Kebakaran yang melanda kantor Terra Drone Indonesia, perusahaan penyedia jasa pemanfaatan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone di Jakarta Pusat merenggut puluhan korban jiwa. Diduga kuat kebakaran tersebut bersumber dari baterai litium yang digunakan drone.
Baterai litium dengan jenis litium-ion memang telah menjadi tulang punggung berbagai perangkat modern dari ponsel pintar, laptop, hingga kendaraan listrik. Kemampuannya menyimpan energi besar dalam ukuran yang ringkas membuatnya begitu diminati.
Namun, di balik keunggulan itu, terdapat risiko keamanan yang kerap luput dari perhatian. Salah satu yang paling berbahaya adalah thermal runaway, sebuah kondisi yang dapat memicu kebakaran hebat hingga ledakan.
Menurut Dr Matthew Priestley dari Energy Systems Research Group, School of Electrical Engineering and Telecommunications, University of New South Wales (UNSW), Australia ancaman ini berkaitan langsung dengan karakteristik kimia baterai litium-ion.
Mengapa Baterai Litium-Ion Berisiko?
Berbeda dari jenis baterai lain, baterai litium-ion menggunakan elektrolit berupa garam litium. Senyawa ini berperan penting dalam menghasilkan ion litium sehingga memungkinkan baterai bekerja optimal seperti menyimpan banyak energi dalam ruang kecil.
"Elektrolit yang mengandung ion litium ini sangat mudah menguap dan mudah terbakar, sehingga menciptakan risiko serius berupa kebakaran atau ledakan, terutama ketika terkena suhu tinggi," ujar Priestley seperti dikutip detikedu dari laman UNSW .
Selain itu, setiap proses pengisian dan pelepasan daya pada baterai juga menghasilkan panas. Bila panas ini tidak terkendali atau yang dikenal dengan thermal runaway, kondisi baterai dapat memburuk dengan cepat.
Seluruh energi dan panas tersebut meningkatkan risiko bahaya dengan memicu potensi kebakaran. Sayangnya, menurut Priestley kebakaran baterai litium-ion juga tidak mudah dikendalikan dan bersifat self-sustaining. Itulah sebabnya baterai ini dianggap lebih mudah meledak atau terbakar dibanding jenis baterai lain.
Menurut Priestley, panas berlebih atau overheating menjadi penyebab utama kegagalan baterai litium-ion. Panas berlebih ini dapat dipicu oleh pengisian daya menggunakan charger rusak, overcharging, terjadinya short circuit, dan kerusakan fisik pada sel baterai.
Saat suhu meningkat, risiko baterai memasuki fase thermal runaway menjadi lebih besar. Dalam tahap ini, panas berlebih mempercepat reaksi kimia internal, menghasilkan lebih banyak panas, yang kemudian memicu reaksi lebih lanjut.
Siklus berbahaya ini berlangsung cepat dan tidak terkendali yang dapat berujung bencana.
Simak Video "Video: Fakta-fakta Kebakaran Gedung Terra Drone Jakpus yang Tewaskan 22 Orang"
(pal/pal)