Alumnus prodi Akuntansi Universitas Airlangga (Unair) angkatan 2003 Sunarto tercatat sebagai pendiri perusahaan konsultan pajak di Surabaya. Pihaknya menyediakan beasiswa sebesar Rp100 juta untuk mahasiswa. Sunarto bercerita, langkah tersebut juga berangkat dari perjalanan hidup yang tidak mudah.
Ia mengatakan, tidak seperti siswa kebanyakan, setelah lulus dari Politeknik Negeri Malang, Sunarto terpaksa mengurung niat melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya.
"Sebelum punya tekad, saya dekat dengan obat-obat pertanian yang baunya menyengat,'' ucap Sunarto melalui laman resmi Unair, Senin (21/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, ia bekerja menjadi penjaga toko pertanian milik pamannya. Sayangnya, toko itu memiliki jumlah pengunjung yang sedikit. Kondisi ini membulatkan tekad pria kelahiran Nganjuk tersebut memperbaiki hidup melalui pendidikan.
Jual Barang untuk Biaya Kuliah
Ia mengatakan, keputusan untuk kuliah menjadi kontroversi di keluarga besarnya. Salah satu anggapan yang dilontorkan yaitu banyak sarjana memiliki pekerjaan biasa saja. Namun menurut Sunarto, ucapan tersebut menjadi bahan bakar semangat melawan stigma.
Sunarto menilai, pendidikan bisa mengubah hidupnya. Terlebih, ia mengaku juga gemar belajar. Ia mengingat, orang tuanya akhirnya menjual beberapa barang berharga untuk mencukupi biaya kuliahnya.
Di tengah perjalanan menyelesaikan skripsi dan bekerja, sambungnya, ia mendapat cobaan dengan kepergian ibunya.
"Kamis dapat jadwal sidang, persis hari Minggunya Allah lebih sayang sama Ibu dan meringankan sakitnya. Sebetulnya terngiang jelas suara Ibu yang bilang akan melihat saya sidang. Yah, benar Ibu melihat tetapi dari tempat lain yang InsyaAllah lebih baik,'' tutur Sunarto.
Memberi Beasiswa
Setelah lulus, Sunarto meniti karir di salah satu firma konsultan pajak di Indonesia. Perjalanan hidupnya kelak mendorong Sunarto untuk mundur dari firma tersebut dan mendirikan perusahaan konsultan pajak bernama Artax.
"Artax ini artinya hakikat kehidupan dalam kemakmuran, mimpi seorang sarjana pertama di desa kecil Nganjuk yang memiliki kantor sendiri,'' tuturnya.
Sunarto mengatakan, pihaknya juga kemudian menyiapkan beasiswa bagi mahasiswa. Langkah ini, sambungnya, merupakan salah satu bentuk kontribusinya dalam hal pendidikan.
"Awalnya saya pengen buat sekolah akuntansi dan perpajakan, semacam Artax school free of cash. Tapi ternyata itu tidak mudah ya. Jadi sederhana dulu saya siapkan aja beasiswa 100 juta untuk lima mahasiswa. Kemudian awardee-nya juga kami bekali ilmu,'' pungkas Sunarto.
(twu/twu)