Proyek Deteksi Riset Medis Cacat dan Palsu Dimulai, Amankan Pedoman Kesehatan

ADVERTISEMENT

Proyek Deteksi Riset Medis Cacat dan Palsu Dimulai, Amankan Pedoman Kesehatan

twu - detikEdu
Senin, 09 Jun 2025 14:00 WIB
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan mikroskop.
Center for Scientific Integrity meluncurkan Medical Evidence Project untuk mengentaskan makalah medis cacat, mencegah dampak buruk pada pedoman kesehatan. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Center for Scientific Integrity (CSI) merilis proyek pengentasan makalah penelitian medis yang cacat atau palsu pada 1 Juni 2025. Proyek Medical Evidence Project ini juga akan menetralkan dampak hasil studi tersebut pada pedoman kesehatan.

Diketahui, Center for Scientific Integrity adalah organisasi nirlaba yang mengelola Retraction Watch, basis data yang menelusuri penarikan karya ilmiah dan yang terkait. Proyek Medical Evidence Project sendiri akan dikelola konsultan integritas sains James Heathers dengan didanai hibah USD 900 ribu (Rp 14,6 miliar) dari Open Philanthropy.

Heathers mengatakan pihaknya akan menemukan makalah catat yang berdampak buruk pada pedoman kesehatan karena membuat penyimpangan pada meta analisis. Diketahui, meta analisis adalah tinjauan yang menggabungkan hasil-hasil sejumlah studi yang mirip untuk memperoleh kesimpulan penelitian yang secara statistik lebih kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, hasil proyek tersebut akan dipublikasi ke publik. Langkah ini diharapkan mencegah dampak bukti ilmiah medis cacat terhadap kualitas hidup manusia.

"Saya rasa tidak ada yang lebih mengancam orang daripada penelitian medis yang buruk," ucapnya, dilansir Nature, Rabu (4/5/2025), dikutip Minggu (9/5/2025).

ADVERTISEMENT

Hasil Studi Cacat dan Palsu

Direktur Eksekutif CSI mengatakan hasil studi bidang medis yang cacat akibat kesalahan tidak disengaja, pelanggaran, maupun pemalsuan (disengaja) merupakan masalah serius dalam sains.

Ia memperkirakan, 1 dari setiap 50 karya tulis yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah harus ditarik. Jumlahnya setara dengan puluhan ribu karya ilmiah dari total sekitar 3 juta makalah yang terbit tiap tahun.

Selaras, Heathers mengatakan proyek serupa pernah digelar. Pada akhir 2024, penelitian palsu dan penelitian cacat dikonfirmasi telah mencemari tinjauan sistematis modis. Sebagai informasi, tinjauan sistematis modis merangkum bukti dari berbagai uji klinis dan menjadi bahan pedoman medis di seluruh dunia.

Ia merinci, berdasarkan penelusuran pada 50 tinjauan medis terkenal, ada masalah pada 6 persen makalah yang menjadi bagian dari review tersebut.

Contohnya, pedoman tahun 2009 dari European Society of Cardiology merekomendasikan penggunaan obat penurun tekanan darah 'beta-blocker' untuk melindungi jantung selama operasi non-jantung. Rekomendasi ini sebagian besar didasarkan pada serangkaian penelitian yang dimulai pada 1999.

Beberapa tahun kemudian, muncul kekhawatiran tentang penelitian tersebut. Pedoman tersebut diamandemen pada 2013. Namun, penyelidikan pada 2014 tidak dapat mengkonfirmasi maupun menghilangkan keraguan tentang pekerjaan tersebut.

Peneliti lain kemudian melaporkan analisis mereka dari karya ilmiah tersebut. Mereka menyatakan, kepatuhan terhadap pedoman 2009 diperkirakan telah menyebabkan hingga 10.000 kematian per tahun. Angka ini baru dihitung di Inggris saja, belum wilayah lainnya.

Cara Menemukan Karya Ilmiah Cacat

Pada proyek Medical Evidence Project, whistleblower dapat memberi petunjuk atau saran anonim soal makalah yang diduga cacat pada platform http://medicalevidenceproject.org/. Platform ini dianggap dapat membantu whistleblower yang takut memberikan sarannya via platform publik PubPeer, atau yang merasa cara sebelumnya ini tidak efektif.

Lebih lanjut, tim Medical Evidence Project berencana mengembangkan metode komputasinya sendiri untuk menemukan karya ilmiah yang jelek. Kemungkinan, bentuknya seperti Problematic Paper Screening yang dapat mendeteksi frasa yang dibuat-buat, ditulis dengan AI, dengan berbagai penyempurnaan.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads