Temuan Chip 'Mata Kecil' oleh Ilmuwan Stanford, Bisa Bantu Orang Buta Melihat

ADVERTISEMENT

Temuan Chip 'Mata Kecil' oleh Ilmuwan Stanford, Bisa Bantu Orang Buta Melihat

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Kamis, 30 Okt 2025 08:30 WIB
Perangkat listrik yang ditanamkan di bawah retina membantu memulihkan ketajaman penglihatan pada orang-orang dengan degenerasi makula terkait usia.
Foto: Science Corporation/Chip nirkabel yang dipasang di bawah retina membantu memulihkan ketajaman penglihatan pada orang-orang dengan degenerasi makula terkait usia.
Jakarta -

Stanford Medicine berhasil mengembangkan implan mata nirkabel yang bisa membuat orang buta melihat kembali. Inovasi ini memungkinkan pasien untuk mengenali bentuk dan pola.

Para peneliti di Stanford Medicine, Universitas Bonn dan Universitas Pittsburgh, menyebutnya dengan chip "PRIMA". Chip nirkabel kecil ini ditempatkan di bagian belakang mata, dipadukan dengan kacamata pintar yang canggih.

Dengan bantuan PRIMA, penglihatan penderita degenerasi makula terkait usia stadium lanjut, bisa pulih kembali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Chip Bisa Membuat Melihat Kembali?

Chip tersebut memiliki fitur digital seperti zoom yang dapat disesuaikan dan kontras yang ditingkatkan. Ini membuat seseorang yang memakai bisa mencapai ketajaman visual yang sebanding dengan penglihatan 20/42.

"Di area retina yang sudah mati total, penglihatan berhasil dipulihkan," kata Frank Holz, pemimpin uji klinis dari Universitas Bonn, dikutip dari Scientific American.

ADVERTISEMENT

Dalam uji klinis yang melibatkan 38 pasien berusia di atas 60 tahun, 32 di antaranya menyelesaikan program pelatihan selama satu tahun. Hasilnya, 27 pasien berhasil membaca kembali tulisan, sedangkan 26 pasien menunjukkan peningkatan ketajaman visual signifikan, setidaknya dua baris lebih baik pada grafik mata standar.

Rata-rata peningkatan mencapai lima baris, bahkan satu pasien menunjukkan peningkatan hingga 12 baris. Beberapa peserta sudah bisa membaca buku, label makanan, hingga rambu-rambu kereta bawah tanah dengan bantuan kacamata PRIMA yang bisa mengatur kontras, kecerahan, dan memperbesar gambar hingga 12 kali.

Selama puluhan tahun, perangkat prostetik hanya mampu membantu pasien "merasakan cahaya", tanpa benar-benar melihat bentuk. Kini, teknologi ini memungkinkan pasien dengan kebutaan akibat degenerasi makula penyakit yang merusak bagian tengah retina untuk mengenali tulisan, pola, hingga objek di sekitar mereka.

"Semua upaya sebelumnya untuk menyediakan penglihatan dengan perangkat prostetik pada dasarnya menghasilkan sensitivitas cahaya, bukan penglihatan bentuk yang sesungguhnya," kata Daniel Palanker, Ph D, profesor oftalmologi sekaligus penemu utama PRIMA, dikutip ScienceDaily.

"Kami adalah yang pertama menyediakan penglihatan bentuk," lanjutnya.

Cara Kerja PRIMA

Sistem PRIMA terdiri dari dua bagian utama. Sebuah kamera kecil pada kacamata khusus menangkap gambar dari lingkungan sekitar, lalu memproyeksikannya melalui cahaya inframerah ke arah retina.

Di dalam mata, sebuah chip nirkabel berukuran 2x2 milimeter bertugas mengubah sinyal cahaya itu menjadi sinyal listrik yang menstimulasi neuron retina.

Chip ini menggantikan fungsi sel fotoreseptor yang rusak akibat penyakit. Karena bersifat fotovoltaik, PRIMA tidak memerlukan kabel atau sumber daya eksternal, semuanya berjalan hanya dengan energi cahaya, seperti panel surya mini di dalam mata.

Menyatukan Penglihatan Alami dan Buatan

Keunggulan utama PRIMA adalah kemampuannya untuk bekerja bersamaan dengan penglihatan alami pasien. Pada pasien dengan degenerasi makula, penglihatan tengah biasanya hilang, tapi penglihatan tepi masih tersisa. PRIMA mengisi "bagian kosong" itu dengan penglihatan prostetik di area tengah retina.

"Fakta bahwa mereka melihat penglihatan prostetik dan perifer secara bersamaan itu penting karena mereka dapat menggabungkan dan menggunakan penglihatan secara maksimal," jelas Palanker.

Bisa dikatakan, pasien kini dapat memadukan apa yang tersisa dari penglihatan alami dengan penglihatan buatan dari implan.

Masih Hitam-Putih, Tapi Masa Depan Cerah

Untuk saat ini, PRIMA hanya menampilkan penglihatan hitam-putih tanpa gradasi abu-abu. Namun Palanker dan tim peneliti sedang mengembangkan versi baru dengan skala abu-abu penuh agar pasien bisa mengenali wajah dan ekspresi manusia.

"Nomor satu dalam daftar keinginan pasien adalah membaca, tetapi nomor dua, sangat dekat setelahnya, adalah pengenalan wajah. Dan pengenalan wajah membutuhkan skala abu-abu," papar Palanker.

Tim peneliti juga tengah merancang chip dengan resolusi lebih tinggi dari 378 piksel menjadi 10.000 piksel dengan ukuran 20 mikron. Dengan versi terbaru ini, penglihatan pasien dapat mencapai 20/80, bahkan mendekati 20/20 jika menggunakan zoom elektronik.

Penemuan yang telah terbit di New England Journal of Medicine pada 20 Oktober 2025 ini, menjadi tonggak sejarah dalam dunia prostetik visual. Jika sebelumnya inovasi di bidang ini hanya membantu pasien "melihat cahaya," PRIMA membuktikan bahwa sains bisa benar-benar memulihkan fungsi penglihatan bentuk.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads