Dalam sehari, orang dewasa bisa menguap hingga 20 kali. Sekali rasa menguap muncul, hampir mustahil untuk menahannya.
Yang menarik, menguap seolah 'menular'. Mengapa kita ikut menguap saat melihat orang lain melakukannya?
Mengapa Kita Menguap?
Teori menyebutkan, saat manusia mulai lelah, tarikan napas menjadi lebih dangkal. Akibatnya, karbon dioksida menumpuk di dalam tubuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan wicara dari Wichita State University Douglas Parham menjelaskan, menguap bisa dianggap sebagai jenis pernapasan khusus.
Ketika menguap, tubuh dengan cepat mengambil lebih banyak oksigen sekaligus membuang karbon dioksida yang menumpuk. Bahkan, hal itu lebih efektif dibandingkan menarik napas dalam-dalam.
Sementara itu, James Giordano, ahli neuroetika dan neurosains dari Georgetown University, mengatakan, kelebihan karbon dioksida serta perubahan kimia lain dapat memicu sinyal untuk menguap. Perubahan kimia tersebut eperti berkurangnya kadar oksigen atau meningkatnya zat bernama adenosin.
Ketika menguap, otot-otot wajah berkontraksi. Mekanisme ini bantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak.
Selain teori kedua ilmuwan tadi, ada pula teori lain yang menyebutkan menguap berfungsi untuk mendinginkan otak atau meregangkan organ dalam seperti jaringan dan paru-paru. Fungsi ini menjadikan tubuh kembali terasa lebih segar setelah menguap.
Mengapa Menguap Dapat Menular?
Giordano menjelaskan dalam teorinya, penularan menguap berkaitan dengan fenomena social mirroring, yaitu kecenderungan makhluk hidup meniru perilaku orang lain. Selain menguap, kebiasaan seperti menggaruk, menyilangkan kaki, atau tertawa juga termasuk dalam perilaku yang sering ditiru secara tidak sadar.
Menurutnya, perilaku ini diduga berhubungan dengan keberadaan mirror neurons di otak. Sel-sel saraf ini membuat seseorang secara otomatis meniru tindakan yang dilihatnya, termasuk saat melihat orang lain menguap.
"Apa yang dilakukan neuron-neuron ini adalah mencocokkan apa yang kita rasakan dan kita tangkap dengan cara kita bergerak," ungkap Giordano, dikutip dari laman PBS.
"Jadi, jika seseorang melihat saya menggaruk wajah, mereka akan tahu seperti apa rasanya. Anda pun bisa terdorong untuk melakukan hal yang sama," imbuhnya.
Ikut Menguap Menunjukkan Hubungan Sosial
Thomas Scammell, ahli saraf dari Harvard Medical School yang meneliti tentang tidur, juga menjelaskan, menguap dan perilaku meniru lainnya dapat memperkuat hubungan sosial. Tanpa disadari, manusia sering meniru tindakan orang di sekitarnya sebagai respons alami.
Sebagai contoh, saat seseorang tersenyum dengan ramah, kita cenderung ikut tersenyum meski tidak disengaja. Menurut Scammell, hal ini merupakan bentuk komunikasi sosial dan biasanya lebih sering terjadi pada orang-orang yang memiliki tingkat empati lebih tinggi.
Dari beberapa teori yang disampaikan, penularan menguap berhubungan dengan cara otak dan perilaku sosial manusia bekerja. Mekanisme seperti social mirroring dan rasa empati membuat kita secara tidak sadar meniru tindakan orang lain, termasuk menguap.
Fenomena sederhana ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling terhubung, bahkan lewat hal sekecil menguap.
(twu/twu)











































