Indonesia merupakan negara dengan kerentanan yang tinggi terhadap berbagai jenis bencana. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, ini disebabkan posisi geografis dan geotektonik Indonesia yang kompleks.
Ia menyebut sebagian dari 13 segmen megathrust belum melepaskan energi tektoniknya.
"Negara kita berada di pertemuan tiga lempeng aktif dunia dengan 13 segmen megathrust yang sebagian belum melepaskan energi tektoniknya. Ini berarti potensi gempa besar masih mungkin terjadi kapan saja," kata Kepala BMKG dalam rapat tim pengawas bencana DPR RI bersama sejumlah mitra kerja terkait, beberapa waktu lalu, dikutip Sabtu (8/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jakarta Teratas dalam Rekor Udara Tidak Sehat pada 2024
BMKG mencatat 850 gempa dirasakan sepanjang 2025. Di sisi lain, cuaca ekstrem turut mendominasi kejadian bencana berupa 65% hujan lebat, 27% angin kencang, dan puting beliung serta hujan es yang kerap terjadi di Jawa Barat.
Kepala BMKG turut menyorot peningkatan potensi kekeringan dan penurunan kualitas udara. Berdasarkan pemantauan data PM2,5 di 27 lokasi, di DKI Jakarta; Sumatera Utara; serta Lampung tercatat mempunyai hari dengan kualitas udara tidak sehat paling banyak.
DKI Jakarta menjadi peringkat pertama, dengan adanya sekitar 100 hari dengan udara tidak sehat sepanjang 2024.
Sepanjang 2025, BMKG melakukan 52 hari operasi modifikasi cuaca (OMC), sehingga menghasilkan peningkatan curah hujan sampai 73% di Sumatera dan Kalimantan Selatan juga pengurangan curah hujan sebesar 37% di kawasan Jabodetabek. OMC ini dilakukan untuk mengurangi dampak hujan ekstrem ataupun memperkuat curah hujan di wilayah yang terdampak kekeringan.
(nah/nwk)











































