Sebuah negara akan memberikan denda pada orang tua yang memaksa anaknya belajar. Uniknya, aturan ini datang dari tetangga Indonesia.
Melansir dari laman VN Express, negara yang akan menetapkan aturan ini adalah Vietnam. Kebijakan tersebut akan berlaku mulai 15 Desember 2025 mendatang. Anggota keluarga yang memaksa anak belajar berlebihan akan dikenai sanksi berupadensa sebesarVND 5-10 juta atau Rp 3 juta-Rp 6,6 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aturan ini menarik perhatian orang tua hingga pakar pendidikan. Seperti apa tanggapan mereka?
Pandangan Orang Tua
Masih dari sumber yang sama, para orang tua di Vietnam mengaku kebijakan ini cukup membingungkan. Thao (35) mengatakan setiap malam ia berjuang dengan putranya agar ia menyelesaikan semua PR.
"Jika guru ingin saya berhenti memaksanya, ia seharusnya mengurangi PR-nya," ujar warga Hanoi itu dikutip dari VN Express, Rabu (3/12/2025).
Di Provinsi Nghe An, Nguyen Hanh Phuc (34) berpendapat jika setiap anak memiliki batas kemampuan yang berbeda.
"Setiap anak berbeda. Jika saya tidak memarahi anak saya, dia bahkan tidak akan menyentuh pena. Jika itu berarti saya bisa didenda, gaji saya tidak akan cukup," ujarPhuc.
Seperti Apa Kata Ahli?
Para ahli mengatakan orang tua seringkali menjadi penyebab utama stres siswa. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 600 siswa sekolah menengah pertama menemukan jika tingkat stres anak-anak berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan harapan orang tua mereka.
Semakin tinggi tujuan, semakin besar kecemasan dan ketakutan siswa akan kegagalan. Sebuah studi UNICEF Vietnam tahun 2021 juga menemukan banyak siswa merasa lelah dan takut mengecewakan orang tua mereka ketika mereka gagal memenuhi harapan.
Seorang peneliti doktoral dalam kepemimpinan pendidikan di University College London, Inggris, Le Hoang Phong, mengatakan dipaksa belajar justru memengaruhi sumber motivasi, bukan hasilnya.
"Peraturan tersebut seharusnya tidak hanya menghukum tetapi juga membangun kembali kepercayaan, membantu orang tua memahami bahwa cinta sejati tidak terletak pada seberapa banyak anak mereka belajar, tetapi pada seberapa aman mereka merasa saat belajar," ujar Phong.
Aturan Denda Belajar Berlebihan Dapat Menjadi Bumerang
Para ahli memperingatkan jika aturan baru ini dapat menjadi bumerang jika diterapkan secara kaku. Mereka mengingatkan jika tekanan akademis berasal dari masyarakat luas, bukan hanya keluarga.
Di negara-negara seperti China dan Singapura, nilai masih dianggap sebagai paspor menuju kesuksesan. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain seperti Inggris dan AS yang berinvetasi dalam program pembelajaran sosial-emosional dan pendidikan pengasuhan anak, membantu orang tua mendukung anak-anak secara lebih efektif.
Dr. Cherry Vu (Vu Anh Dao), penulis buku "Can I Just Throw My Kid Away?", berpendapat jika kebijakan tersebut terlalu kaku. Tetapi menghargai tujuannya untuk mencegah pemaksaan akademis.
"Kebanyakan orang tua tidak bermaksud menyakiti anak-anak mereka. Mereka hanya tidak menyadari bahwa 'mencintai melalui ekspektasi' dapat menjadi beban. Peraturan seharusnya berfokus pada pendidikan dan dukungan, bukan hanya hukuman," ungkapnya.
(nir/faz)











































