Bencana banjir bandang dan longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh masih menyisakan duka mendalam bagi korban. Tak hanya kehilangan tempat tinggal, banyak warga kehilangan keluarganya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 8 Desember 2025, ada sebanyak 950 orang yang dinyatakan meninggal. Menurut pakar psikososial dan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati S Psi, MHSc, Ph D, korban-korban harus dibantu dalam pemenuhan kebutuhuha dasarnya, baik fisik maupun psikologis.
Diana melihat ada penderitaan berlapis yang dirasakan korban. Ia menekankan agar pemerintah terus mendistribusikan bantuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi banjir ini sesuatu yang sangat mengejutkan karena orang tidak pernah benar-benar siap terhadap bencana. Eskalasi dampaknya juga sangat luas, dan penderitaan menjadi semakin berat karena banyak jembatan yang putus, sehingga bantuan harus melalui helikopter," kata Diana, dikutip dari laman UGM, Senin (8/12/2025).
Pemenuhan Logistik Kunci Kesejahteraan Psikologis
Menurut Diana, tak usah jauh ke pendampingan psikososial dahulu sebelum kebutuhan logistik dan tempat tinggal terpenuhi. Ia menegaskan, dua hal itu adalah kunci kesejahteraan psikologis dan sosial.
"Kalau kita bicara tentang well-being atau kesejahteraan fisik dan psikologis, nomor satu itu basic needs harus terpenuhi dulu. Masyarakat harus kembali pada kondisi yang nyaman. Jadi yang sangat penting adalah bagaimana kebutuhan dasar mereka bisa terpenuhi dan bagaimana mereka merasa ter-support," tegas Diana.
Sementara itu, Diana mengatakan, ia bersama UGM dan pemerintah saat ini tengah menyiapkan program untuk mendukung pemulihan psikososial para korban. Program ini dirancang untuk bermanfaat dalam jangka pendek maupun panjang setelah fase darurat.
"Setelah fase emergency terlewati, kami akan workshop dengan para pemangku kepentingan di Aceh untuk membantu merancang program recovery jangka menengah dan jangka panjang. Saat ini kami juga bergerak melalui kerja sama dengan kampus-kampus lokal," kata Diana.
Bantuan untuk Perempuan dan Anak Harus Diprioritaskan
Diana menyebut bantuan harus sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Khususnya yakni bagi perempuan dan anak-anak.
Menurut Diana, mereka memerluka dignity kit dan alat belajar untuk menyokong kondisi mental mereka. Dignity kit berisikan kebutuhan untuk perempuan dan anak seperti alat mandi, pokok, pembalut, dan sejenisnya.
Sebagai pihak yang turut memberikan bantuan langsung ke lokasi, Diana mengatakan distribusi bantuan tak semudah yang dibayangkan. Ia juga harus memetakan korban-korban yang sangat membutuhkan dukungan psikososial.
Di samping itu, pihaknya juga melatih para relawan mengenai psychological first aid. Tujuannya agar relawan bisa mendampingi penyintas saat memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan dasar lainnya.
Diana menegaskan, pemulihan pasca bencana tidak hanya soal infrastruktur saja. Ketahanan mental dan kenyamanan para korban juga dinilai penting.
"Kami bergerak melalui mereka (relawan), karena untuk dukungan psikososial memang dibutuhkan orang-orang yang benar-benar ada di lokasi. Kami yang melakukan training, dan kami juga membantu pemenuhan kebutuhan dasar," jelasnya.
(cyu/twu)











































