Perkenalkan Diva, Doktor Termuda Usia 24 Tahun di Wisuda ke-124 ITS

ADVERTISEMENT

Perkenalkan Diva, Doktor Termuda Usia 24 Tahun di Wisuda ke-124 ITS

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 28 Sep 2021 08:20 WIB
lulusan doktor termuda wisuda ke-124 ITS
Foto: Dok. ITS/Perkenalkan Diva, Doktor Termuda Usia 24 Tahun di Wisuda ke-124 ITS
Jakarta -

Pada wisuda ke-124 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Minggu (10/10) mendatang, ada salah satu calon penyandang predikat doktor yang memiliki kisah menarik. Sosok tersebut adalah Diva Kurnianingtyas.

Dalam wisuda ITS ke-124 ini, Diva menjadi lulusan doktor termuda. Kini, usianya baru 24 tahun 9 bulan.

Gadis kelahiran Malang, 13 Desember 1996 tersebut sebelumnya memperoleh gelar sarjana di Teknik Informatika di Universitas Brawijaya. Saat itu, ia menempuh studi selama 3,5 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak langsung melanjutkan jenjang magister, Diva terlebih dulu bekerja di bidang Data Engineering selama tiga bulan. Hingga akhirnya ia meneruskan studi dengan jalur beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di ITS.

Pada jenjang S2, ia mengambil jurusan teknik Sistem dan Industri. "Saya di ITS menempuh studi S2 selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun," tutur Diva dalam rilis pers yang diterima detikEdu (27/09/2021).

ADVERTISEMENT

Motivasinya melanjutkan pendidikan hingga gelar doktor, tak lain adalah karena ibunya. Diva ingin membahagiakan dan membanggakan ibunya.

"Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi karena keinginan serta doa beliau, saya bisa mencapai titik ini," terang Diva.

Sebagai mahasiswa termuda, Diva mengaku banyak tantangan yang dirasakan. Ia harus belajar secara tepat agar lulus tepat waktu. Usianya yang muda juga diakui menjadi tantangan mental tersendiri. Khususnya tentang bagaimana mengendalikan emosi dan menerima situasi yang tidak sesuai harapan.

"Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya," jelasnya.

Gadis asal Kota Malang ini banyak mengembangkan diri dalam kegiatan proyek dan penelitian selama kuliah. Ia beberapa kali menyajikan penelitiannya dalam konferensi internasional hingga publikasi jurnal terindeks Scopus.

Diva menambahkan, "Sejauh ini, bidang yang saya tekuni adalah Perencanaan dan Manajemen Kesehatan, Pemodelan Simulasi, Data Mining, Pemrograman serta Optimasi."

Dalam disertasinya, Diva mengangkat topik tentang perancangan, pengembangan, dan perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional. Hal ini ia tujukan agar mendapat strategi alternatif mengenai mekanisme rujukan kesehatan supaya anggara keuangan stabil, premi dapat dijangkau, dan kualitas program meningkat.

Dalam penelitian disertasinya, DIva menemukan faktor krusial yang menjadi penyebab defisit keuangan. Fenomena ini terjadi karena kepatuhan peserta dalam membayar premi per bukan dan tidak efektifnya sistem rujukan.

Mengubah rujukan atau penetapan premi peserta merupakan solusi yang layak dipertimbangkan, meskipun banyak dari mereka yang menunggak pembayaran. "Hal ini karena dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit," kata gadis yang ingin jadi dosen ini.

Nantinya, Diva ingin fokus meningkatkan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem kesehatan. Ini adalah bentuk implementasinya sebagai lulusan Teknik Informatika serta Teknik Sistem dan Industri. "Pastinya, saya ingin ilmu yang saya terima bisa bermanfaat bagi diri saya dan orang lain," tegasnya.

Dirinya juga berpesan pada mahasiswa ITS, terkhusus yang sedang menempuh S3. "Seringkali kita melupakan bahwa setiap orang memiliki ujian dan jalan hidup yang berbeda, kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain apalagi sampai menghakiminya. Tetap semangat untuk menyelesaikannya," ujarnya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads