2 Pekerjaan Ini Disebut Akan Sulit Digantikan AI, Apa Saja?

ADVERTISEMENT

2 Pekerjaan Ini Disebut Akan Sulit Digantikan AI, Apa Saja?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 08 Agu 2025 08:00 WIB
Ilustrasi perawat
Foto: iStock/Pekerjaan perawat disebut akan susah digantikan AI karena perlunya hubungan emosional dengan pasien
Jakarta -

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) diprediksi akan menggantikan berbagai peran kerja dalam 5-10 ke depan. Namun, ada beberapa pekerjaan yang dinilai akan sulit digantikan AI. Apa saja pekerjaan itu?

Laporan Future Jobs 2025 dari World Economic Forum (WEF) memprediksi, tren industri kerja akan berubah. Sebanyak 170 juta lapangan kerja baru akan tercipta, sedangkan 92 juta akan tergusur dalam lima tahun ke depan.

Pergeseran ini terjadi akibat keberadaan AI dan mesin otomatisasi. Sektor pekerjaan yang diprediksi akan tergeser antara lain kasir, petugas tiket, hingga bagian administrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, tetap ada pekerjaan yang akan sulit digantikan AI. Apa saja itu?

2 Pekerjaan yang Akan Sulit Digantikan AI

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, mengatakan bahwa bidang AI akan mengubah pasar kerja secara dramatis. Namun, di bidang kesehatan, ada yang sulit digantikan AI.

ADVERTISEMENT

Pekerjaan pertama yang sulit digantikan AI adalah dokter. Hassabis menyebut, AI dapat menganalisis data medis, pemindaian, dan hasil tes lebih akurat dari manusia (dokter).

Namun, dokter tetap diperlukan untuk berperan dalam pengambilan keputusan rumit.

"Al dapat menangani analisis data, diagnostik, dan rekomendasi perawatan lebih cepat daripada manusia, tetapi dokter akan tetap mengawasi pengambilan keputusan yang rumit dan perawatan pasien," ucap Hassabis dalam Times of India, dikutip Kamis (7/8/2025).

Selanjutnya, pekerjaan kedua yang sulit digantikan AI adalah perawat. Menurut Hassabis, keperawatan berbasis empati, sesuatu yang tidak bisa ditiru oleh AI.

Ilmuwan komputer asal Inggris tersebut, mengatakan, perawat robotik mungkin bisa bekerja lebih cepat, tapi tidak bisa terhubung secara emosional dengan pasien.

"Perawat robotik mungkin efisien tetapi tidak memiliki kemampuan untuk terhubung secara emosional dengan pasien, yang merupakan bagian penting dari perawatan," jelas lulusan University of Cambridge dan University College London itu.

Kedua pekerjaan ini, kata Hassabis, menunjukkan bahwa meski AI bisa menggantikan banyak tugas-tugas, tapi pekerjaan yang mengandalkan kecerdasan emosional akan tetap bergantung pada manusia. Ini artinya, AI tidak akan menghilangkan kebutuhan akan empati manusia.

Keberadaan AI Bersifat Kolaboratif

Alih-alih menggantikan semuanya, Hassabis menerangkan, tempat kerja di masa depan akan banyak berkolaborasi dengan AI. Manusia dan AI akan berkolaborasi untuk pekerjaan yang lebih efektif.

"AI akan menangani proses yang sarat data, repetitif, dan analitis, yang memungkinkan manusia untuk berfokus pada pemecahan masalah yang kreatif, interaksi emosional, dan peran kepemimpinan," terang peraih Hadiah Nobel Kimia 2024 itu.

Pergeseran tren pasar kerja ini, akan membuat pemerintah dan perusahaan mulai berinvestasi dalam program peningkatan keterampilan. Tujuannya agar pekerja bisa menghadapi lingkungan baru yang didukung oleh AI.

Terlebih, laporan Bloomberg menyebut, AI bisa menggantikan lebih dari 50 persen tugas di masa depan. Menurut pakar, ini mengindikasikan bahwa pekerja saat ini harus menjadi pembelajar aktif dan beradaptasi dengan perkembangan tren yang ada.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads