Wombat saat ini menjadi satu-satunya hewan dengan kotoran berbentuk kotak-kotak. Ternyata, penyebabnya sudah diungkap peneliti.
Tim gabungan peneliti AS dan Australia tersebut berasal dari University of Tasmania dan Georgia Tech University.
Studi mereka kelak diganjar Hadiah Nobel Ig satir dari Improbable Research, sebagai riset yang 'membuat orang-orang tertawa dan kemudian berpikir'. Penghargaan ini mereka terima pada upacara di Harvard University, AS, 2019 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, mengapa kotoran wombat berbentuk kotak-kotak menurut penelitian?
Penyebab Kotoran Wombat Berbentuk Kotak
Usus Wombat yang Panjang
Salah satu penulis studi, Dr Scott Carver dari University of Tasmania, menjelaskan faktor penyebab kotoran wombat berbentuk kotak antara lain ususnya yang panjang. Panjang usus wombat mencapai sekitar 10 meter, sedangkan panjang usus manusia sekitar 7 meter.
Usus wombat yang panjang diperkirakan menyerap air dari kotorannya. Hal ini membuat kotoran wombat kering dan tidak lonjong lembek seperti kotoran manusia pada umumnya.
Kadar air dalam kotoran wombat sekitar 65 persen. Sementara itu, kadar air pada kotoran manusia sekitar 75 persen.
"Kotoran wombat kering. Usus besar manusia tidak terlalu panjang, sehingga tidak tidak menarik banyak air dari feses," ucap dosen ekologi alam liar University of Tasmania ini, dikutip dari laman kampus.
Tidak Semua Bagian Usus Wombat Lentur
![]() |
Pembedahan pada bangkai wombat menunjukkan sebagian usus wombat kaku dan sebagian lainnya lunak. Alhasil, bagian usus yang kaku membuat bentuk kotoran wombat memiliki semacam sudut dan menjadi kotak-kotak.
Temuan ini menegaskan bahwa bentuk kotak kotoran-kotoran wombat tidak dipengaruhi oleh lubang kotorannya atau sfingter, melainkan ususnya.
"Laboratorium saya menemukan bahwa kubus kotoran itu terbentuk di usus," kata Carver, dikutip dari laman Georgia Tech University.
Pemodelan terbentuknya kotoran kubus pada usus juga dikerjakan oleh Dr Hu dan para mahasiswa Georgia Tech. Mereka menggunakan bubur coklat dari tepung maizena pada pemodelan usus yang sebagian kaku dan sebagian lunak.
Hasilnya selaras dengan hipotesis bahwa bentuk kotak kotoran wombat disebabkan oleh usus.
"Saat bubur coklat memenuhi usus, zona kaku akan menahan pembengkokan di wilayah tersebut. Empat zona kaku seperti itu dapat menciptakan empat dinding kubus. Sudut-sudut kubus akan menjadi konsekuensi dari zona lunak perantara," jelasnya.
Tidak Sengaja Terungkap
Carver menuturkan, ia semula hanya berencana untuk membedah bangkai wombat Vombatus ursinus. Proses pembedahan mengungkap usus hewan ini begitu panjang.
Menurutnya, penelitian ini adalah contoh bagaimana penemuan ilmiah terjadi saat orang tidak berniat khusus mencarinya.
"Ada beragam hipotesis untuk menjelaskan fenomena ini, tetapi belum ada yang menginvestigasinya. Riset ini adalah usaha menyenangkan dalam menjawab soal 'bagaimana' dan 'kenapa'," tuturnya.
Selaras, menurut Hu, penelitian terkait fakta unik kotoran wombat ini dapat bantu membuat anak-anak tertarik pada sains. Efeknya seperti saat anak-anak diberi tahu hasil studinya yang lain, bahwa rata-rata mamalia menghabiskan waktu 20 detik untuk buang air. Penelitian tersebut juga membuat ia dan peneliti Patricia Yang diganjar Hadiah Nobel Ig pada 2015.
Hasil studi pembentukan kotoran wombat yang berbentuk kotak-kotak dipublikasi dalam jurnal Soft Matter dengan judul 'Intestines of non-uniform stiffness mold the corners of wombat feces' yang dipublikasikan 8 Desember 2020.
(twu/nwk)