Cooperative Learning, ia berharap model tersebut dapat diimplementasikan oleh para guru dalam kegiatan belajar mengajar. Berikut pemaparan terkait jenis-jenis pembelajaran Cooperative Learning.
1. Jigsaw
Siswa nantinya dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang, masing-masing akan diberi tugas yang berbeda oleh guru. Lalu, nantinya siswa yang memiliki tugas sama akan bergabung dan membentuk kesepakatan tentang jawaban dari tugasnya.
Setelah itu, siswa kembali ke kelompok masing-masing dan secara bergiliran menyampaikan hasil melalui presentasi kelompok.
2. Snowball Throwing
Jenis Cooperative Learning yang kedua yaitu snowball throwing. Nantinya, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan ketua kelompok akan dipanggil untuk dijelaskan terkait materi pelajaran. Setelah itu, ketua kelompok menjelaskan ulang materi kepada teman-temannya.
Jika sudah, masing-masing siswa menuliskan satu pertanyaan pada kertas dan dibentuk seperti bola, lalu dilempar-lempar selama 5 detik. Siswa yang terkena lemparan bola kertas harus menjawab pertanyaan tersebut.
"Enak lho kalau ini bisa dilakukan, sehingga gurunya benar-benar berfungsi sebagai fasilitator," katanya.
Seperti yang diketahui, pada Kurikulum Merdeka, peran guru dan sekolah lebih sebagai fasilitator pendidikan. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana Merdeka Belajar dari para siswa.
3. Dua Tinggal, Dua Tamu
Pada jenis pembelajaran Cooperative Learning dua tinggal, dua tamu, siswa akan dibentuk satu kelompok dengan anggota sebanyak 4 orang. Kemudian, siswa diberikan tugas untuk berdiskusi. Setelah selesai, dua siswa bertemu ke kelompok lain.
Sedangkan dua siswa lainnya tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya. Lalu, tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
4. Concept Sentence
Dalam concept sentence ini, guru akan menyajikan materi secukupnya dan membentuk kelompok beranggotakan 4 siswa. Lalu, guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang dibahas, tiap kelompok harus membuat beberapa kalimat dengan menggunakan kata kunci tersebut. Setelah selesai, siswa diwajibkan mempresentasikan hasil dan kesimpulan.
5. Time Token
Pada metode ini, siswa akan diberi "kartu bicara" yang berfungsi untuk menyampaikan pendapat dengan cara menyerahkan satu buah kartunya. Demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.
6. Mencari Pasangan
Selanjutnya metode mencari pasangan. Jadi, pada model ini, siswa akan diberikan kartu-kartu yang berpasangan. Sebagai contoh, nama raja-kerajaan, nama candi-tempat, nama organisasi-tokoh, dan lainnya. Lalu, tiap anak akan memegang satu kartu dan ditunjukkan ke teman-temannya.
Dari kartu itu, siswa harus mencari pasangan sesuai dengan kartu yang di bawahnya dan berdiskusi sebentar untuk menjelaskan terkait pasangan kartu tersebut.
"Ini kan boleh menyesuaikan pada mata pelajaran, pada konten yang relevan. Wah pasti senang para siswa, nanti dicoba ya teman-teman," jelas Guru Besar Unesa itu.
(nwy/nwy)