Ilmuwan berhasil merekonstruksi wajah dua pria yang diperkirakan hidup di India bagian selatan pada 2.500 tahun lalu. Rekonstruksi ini dilakukan dari tengkorak yang ditemukan di sebuah pemakaman kuno, lengkap dengan perhiasan hingga tembikar.
Melalui teknologi rekonstruksi digital, para peneliti berhasil menemukan wawasan baru tentang sebuah peradaban masa lalu. Para peneliti melakukan pemindaian CT scan untuk membuat model 3D. Hasilnya kemudian dikirim ke Face Lab di Universitas Liverpool John Moores, Inggris, yang terkenal ahli dalam rekonstruksi wajah.
"Model wajah realistis tersebut didasarkan pada dua tengkorak yang ditemukan di situs pemakaman yang dikenal sebagai Kondagai, yang terletak di negara bagian Tamil Nadu di India selatan," kata Kumaresan Ganesan, kepala Departemen Genetika di Universitas Madurai Kamaraj, yang terlibat dalam analisis sisa-sisa manusia, dikutip dari Live Science, Jumat (19/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penemuan dua tengkorak ini terjadi pada 2021 di situs pemakaman Kondagai, Tamil Nadu, India Selatan. Kondagai diyakini sebagai area pemakaman bagi peradaban kuno yang berpusat di Keeladi.
Sebuah Peradaban Kuno
Menurut para peneliti, Keeladi bukanlah desa biasa. Sekitar tahun 580 SM, masyarakatnya sudah tinggal di rumah bata dengan atap genteng, punya sistem pengelolaan air yang rumit, bahkan terlibat dalam perdagangan jarak jauh.
Masyarakatnya juga meninggalkan jejak aksara Tamil kuno yang menunjukkan tingkat literasi tinggi. Fakta-fakta ini membuktikan bahwa Keeladi adalah peradaban urban yang maju, dengan kehidupan sosial dan teknologi yang tak kalah dari pusat-pusat kota besar di zamannya.
"Model-model (yang direkonstruksi) ini dapat membantu kita memahami orang-orang dari masa lalu dan memungkinkan kita membandingkan diri kita dengan nenek moyang kita," ujar Caroline Wilkinson, direktur Face Lab.
Wajah dengan Tatapan Tajam
Rekonstruksi wajah berdasarkan tengkorak berusia 2.500 tahun yang ditemukan di situs pemakaman kuno Kondagai di Tamil Nadu, India Foto: Facial depictions by Face Lab, Liverpool John Moores University |
Hasil rekonstruksi menunjukkan kedua pria itu meninggal di usia sekitar 50-60 tahun. Namun, penyebab kematian mereka masih belum diketahui.
Detail wajah seperti otot, lemak, dan kulit tampak secara digital berdasarkan data tengkorak, sedangkan ciri seperti warna kulit, rambut, dan mata diambil dari basis data populasi Asia Selatan modern.
Meskipun wajah terlihat realistis, para peneliti menekankan bahwa ini baru rekonstruksi awal.
"Setelah kami mendapatkannya, data tersebut akan diperbarui, jika diperlukan," jelas Ganesan, merujuk pada analisis DNA yang masih berlangsung.
Menurutnya, pemilihan warna kulit, rambut, dan mata saat ini masih mengikuti rata-rata populasi India Selatan. Hasil akhir bisa saja berbeda jika analisis DNA purba menunjukkan data lain.
Penelitian DNA dari tengkorak Kondagai diharapkan bisa menjawab pertanyaan besar: 'Siapa leluhur peradaban Keeladi?'. Temuan awal menunjukkan adanya kedekatan genetik dengan populasi Asia Selatan modern.
"Namun, kami tidak memiliki data DNA untuk memastikan hal itu," tambah Ganesan.
Meski begitu, ada kemungkinan kuat bahwa penduduk Keeladi adalah nenek moyang sebagian masyarakat India Selatan saat ini. Sayangnya, keterbatasan data DNA spesifik dari Tamil Nadu membuat hubungan ini belum bisa dipastikan.
Situs Keeladi sendiri baru ditemukan pada 2013 oleh Survei Arkeologi India. Sampai saat ini, baru sebagian kecil dari pemukiman perkotaan dan area pemakaman yang digali.
*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama
(faz/faz)












































