Jauh sebelum dinosaurus menguasai bumi, ternyata ada predator yang lebih dulu hidup. Hewan itu adalah nenek moyang buaya yang hidup sekitar 240 juta tahun lalu.
Sebuah studi yang terbit di Journal of Systematic Palaeontology Volume 23 Issue 1, 12 November 2025, mengungkapkan predator mirip dinosaurus bernama Tainrakuasuchus bellator. Hewan tersebut terungkap berkat fosil-fosil yang ditemukan pada Mei 2025 di wilayah Dona Francisca, Brasil bagian selatan.
Nama 'Tainrakuasuchus' sendiri berasal dari bahasa Guarani 'tain' (gigi) dan 'rakua' (runcing) dengan kata Yunani 'suchus' (buaya), yang merujuk pada giginya yang tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara 'bellator' berasal dari kata Latin yang berarti "pejuang" dan, menurut penulis studi, "menghormati masyarakat Rio Grande do Sul, melambangkan kekuatan, ketahanan, dan semangat juang mereka, terutama mengingat banjir yang baru-baru ini melanda negara bagian tersebut."
Mirip Dinosaurus, Tapi Termasuk Nenek Moyang Buaya
Secara fisik, spesies Tainrakuasuchus bellator mirip dinosaurus tapi merupakan anggota Pseudosuchia, yang menjadi cikal bakal buaya dan aligator modern. Semasa hidup, Tainrakuasuchus bellator termasuk dalam kelompok predator dominan yang berkembang pesat pada Periode Trias.
Ukurannya bisa memanjang sampai 2,4 meter dan berat 60 kg. Lehernya panjang dan tubuhnya lincah, sehingga memiliki kecepatan untuk menerkam mangsa.
Saat menahan mangsanya, Tainrakuasuchus bellator menggunakan rahangnya yang ramping dan gigi tajam melengkung.
"Hewan ini merupakan predator aktif, tetapi meskipun ukurannya relatif besar, ia jauh dari pemburu terbesar pada masanya dengan ekosistem yang sama yang menjadi rumah bagi raksasa berukuran hingga tujuh meter," jelas penulis utama Dr. Rodrigo Temp MΓΌller, yang memimpin tim paleontologi di Universidade Federal de Santa Maria di Brasil, dikutip dari Science Daily.
Ekosistem Kuno Brasil Sebelum Era Dinosaurus
Dr Muller menjelaskan bahwa temuan tentang nenek moyang buaya memberikan banyak bukti jika terdapat hubungan kuno di antara Brasil dan Afrika pada masa Trias.
"Meskipun Pseudosuchia beragam, mereka masih kurang dipahami, karena fosil beberapa garis keturunan mereka sangat langka dalam catatan fosil," ujarnya.
Pada Periode Trias, benua-benua masih menyatu yang memungkinkan tidak meratanya persebaran organisme pada masa itu. Oleh karenanya fauna di kawasan Brasil dan Afrika memiliki beberapa, yang menunjukkan keterkaitan sejarah evolusi dan ekologi.
Dr Muller mengatakan bahwa anatomi Tainrakuasuchus bellator berkerabat dekat dengan spesies predator Mandasuchus tanyauchen yang ditemukan di Tanzania. Ini menandakan adanya hubungan antara hewan dari Amerika Selatan dan Afrika, yang dapat dipahami berdasarkan paleogeografi Periode Trias.
Menurut perkiraannya, Tainrakuasuchus bellator kemungkinan besar hidup di wilayah yang berbatasan dengan gurun pasir yang luas dan gersang. Itu merupakan lokasi yang sama dengan tempat dinosaurus pertama muncul.
"Hal ini menunjukkan bahwa, di wilayah yang kini merupakan Brasil bagian selatan, reptil telah membentuk komunitas beragam yang beradaptasi dengan berbagai strategi bertahan hidup. Lebih lanjut, penemuan ini mengungkapkan bahwa keragaman tersebut bukanlah fenomena yang terisolasi," pungkasnya.
Penulis adalah peserta program MagangHub Kemnaker di detikcom.
(faz/faz)











































