Kabar gempa Rusia di dekat Semenanjung Kamchatka belum lama ini sebenarnya menimbulkan kecemasan pada para ilmuwan. Pasalnya, lokasi tersebut merupakan tempat lempeng Pasifik menukik di bawah lengan lempeng Amerika Utara dan berada di sekitar lempeng Eurasia.
Kekhawatiran mereka adalah potensi tsunami yang meluas dan sangat merusak. Hal itu terjadi pada 1952, ketika gempa berkekuatan M 9,00 dengan mudah menyapu bersih sebuah kota Rusia di dekat sana sekaligus menyebabkan kerusakan parah di Hawaii yang lokasinya jauh.
Prakiraan awal para ilmuwan terkait gempar Rusia kemarin, beberapa negara di sekitar Samudra Pasifik akan terendam banjir hingga taraf tertentu. Jutaan orang dievakuasi dari pesisir Jepang dan banyak orang di Hawaii diperintahkan untuk mencari tempat yang lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan juga orang-orang di seluruh wilayah Amerika Tengah dan Selatan disarankan untuk mengungsi dari surutnya laut. Dan ketika tsunami kecil pertama terbentuk di Pulau Hokkaido di utara Jepang, terdapat kekhawatiran awal yang mana gelombang bisa mencapai ketinggian hampir 3 meter.
Sebagian besar negara yang berada di lokasi berpotensi terimbas, ternyata tidak terdampak oleh gelombang air yang sangat mematikan, meskipun gelombang setinggi lebih dari 1,2 meter menghantam Jepang dan Hawaii. Seorang turis di Hawaii mengatakan kepada BBC News, "Bencana yang kami duga tidak terjadi."
Beberapa wilayah di California telah terendam air hingga 2,4 meter, tetapi tanpa kerusakan yang berarti.
Hal ini pun menimbulkan pertanyaan, mengingat gempa Kamchatka kemarin berkekuatan besar, mengapa tsunami yang dihasilkan tidak 'dahsyat'?
Kenapa Tidak Terjadi Tsunami yang Lebih Dahsyat?
Ilmuwan gempa bumi dan tsunami di Universitas Oregon, Diego Melgar mengatakan pertama-tama penting untuk menyadari dikeluarkannya peringatan apa pun merupakan suatu keberhasilan. Ia menegaskan, peringatan yang dikeluarkan memang efektif.
Ia menjelaskan, seperti dikutip dari Scientific American, tsunami tidak harus setinggi 9 meter untuk menyebabkan kerusakan parah dan kematian. Bahkan tsunami yang relatif kecil pun dapat menghanyutkan orang dan bangunan dengan mudah.
Sementara, tsunami yang dihasilkan dari gempa Rusia beberapa hari lalu tidak sedahsyat itu karena patahan spesifik yang pecah menghasilkan tsunami yang hampir sama persis dengan potensinya.
Walau begitu, tidak menampik untuk Kamchatka dan sekitarnya terdapat beberapa kerusakan lokal. Gempa bumi itu sendiri mengguncang Kota Petropavlovsk-Kamchatsky di Rusia timur dengan dahsyat dan mengakibatkan kerusakan yang tersebar pada bangunan-bangunan di sana.
Gelombang tsunami juga mencapai ketinggian hingga 4,5 meter di Severo-Kurilsk, sebuah kota di Kepulauan Kuril utara, tepat di selatan Kamchatka. Rumah-rumah dan sebagian pelabuhan hancur atau tersapu ke laut.
Selain itu, cara setiap negara mengeluarkan peringatan tsunami sedikit berbeda. Namun secara umum, jika tsunami kemungkinan besar akan datang dan dianggap berpotensi berbahaya, perintah evakuasi bagi mereka yang berada di garis pantai yang terdampak akan dikeluarkan. Ketika peringatan tersebut dikeluarkan, beberapa perkiraan tinggi gelombang tsunami seringkali diberikan, tetapi angka-angka awalnya sulit dipastikan.
Salah satu alasan kenapa angkanya sulit dipastikan, menurut seorang ilmuwan gempa independen, Amilcar Carrera-Cevallos, karena ketika gempa yang menyebabkan tsunami terjadi, energi tsunami tidak terdistribusi secara simetris.
Tsunami tidak bergerak ke luar ke segala arah dengan momentum yang sama karena patahan tidak pecah dalam patahan linear yang rapi. Pergerakan dasar laut juga tidak terjadi dengan mulus dan dalam satu arah.
"Peringatan awal hanya didasarkan pada perkiraan ukuran dan lokasi sumber, tetapi ini saja tidak menentukan seberapa banyak air yang dipindahkan atau di mana gelombang akan terkonsentrasi," kata Melgar.
Ia menerangkan, untuk memperkirakan dampak secara akurat, para ilmuwan perlu mengetahui seberapa jauh patahan bergeser, di area mana, dan seberapa dekat dengan palung pergeseran terjadi. Dan informasi itu biasanya diperoleh satu atau dua jam setelah tsunami muncul.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tsunami
Tsunami saat ini dilacak oleh jaringan sensor tekanan laut dalam yang membantu para ilmuwan memperbarui prakiraan mereka secara real-time. Namun, jaringan tersebut jarang.
"Jaringan ini tidak selalu menangkap kompleksitas penuh energi gelombang yang memancar melintasi cekungan," catat Melgar.
Artinya, jaringan tersebut hanya memberikan pemahaman parsial kepada para ilmuwan tentang tsunami di seluruh samudra.
Masalah lainnya adalah tinggi gelombang tsunami saat mencapai pantai dipengaruhi oleh bentuk dan ketinggian (secara teknis disebut batimetri) dasar laut yang dilewatinya. Tsunami juga terhalang atau malah terbantu oleh bentuk dan sifat garis pantai yang dihantamnya.
"Fitur seperti teluk dapat memperkuat tinggi gelombang; gelombang tsunami juga dapat didifraksi (dibelokkan) di sekitar pulau," kata ilmuwan gempa bumi di University College London, Stephen Hicks, dikutip dari sumber yang sama.
(nah/nwk)