Putri Ananda, mahasiswa RI di Jepang hoki mendapatkan dua beasiswa sekaligus saat menempuh pendidikan. Ia berbagi tips salah satunya dengan terus mencoba setiap peluang yang ada.
Menempuh studi di luar negeri lewat jalur beasiswa menjadi idaman bagi kebanyakan orang. Termasuk mahasiswa asal Lampung yang akrab disapa Putri ini. Ia membagikan kisahnya dalam Program Lipsus detikcom dengan PPID (PPI Dunia).
Putri adalah mahasiswa International Studies di Osaka University of Economics and Law. Kuliah di luar negeri merupakan impiannya sejak SMA. Ia mulai mempersiapkannya sejak lulus dari bangku sekolah atas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai anak tunggal, Putri sempat tidak diizinkan untuk menempuh S1 di luar negeri. Ia sempat disarankan orang tuanya untuk kuliah di luar negeri saat S2 saja karena usianya yang masih muda masih dirasa terlalu dini untuk pergi merantau ke negeri orang.
"Sesudah SMA memang saya punya target untuk kuliah di luar negeri. Tapi karena saya itu anak satu satunya dan juga perempuan, makanya orang tua itu membolehin nanti pas S2," kata Putri kepada detikEdu.
Hingga akhirnya Putri memutuskan untuk menunda studinya terlebih dahulu. Di waktu luangnya, Putri menghabiskan waktunya untuk belajar bahasa Jepang. Ia mengikuti sekolah bahasa selama 1,5 tahun hingga sampai level N2.
Rata-rata universitas di Jepang mensyaratkan mahasiswanya untuk menguasai bahasa Jepang setidaknya pada level N2. Melihat ketentuan itu, Putri sudah masuk dalam kualifikasi yang diminta oleh perguruan tinggi.
Setelah menyelesaikan sekolah bahasa, Putri mengikuti sekolah persiapan untuk masuk ke universitas di Jepang. Ia mendatangi pameran perguruan tinggi atau sering disebut open campus.
"Waktu itu saya tanya-tanya misalkan tahun pertama sampai tahun keempat itu apa aja yang bisa saya lakukan di universitas," tuturnya.
Hingga akhirnya pada tahun 2018 Putri memantapkan diri untuk mendaftar ke Osaka University of Economics and Law dan langsung diterima. Sayangnya, ia belum memperoleh beasiswa saat mendaftar. Maka dari itu, ia harus merogoh kantongnya untuk membayar biaya masuk (tuition fee dan living cost).
"Waktu itu saya belum dapet beasiswa. Jadi, pas uang masuknya juga itu uang tabungan saya plus uang dari orang tua gitu," tambahnya.
Kisah perjuangan mendapatkan beasiswa dimulai. Sembari kuliah, ia mencoba mendaftar semua beasiswa yang tersedia di website kampus. Osaka University of Economics and Law selalu memberikan informasi terbaru seputar beasiswa yang bisa diambil oleh mahasiswanya.
"Pokoknya saya daftar terus sih. Nah, waktu itu di tahun pertama pada nggak lulus, saya daftar. Nah, di tahun selanjutnya pokoknya saya daftar lagi beasiswa karena menurut saya selagi saya masih punya kesempatan ya kenapa enggak," ceritanya dengan yakin.
Hingga pada suatu ketika, beasiswa Yasuhara Memorial Foundation for Welfare Scholarship menghampirinya lewat tawaran dari salah satu dosennya. Putri mendapatkan rekomendasi langsung dari dosennya.
Yasuhara Memorial Foundation for Welfare Scholarship hanya menyediakan kuota 2 orang dari negara yang berbeda dalam satu universitas. Beasiswa ini hanya buka setiap dua tahun sekali.
Pada tahun berikutnya, Putri masih tetap mencoba mendaftar beasiswa yang lainnya. Sebagaimana prinsipnya di awal, selagi masih ada kesempatan mengapa tidak.
Ia mendaftar beasiswa JEES International Student Scholarship. Bagi detikers yang pernah mengikuti tes bahasa Jepang JLPT (Japanese-Language Proficiency Test) pasti tidak asing dengan beasiswa tersebut.
Pada umumnya, menurut Putri, lembaga penyedia beasiswa akan melihat presensi kehadiran dan Grade Point Average (GPA) atau IPK. Untuk itu, track record selama studi juga perlu diperhatikan.
Untuk beasiswanya baik Yasuhara maupun JEES berbentuk uang saku yang dikirimkan melalui rekening selama 2 tahun. Enaknya, tidak ada ketentuan alokasi beasiswanya. Jadi, Putri bebas mau memakai beasiswa tersebut untuk living cost atau yang lainnya.
Sebelum mengakhiri perbincangan dengan detikcom, Putri membagikan satu tips khususnya bagi teman-teman yang ingin mencari beasiswa di Jepang yaitu dengan menjalin komunikasi dengan TU kampus.
"Jadi kuncinya sih dari saya tips dan triknya kita baikin aja orang TU kampus biar mereka bisa bantuin kita. Sama sering-sering aja dateng ke sana. Karena biasanya beasiswa itu sebelum diajukan ke pihak luar yang seleksi itu orang TU kampus gitu," pungkasnya.
(nwy/nwy)