Hati-hati! Hadiah Ini Bisa Disalahartikan

ADVERTISEMENT

Hati-hati! Hadiah Ini Bisa Disalahartikan

Abdur Rahman Ramadhan - detikEdu
Kamis, 25 Des 2025 06:00 WIB
Hati-hati! Hadiah Ini Bisa Disalahartikan
Hasil riset menunjukkan,ada hadiah yang dapat membuat penerima merasa dihakimi. Temukan tips memberi hadiah yang lebih bijak! Foto: iStock
Jakarta -

Memberi hadiah sering dianggap sebagai cara paling manis untuk menunjukkan perhatian. Namun, hasil riset terbaru yang dipublikasikan di Journal of Retailing menunjukkan, tidak semua hadiah diterima sesuai niat baiknya.

Hadiah seperti memberi teh pelangsing atau keanggotaan gym bisa membuat penerimanya merasa 'dinilai kurang baik'. Mereka berisiko meluapkan perasaan tidak nyaman tersebut dengan curhat yang buruk di internet.

Peneliti menjelaskan, hadiah yang berkonotasi untuk perbaikan diri sering membuat penerima merasa dihakimi atau di-judge, bukan dihargai. Tak hanya itu, perasaan tersebut ternyata dapat mengubah perilaku konsumen, seperti memberikan rating jelek pada produk tersebut secara online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa Hadiah 'Perbaikan Diri' Justru Bikin Tidak Nyaman?

Penelitian ini menunjukkan, hadiah seperti teh pelangsing, kalender yang disertai tips meningkatkan kemampuan komunikasi, atau alat bantu kebugaran dapat menyiratkan bahwa penerima hadiah 'tidak cukup baik apa adanya'. Padahal, niat memberi hadiah biasanya positif.

ADVERTISEMENT

Penulis studi, LinnΓ©a Chapman dan Farnoush Reshadi, menjelaskan bahwa hadiah semacam itu sering dianggap sebagai komentar terselubung tentang kekurangan pribadi penerima. Akibatnya, bukannya merasa dihargai, penerima justru merasa dihakimi atau dikritik.

"Niatnya mungkin positif, tetapi hadiah ini bisa membuat kamu merasa tidak cukup baik apa adanya," kata Chapman, asisten profesor pemasaran dan ilmu logistik Florida International University (FIU), dikutip dari laman kampus, Rabu (23/12/2025).

"Itu bisa terasa menyakitkan, dan orang melampiaskan perasaan itu pada produk, misalnya dengan memberi rating rendah," imbuhnya.

Dalam serangkaian eksperimen yang melibatkan lebih dari 1.300 peserta, mereka menemukan bahwa hadiah 'perbaikan diri' membuat responden memberi rating lebih rendah, berbicara lebih negatif tentang produk, atau lebih mungkin membuat review buruk daring. Efek ini tidak muncul ketika orang membeli produk itu untuk dirinya sendiri.

Tips Memberi Hadiah Tanpa Bikin Penerimanya Merasa Dihakimi

Hasil riset ini tidak lantas melarang orang untuk memberi hadiah sama sekali. Justru sebaliknya, temuan studi ini bisa jadi panduan agar niat baik tidak berubah jadi salah paham. Kuncinya ada pada waktu, konteks, dan pesan yang tersirat dari hadiah tersebut.

Hadiah bertema self-improvement seperti alat olahraga, teh diet, atau buku pengembangan diri lebih aman dibeli untuk diri sendiri, bukan diberikan sebagai kejutan.

Menurut Chapman, benda yang sama bisa punya makna berbeda tergantung situasinya.

"Alas yoga pada Januari bisa berarti 'aku termotivasi (untuk lebih sehat)'. Alas yoga di bawah pohon Natal bisa terasa seperti 'kamu perlu menurunkan berat badan'," jelasnya.

Dengan begitu, para peneliti menyarankan agar saat musim memberi hadiah, orang lebih memilih barang yang bersifat rekreatif, personal, atau menyenangkan, bukan yang menilai kondisi fisik atau kemampuan seseorang.

Mulai sekarang, detikers bisa lebih bijak dalam memberikan hadiah, ya!

Hasil studi ini dipublikasikan di Journal of Retailing oleh LinnΓ©a Chapman dari FIU dan Farnoush Reshadi dari Worcester Polytechnic Institute dengan judul "Generating insult from injury: Receiving self improvement gifts causes negative word of mouth", 3 September 2025.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads