Pergerakan Nasional Indonesia: Sejarah dan 5 Organisasi Awal yang Terlibat

ADVERTISEMENT

Pergerakan Nasional Indonesia: Sejarah dan 5 Organisasi Awal yang Terlibat

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Senin, 27 Okt 2025 07:00 WIB
Pengunjung melihat diorama di Museum Kebangkitan Nasional di Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (20/5/2021).
Ilustrasi masa-masa pergerakan nasional di Museum Kebangkitan Nasional Foto: Ari Saputra/detikcom
Jakarta -

Pergerakan nasional adalah usaha rakyat Indonesia bersama-sama untuk melepaskan diri dari penjajahan dengan berbagai cara. Metodenya beragam baik lewat pendidikan, organisasi, politik, hingga diplomasi.

Dalam Modul Sejarah Kelas XI KD 3.10 (Direktorat SMA, Kemendikbud)oleh Hasnawati T., SPd, definisi pergerakan nasional adalah proses munculnya kesadaran kebangsaan dan perjuangan kolektif bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Artinya, perjuangan tidak lagi bersifat kedaerahan seperti perlawanan Sultan Hasanuddin atau Pangeran Diponegoro, melainkan telah melibatkan semangat persatuan lintas suku, daerah, dan agama d tanah air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perubahan pola perjuangan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mulai menyadari pentingnya organisasi modern sebagai alat perjuangan bangsa, bukan lagi kekuatan fisik semata.

Faktor Pendorong Pergerakan Nasional

Ada banyak hal yang mendorong munculnya pergerakan nasional, baik dari dalam maupun luar negeri.

ADVERTISEMENT

Berikut beberapa faktor utamanya:

1. Faktor Internal

  • Adanya tekanan dan penderitaan terus menerus akibat penjajahan Belanda.
  • Sistem tanam paksa dan politik etis yang tidak adil menumbuhkan kesadaran untuk melawan.
  • Munculnya golongan terpelajar. Generasi muda lulusan sekolah Barat seperti STOVIA (tempat lahirnya Budi Utomo) yang mulai berpikir kritis terhadap penjajahan.
  • Rasa senasib sepenanggungan. Penjajahan panjang menumbuhkan solidaritas dan nasionalisme di berbagai lapisan masyarakat.
  • Adanya rasa kesadaran nasional dan harga diri. Karena kehendak memiliki tanah air sendiri dan menentukan nasib sendiri.

2. Faktor Eksternal

  • Kemenangan Jepang atas Rusia (1905). Peristiwa ini membuktikan bahwa bangsa Asia mampu mengalahkan bangsa Eropa, sehingga membangkitkan semangat nasionalisme di Asia termasuk Indonesia.
  • Gerakan kebangsaan di negara lain. Kebangkitan nasional di India, Filipina, dan Mesir yang turut menginspirasi rakyat Indonesia untuk segera bangkit.
  • Masuknya paham baru. Ide-ide seperti liberalisme, sosialisme, dan demokrasi mulai dikenal lewat pendidikan dan surat kabar, sehingga menumbuhkan kesadaran akan hak-hak rakyat.
  • Gerakan Pan-lslamisme, yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani bertujuan mematahkan dan melenyapkan imperialisme Barat untuk membentuk persatuan semua umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat. Gerakan ini menimbulkan nasionalisme di negara terjajah dan anti-imperialis.


Gabungan faktor-faktor ini membuat rakyat Indonesia mulai mencari cara baru untuk memperjuangkan kemerdekaan yang bukan lagi dengan senjata, melainkan lewat strategi dan organisasi.

Bentuk dan Strategi Pergerakan Nasional

Menurut dokumen Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Kemendikbud, perjuangan bangsa Indonesia pada masa ini terbagi menjadi dua bentuk strategi besar: kooperatif dan non-kooperatif.

1. Strategi Kooperatif (Moderat)

Golongan ini memilih jalan kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda, berharap bisa melakukan perubahan dari dalam sistem. Contohnya adalah Budi Utomo yang fokus pada pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Jawa.

2. Strategi Non-Kooperatif (Radikal)

Sebaliknya, kelompok ini menolak segala bentuk kerja sama dengan Belanda. Mereka percaya bahwa kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan menentang penjajahan secara total. Contohnya adalah Indische Partij dan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Kedua strategi ini sama-sama penting. Golongan kooperatif memupuk kesadaran dan pendidikan rakyat, sedangkan golongan non-kooperatif menumbuhkan semangat perlawanan dan politik yang lebih keras terhadap penjajahan.

5 Contoh Organisasi Pergerakan Nasional

Inti pergerakan nasional adalah untuk menentukan nasib sendiri, maka cita-cita yang akan dicapai menjadi tanggung jawab bersama atas dasar senasib dan sepenanggungan.

Oleh karena itu. harus ada persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajah. Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan perlu adanya organisasi yang bersifat nasional.

1. Budi Utomo

Budi Utomo menjadi organisasi modern pertama di Indonesia yang menumbuhkan semangat kebangsaan dan kesadaran pendidikan bagi rakyat. Organisasi ini berdiri pada 20 Mei 1908, setelah pertemuan awal antara dr. Wahidin dan para pelajar STOVIA pada akhir 1907.

Tujuan pendiriannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar rakyat Indonesia tidak mudah diadu domba penjajah dan mampu memperjuangkan nasib sendiri. Melalui pendirian organisasi sosial-budaya dan pendidikan dengan struktur kepengurusan lengkap dan visi jangka panjang, layaknya pohon beringin yang tumbuh lambat tapi kokoh.

Penting dicatat dalam perjuangan Budi Utomo adalah suatu cara penggerakan Budi Utomo yang pandai membaca situasi. Organisasi ini mampu menjadi penggerak awal dan tercatat sebagai organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia dan selanjutnya mampu bertahan cukup lama. Ini membuat tanggal kelahiran Budi Utomo dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

2. Indische Partij (Gerakan "Indonesia untuk Orang Indonesia")

Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai yang terdiri dari Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang bersifat politik murni di Indonesia. Tujuannya adalah membangun rasa cinta tanah air dan menyatukan semua penduduk Hindia, tanpa membeda-bedakan ras atau asal-usul.

Berdiri pada 25 Desember 1912 di Bandung, dan sempat berubah nama menjadi Insulinde (1913) serta Nationaal Indische Partij (NIP) pada 1919 sebelum akhirnya bubar. Didirikan di Bandung, namun pengaruhnya menyebar ke berbagai daerah Hindia Belanda lewat media cetak, terutama surat kabar De Express. Pendiriannya karena muncul kesadaran nasional dan ketidakpuasan terhadap kebijakan kolonial Belanda. Semboyan mereka tegas berbunyi, "Indie los van Holland" (Hindia bebas dari Belanda) dan "Indie voor Indier" (Indonesia untuk orang Indonesia).

Melalui propaganda dan tulisan kritis, termasuk artikel terkenal Ki Hajar Dewantara berjudul "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya Aku Seorang Belanda"). Sikap radikal ini membuat Belanda menolak keras pengakuan hukum bagi organisasi tersebut dan akhirnya mengasingkan ketiga pendirinya ke Belanda pada 1913.

3. Partai Nasional Indonesia

Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Ir. Soekarno bersama rekan-rekannya seperti Mr. Sumaryo, Ali Sastroamidjojo, dan Mr. Sartono. PNI adalah organisasi politik nasionalis murni yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara penuh dari penjajahan Belanda. Partai ini muncul sebagai wadah baru setelah PKI dilarang akibat pemberontakan tahun 1926-1927.

PNI berdiri pada 4 Juli 1927 di Bandung, berkembang pesat hingga menjadi kekuatan politik yang disegani pada akhir dekade 1920-an.
Lahir dari Algemene Studie Club di Bandung, tempat berkumpulnya para pemuda intelektual dan nasionalis yang ingin menyalurkan aspirasi rakyat menuju kemerdekaan.

PNI lahir dari semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional sebagai syarat utama kesejahteraan rakyat. Dengan kemerdekaan, bangsa Indonesia bisa mengatur pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan Belanda.

4. Perguruan Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaru Islam di Indonesia. Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang berfokus pada pendidikan, dakwah, dan pembaharuan ajaran Islam agar sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an namun tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Didirikan pada 18 November 1912 di Yogyakarta, Muhammadiyah berkembang cepat dan mendapat dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat. Lahir karena keprihatinan terhadap praktik keagamaan yang dianggap menyimpang dan kaku, serta anggapan bahwa Islam menjadi penghambat kemajuan.

Muhammadiyah ingin meluruskan ajaran Islam agar kembali murni dan menunjukkan bahwa agama dapat berjalan seiring dengan kemajuan ilmu dan modernitas.
Dengan mendirikan lembaga pendidikan berbasis Islam modern, menghapus praktik bid'ah dan takhayul, serta mengajarkan Islam yang rasional dan ilmiah.

Walau diawasi ketat oleh pemerintah kolonial Belanda dan tak mendapat bantuan fasilitas pendidikan, Muhammadiyah tetap tumbuh kuat karena tidak terjun langsung ke politik, melainkan fokus pada pencerahan umat melalui pendidikan dan dakwah.

5. GAPI (Gabungan Politik Indonesia)

Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dibentuk oleh sejumlah partai politik nasionalis di bawah prakarsa Moh. Husni Thamrin, dengan dukungan tokoh-tokoh seperti Sutardjo Kartohadikusumo. GAPI adalah wadah persatuan partai-partai politik Indonesia yang berjuang agar bangsa Indonesia memiliki parlemen sendiri di bawah semboyan terkenal: "Indonesia Berparlemen."

Didirikan pada 21 Mei 1939, beberapa tahun setelah Petisi Sutardjo (1936) ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Gerakan ini berpusat di Batavia (Jakarta) dan menjadi wadah penting bagi partai-partai nasional di seluruh Hindia Belanda.

Pembentukan GAPI dipicu oleh tiga hal utama: (1)Kegagalan Petisi Sutardjo, yang meminta pemerintahan sendiri bagi Indonesia. (2)Munculnya ancaman fasisme di dunia internasional yang menuntut kesadaran politik bangsa. (3)Sikap acuh pemerintah kolonial terhadap aspirasi rakyat Indonesia. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pergerakan nasional Indonesia merupakan wujud perjuangan bangsa lewat pendidikan, politik dan strategi. Hadirnya organisasi tersebut juga tanda bahwa bangsa Indonesia serius memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Halaman 3 dari 2
(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads