RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Bawah, Ekonom : Perbaiki Pendidikan

ADVERTISEMENT

RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Bawah, Ekonom : Perbaiki Pendidikan

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 09 Jul 2021 19:31 WIB
Executive Vice President Human Capital Astra Credit Companies Matilda Esther berdialog dengan anak-anak yang sedang menggunakan sarana Laboratorium Bergerak di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (23/11/2014). ACC memberikan fasilitas belajar berupa mobil yang berisi buku, komputer dan internet untuk Sanggar Anak Akar fasilitas tersebut juga akan didistribusikan keliling untuk masyarakat khususnya anak-anak yang ingin belajar.
Foto Ilustrasi: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indonesia turun kelas jadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Padahal, setahun lalu baru naik peringkat menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas/upper middle income country.

Penurunan ini diumumkan melalui laporan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI) per kapita Indonesia di 2020 turun menjadi US$ 3.870. Sebelumnya, GNI per kapita Indonesia di level US$ 4.050.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menuturkan bahwa jalan Indonesia menjadi negara berpenghasilan atas semakin sulit. Ini karena, Indonesia terlambat mempunyai dasar fundamental dan struktur ekonomi yang kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, dalam jangka panjang pemerintah perlu meningkatkan perlindungan sosial. Khususnya pada kalangan menengah ke bawah, pemerintah harus bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

"Pemerintah harus memperkuat jaring perlindungan sosial agar no one left behind, tidak ada yang tertinggal dalam proses mencapai negara maju," ujar Bhima pada detikcom, Kamis (8/7/2021).

ADVERTISEMENT

Terkait turun kelasnya Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah ini, Bhima mengungkapkan bahwa dalam bidang pendidikan, pemerintah harus mendorong inovasi dan peningkatan layanan pendidikan, mulai dari ketersediaan dan kualitasnya.

Di samping itu, perlu juga adanya penguatan industri manufaktur untuk meningkatkan kualitas tambah produk lokal dan membuka lapangan kerja.

"Mendorong inovasi dan upgrade kualitas pendidikan. Lalu, fokus lakukan transformasi struktural khususnya ke penguatan industri manufaktur yang menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja yang berkualitas," ujarnya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan bahwa klasifikasi dari Bank Dunia ini merupakan gambaran pergerakan ekonomi Indonesia yang melambat selama setahun ke belakang, dikarenakan pandemi COVID-19. Ia mengatakan kemiskinan dan pengangguran menanjak sehingga pendapatan masyarakat berkurang.

Menurutnya, pemerintah perlu fokus tangani dampak COVID-19 terlebih dulu agar perekonomian pulih. "Paling penting adalah upaya pemerintah mendorong penanganan COVID agar selanjutnya bisa melakukan pemulihan ekonomi. Kalau sudah terjadi pemulihan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi, hingga pendapatan per kapita akan meningkat," jelasnya.

Dirinya menyatakan bahwa bila pertumbuhan ekonomi berada di kisaran positif, Indonesia bisa naik satu peringkat dari negara berpenghasilan menengah ke bawah menuju level penghasilan menengah ke atas.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads