Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi menetapkan 7 Juli sebagai Hari Pustakawan Indonesia. Penetapan Hari Pustakawan Indonesia menjadi wujud pengakuan dan apresiasi atas dedikasi para pustakawan di seluruh Indonesia.
Diketahui, hingga saat ini terdapat sekitar 164 ribu unit perpustakaan di Indonesia. Seluruhnya tersebar menjadi perpustakaan pusat, sekolah, desa, dan lainnya.
Namun, di tengah kemajuan teknologi keberadaan pustakawan justru bak menjadi aktor yang tidak tersorot. Jumlahnya tidaklah banyak, bahkan Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyebut pustakawan sebagai sosok yang bekerja di tengah sunyi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bekerja di perpustakaan itu memang profesi yang tidak terkenal dan nyaris tanpa publikasi. Sering disebut dengan bekerja di tengah sunyi," tutur Mu'ti kepada wartawan usai acara Memperingati Hari Pustakawan Indonesia dan Hari Ulang Tahun ke-52 Ikatan Pustakawan Indonesia di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025).
Ingin Prodi Perpustakaan Ditambah
Jumlah pustakawan yang masih sedikit diakui Mu'ti sebagai tantangan nyata yang Kemendikdasmen hadapi. Untuk itu, ia memiliki tiga upaya yang akan dilakukan.
Upaya pertama, Mu'ti menginginkan program studi (prodi) perpustakaan di jenjang pendidikan tinggi ditambah. Ia menyatakan akan berbicara dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto agar lulusan sarjana perpustakaan bisa meningkat.
"Karena sekarang ini kan sangat sedikit prodi perpustakaan di perguruan tinggi itu," kata Sekum PP Muhammadiyah itu.
Selanjutnya, Mu'ti menyatakan perlu adanya keberpihakan dari pemerintah kepada pustakawan. Salah satu saran yang ia terima untuk mewujudkan hal ini adalah proses pengangkatan pustakawan sebagai bagian dari tenaga kependidikan.
"Ada formasinya disediakan, karena itu di kami, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dulu punya balai guru penggerak yang hanya mengurusi guru penggerak saja. Sekarang, kami ubah namanya menjadi balai guru dan tenaga kependidikan," sambungnya.
Di balai tersebut, seluruh kompetensi guru dan tenaga kependidikan termasuk pustakawan akan ditingkatkan serta diberdayakan. Bukan hanya guru, Mu'ti menekankan, pustakawan juga sebagai salah satu unsur pendukung yang tak terlepaskan dalam upaya pengembangan mutu pendidikan.
Ia menambahkan, Kemendikdasmen juga akan melakukan pelatihan pada guru yang ditugaskan sebagai pustakawan di sekolah. Upaya ini akan lewat kerja sama dengan Perpustakaan Nasional atau lewat Ikatan Pustakawan Indonesia.
"Sekarang ini kan pustakawan di sekolah itu biasanya guru yang diberikan tugas tertentu. Tetapi, guru ini harus dilatih. Nah nanti tinggal format pelatihannya (dibuat), apakah dalam bentuk misalnya pelatihan singkat, pustakawan tingkat dasar," ungkap Mu'ti.
Soal pelatihan diberikan di tingkat dasar, Mu'ti menjelaskan alasannya lantaran guru tetap berfungsi sebagai guru dan bukan ganti profesi jadi pustakawan. Dengan pelatihan tingkat dasar, guru diharapkan mampu melaksanakan tugas kepustakawanan yang punya ilmu pengelolaan perpustakaan.
Kementerian menurut Mu'ti juga akan menambah koleksi perpustakaan di sekolah. Bukan hanya buku teks, tambahan ini rencananya juga koleksi nonteks. Mu'ti berharap dengan bertambahnya buku, pengembangan literasi dan kreativitas murid sekolah bisa meningkat.
"Upaya kita untuk menambah koleksi di perpustakaan sekolah terus kita tingkatkan sehingga buku-buku yang ada di sekolah tidak hanya buku teks yang berkaitan dengan mata pelajaran," tutur Guru Besar UIN Jakarta itu.
"Tapi, juga buku-buku nonteks yang itu bisa menjadi bagian dari pengayaan, sekaligus juga bagian dari pengembangan literasi dan kreativitas di kalangan anak-anak sekolah di seluruh Tanah Air," sambungnya.
(det/twu)