Kapan Musim Hujan Mulai? Wilayah-wilayah Ini Bakal Diguyur Hujan Lebat

ADVERTISEMENT

Kapan Musim Hujan Mulai? Wilayah-wilayah Ini Bakal Diguyur Hujan Lebat

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 15 Sep 2025 09:00 WIB
Warga menggunakan payung menerobos gerimis di pelican crossing Jl Thamrin, Jakarta, Senin (14/7/2025). Curah hujan terpantau masih tinggi meskipun sudah memasuki musim kemarau. Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), anomali curah hujan di atas normal berlangsung sejak Mei hingga Oktober 2025.Β  BMKG memprediksi bahwa kemarau 2025 akan mengalami keterlambatan di sekitar 29 persen Zona Musim (ZOM), terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Foto: Ari Saputra/detikcom/BMKG memprediksi musim hujan 2025 akan dimulai lebih awal pada Agustus akhir atau awal September
Jakarta -

Intensitas hujan di sejumlah wilayah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Di Bali, misalnya, hujan lebat yang mengguyur mengakibatkan banjir pada Rabu (10/5/2025). Lalu apakah musim hujan sudah masuk?

Tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa musim kemarau 2025 berlangsung lebih pendek di sejumlah wilayah Tanah Air. Mulanya, kemarau diprediksi mencapai puncaknya pada pertengahan Agustus.

Namun, dinamika atmosfer menunjukkan, peningkatan intensitas hujan terjadi di berbagai wilayah. BMKG kemudian menyebut musim hujan, diprediksi akan dimulai lebih awal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991-2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jakarta, Jum'at (12/9/2025).

Kapan Musim Hujan Mulai?

Dwikorita menjelaskan musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026. Sebagian besar akan mulai masuk musim hujan pada September 2025.

ADVERTISEMENT

Wilayah-wilayah yang diprediksi memasuki musim hujan pada September antara lain sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan.

Adapun untuk puncak musim hujan bervariasi untuk setiap wilayah. Namun, sebagian besar terjadi pada November-Desember 2025.

Apa Penyebab Musim Hujan Datang Lebih Awal?

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan mengungkapkan, faktor global dan regional menjadi salah satu penyebab dinamika musim hujan tahun 2025.

Misalnya pada Agustus 2025, fenomena El NiΓ±o-Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks -0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. Namun di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks -1,2), yang menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat.

Kemudian, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia yang lebih hangat dari rata-rata klimatologis, memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. ENSO netral ini diprediksikan bertahan hingga akhir 2025, sedangkan IOD negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025.

"Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan," jelas Ardhasena, dikutip dari laman resmi BMKG, Minggu (14/9/2025).

Wilayah yang Diprediksi Bakal Diguyur Hujan Lebat pada 15-18 September

Berdasarkan laporan BMKG, hujan lebat diprediksi akan melanda sejumlah wilayah pada 15-18 September 2025. Wilayah tersebut yaitu:

- Jawa Tengah, Jawa Timur

- Kepulauan Riau

- Kalimantan Barat

- Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku

- Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Dengan adanya kondisi ini, Dwikorita mengajak pemerintah dan masyarakat luas untuk memantau informasi cuaca agar selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Misalnya seperti banjir, genangan air, tanah longsor, hingga angin kencang.

"BMKG telah meningkatkan layanan informasi iklim dan cuaca melalui berbagai kanal, termasuk aplikasi mobile, media sosial, dan jaringan komunikasi langsung dengan pemerintah daerah. Kami berharap informasi ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk perencanaan, mitigasi, dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga dampak ancaman bahaya dapat diminimalkan," tuturnya.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads