Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 Terjadi karena Apa?

ADVERTISEMENT

Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 Terjadi karena Apa?

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 15 Agu 2025 06:00 WIB
Rumah Djiauw Kie Siong yang menjadi saksi bisu Peristiwa Rengasdengklok
Rumah Djiauw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok tempat terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Foto: Istimewa (dok. Buku Peristiwa Rengasdengklok karya Her Suganda)
Jakarta -

Peristiwa Rengasdengklok terjadi tepat sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, tepatnya 16 Agustus 1945. Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi karena apa?

Banyak ketegangan yang terjadi pada peristiwa Rengasdengklok karena ada perbedaan pendapat dan ketegangan antara golongan tua dan golongan muda.

Pada 15 Agustus 1945, Jepang mengaku kalah dari pihak sekutu. Kabar tersebut didengar oleh golongan muda seperti Sukarni, Wikana, dan Darwis. Golongan muda ingin proklamasi segera dilaksanakan tanpa melibatkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), demikian dikutip dari buku Sejarah SMA Kelas XII Program Ilmu Sosial oleh Drs Sardiman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Golongan tua yang terdiri dari Sukarno, Moh Hatta, dan Achmad Soebardjo menganggap kemerdekaan harus disiapkan secara matang lewat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), demikian dikutip dari Ensiklopedia Kemdikbud. Golongan muda menganggap cara tersebut menandakan bahwa kemerdekaan adalah hadiah dari Jepang.

Terlebih, PPKI adalah panitia yang dibentuk sendiri oleh Jepang. Selain itu, golongan muda berpikir kekosongan kekuasaan saat itu bisa memicu ancaman lain. Golongan muda menilai proklamasi harus dilakukan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan PPKI.

ADVERTISEMENT

Maka, golongan muda ingin menjauhkan dua proklamator Indonesia, Sukarno dan Hatta, dari pengaruh Jepang. Caranya, menculik dua tokoh proklamator itu ke Rengasdengklok.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

15 Agustus 1945

Jepang mengaku kalah dari pihak sekutu. Golongan muda yang mendengar kabar ini kemudian rapat di Cikini 71. Setelah rapat, para utusan golongan muda menghadap Bung Karno dan Bung Hatta pada 15 Agustus 1945 malam.

Tujuan mereka menghadap adalah mendesak agar proklamasi dilakukan pada 16 Agustus 1945. Kendati demikian, Sukarno menolak dan berkeras akan membicarakan hal ini lebih dulu dengan para wakil PPKI.

16 Agustus 1945

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Penolakan tersebut menjadi latar belakang 'penculikan' para tokoh negara ini dan dibawa ke Rengasdengklok, demikian dikutip dari buku 'Detik-Detik Proklamasi' (2011) karya Arifin Suryo Nugroho dan Ipong Jazimah.

Golongan pemuda yang membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok dipimpin oleh anggota Pembela Tanah Air (PETA) Shodanco Singgih. Agar tidak dicurigai Jepang, Sukarno dan Hatta beserta para pengawal mengenakan seragam PETA.

Soekarno-Hatta dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok. Djiauw Kie Siong merupakan seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Selain Sukarno dan Hatta, turut dibawa serta Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra.

Rengasdengklok dipilih karena pada zaman penjajahan Jepang, wilayah tersebut merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta. Selain itu, terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok.

Lokasinya pun terpencil, sekitar 20 km di arah utara Karawang, Jawa Barat, dekat Sungai Citarum. Sehingga jika ada gerakan Jepang ke arah sana, akan dapat segera terdeteksi. Maka dari itulah tempat ini dinilai aman dari Jepang.

Sukarno dan Hatta tak sampai 24 jam berada di Rengasdengklok. Pada sekitar pukul 18.00, Achmad Soebardjo datang menyusul Soekarno-Hatta. Ia datang untuk menjemput mereka atas perintah Gunseikan.

Soebardjo menjanjikan proklamasi kemerdekaan, jika dua tokoh tersebut dibawa pulang kembali ke Jakarta. Bahkan, ia menjadikan nyawa sebagai taruhannya.

Ia menjamin kemerdekaan bisa terlaksana pada 17 Agustus 1945 besok. Golongan muda pun menyepakati dan mengembalikan Sukarno-Hatta ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, Soekarno-Hatta bertandang langsung ke rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi pada pukul 24.00. Mereka bermaksud menyiapkan rapat PPKI.

17 Agustus 1945

Rapat penyusunan teks Proklamasi dilakukan hingga dini hari di rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi. Saat penyusunan naskah Proklamasi ini, Hatta berperan penting dan dipercaya Sukarno karena kemampuan bahasanya yang baik.

Hatta dan lainnya setuju jika kalimat pertama berbunyi "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".

Setelah isi teks disusun dan disetujui peserta yang hadir, naskah kemudian diketik oleh Sayuti Melik.

Naskah rampung dan peserta rapat setuju jika penandatanganan cukup diwakili oleh Sukarno dan Hatta. Rapat pun berakhir pukul 03.00 dini hari.

Pembacaan naskah proklamasi pun dibacakan pada siang harinya yakni pukul 10.00 di rumah Sukarno, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.




(nwk/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads