.webp)
Malas lazim disebut sebagai kondisi yang membuat seseorang enggan mengerjakan apapun. Oyang yang dicap malas dipandang memilih untuk berbaring atau beristirahat. Ternyata, ada kondisi mental yang serupa dengan malas, lo.
Kondisi itu membuat seseorang merasa tidak mampu secara fisik untuk memulai suatu tugas, entah itu di rumah, kantor atau sekolah. Hal tersebut dikenal dengan sebutan task paralysis atau 'kelumpuhan tugas'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Task paralysis bukan termasuk dalam sikap malas atau menunda sesuatu, melainkan reaksi fisiologis terhadap stres dan kewalahan. Dengan demikian, seseorang merasa terjebak atau freeze (membeku).
Mengenal Task Paralysis
Bila melihat arti paralysis sendiri, kata ini berkaitan dengan consternation. Diketahui, consternation adalah perasaan cemas, bingung, dan kaget yang melumpuhkan secara mental.
Psikolog klinis dari Universitas Sunshine Coast, Queensland, Dr Catherine Houlihan menyebut kondisi ini berbeda dengan perilaku menunda atau prokrastinasi.
Penundaan merupakan perilaku yang memiliki unsur pilihan di dalamnya. Dasarnya baik berupa rasa kewalahan, bosan, dan lain sebagainya.
"Jadi, kita memutuskan untuk menunda suatu tugas karena merasa kewalahan, atau mungkin karena bosan dan tidak ingin mengerjakannya, atau merasa tugas itu membuat frustrasi," katanya dikutip dari ABC News, Minggu (12/10/2025).
Belum Tentu ADHD
Dibandingkan dengan penundaan, task paralysis merupakan respons tak sadar saat seseorang merasa kewalahan hingga sistem sarafnya memicu respons membeku. Istilah ini juga kerap disebut kelumpuhan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
"Karena sering dibicarakan dalam konteks gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas," sambungnya.
Kelumpuhan ADHD dikaitkan dengan disfungsi eksekutif. Ia menggambarkannya seperti memiliki mesin mobil yang tidak mau menyala.
Houlihan menyebut ada berbagai faktor kognitif yang terlibat dalam hal ini, salah satunya karena terlalu banyak pilihan dan keputusan. Lantaran terlalu banyak berpikir, mesin alias otak secara tak sadar mati.
"Ini adalah contoh masalah otak yang dialami banyak orang dewasa dengan ADHD," jelasnya.
Kendati demikian, Houlihan menegaskan orang yang mengalami task paralysis atau kelumpuhan tugas belum tentu menderita ADHD. Pada dasarnya, setiap orang akan memberikan reaksi berbeda terhadap stres.
Jika, respons yang terlihat berupa nge-freeze di saat-saat stres yang sangat tinggi atau tuntutan pekerjaan tengah meningkat, maka detikers kemungkinan tengah mengalami kelumpuhan tugas.
Tanda Task Paralysis
Melengkapi Houlihan, psikolog klinis Melbourne/Naarm, Max von Sabler membeberkan berbagai tanda-tanda seseorang alami task paralysis atau perasaan tak sanggup mengerjakan tugas, yakni:
- Kesulitan memulai tugas
- Merasa mandek
- Kewalahan
- Tekanan emosional
- Kegelisahan fisik
- Kelelahan mental
- Memiliki terlalu banyak pilihan
- Terlalu memikirkan setiap detail tugas
- Tugas yang terlalu kompleks
- Instruksi yang tidak jelas
- Kecemasan tanpa imbalan langsung
- Perfeksionisme
Von Sabler menyatakan pada umumnya kondisi ini terjadi ketika seseorang merasa terlalu banyak tugas atau informasi. Hal ini membuat seseorang tersebut seperti memiliki tugas yang tidak ada habisnya.
"Rasanya seperti memiliki daftar hal yang tidak ada habisnya untuk dilakukan, tetapi tidak dapat memulai satu pun," ungkapnya.
"Hal ini sering terjadi karena merasa kewalahan dengan banyaknya pilihan, sehingga tidak tahu harus mulai dari mana. Rasanya seperti ada terlalu banyak informasi dan terlalu banyak masukan," sambung von Sabler lagi.
Tips Menghadapi Task Paralysis
Minta Bantuan Profesional
Satu tips yang bisa diberikan Houlihan ketika detikers sudah menyadari mengalami task paralysis adalah meminta bantuan ke pihak profesional. Langkah ini sebenarnya berlaku untuk segala aspek terkait kesehatan mental seseorang.
"Berbincang dengan dokter umum yang dapat memberi tahu jenis dukungan lokal mungkin merupakan langkah awal yang baik," jelasnya.
Latihan Pernapasan
Ketika detikers merasa dalam kondisi membeku, Houlihan menyarankan agar latihan pernapasan untuk membantu mengatur emosi dan menenangkan sistem saraf. Lakukan hal ini selama beberapa menit hingga bisa menenangkan diri.
Pecah Tugas Jadi Bagian-Bagian Kecil
Pelatih ADHD bersertifikat, Sharon Collon yang juga sering mengalami kelumpuhan tugas ikut memberi tips. Dibanding mengerjakan tugas besar sekaligus, Collon menyarankan untuk membagi tugas besar ke dalam poin-poin kecil.
"Saat ini bahkan lebih mudah karena kita memiliki AI yang akan menguraikan tugas untuk Anda. Jika Anda memiliki banyak hal penting yang harus dilakukan, cobalah untuk mengerjakan hal-hal termudah dan tercepat terlebih dahulu," katanya.
Pakai Teknik Pomodoro
Selanjutnya, von Sabler menyarankan untuk mengatur waktu menggunakan teknik pomodoro. Pada teknik ini, orang bekerja selama 25 menit dan istirahat selama 5 menit.
"Tuliskan semua yang perlu dilakukan. Ini dapat membantu menjernihkan pikiran dan memberikan panduan visual, dan inilah yang kami sebut sebagai brain dump," katanya.
Di zaman yang sudah canggih ini, von Sabler mengatakan, orang-orang bisa memanfaatkan aplikasi dan perangkat digital untuk mengatur tugas dan memberikan pengingat.
Aktivitas Fisik Sesederhana Keliling Komplek
Selain itu, von Sabler juga menyarankan agar tak lupa beraktivitas fisik.
"Aktivitas fisik juga dapat membantu meningkatkan kejernihan mental dan mengurangi rasa lumpuh. Berjalan kaki singkat di sekitar blok saja dapat membuat perbedaan besar," tandasnya.
(det/twu)
