1 Bahasa Daerah Punah Tiap 2 Minggu, Menteri Mu'ti: Ada Anggapan Simbol Keterbelakangan

ADVERTISEMENT

1 Bahasa Daerah Punah Tiap 2 Minggu, Menteri Mu'ti: Ada Anggapan Simbol Keterbelakangan

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 26 Mei 2025 14:00 WIB
Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2025
Mendikdasmen Abdul Mu'ti saat Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2025. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu
Jakarta -

Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Hafidz Muksin mengatakan pihaknya telah melakukan revitalisasi 114 bahasa daerah dan dialek dari 38 provinsi.

"Sebagai bangsa yang memiliki 718 bahasa daerah, Indonesia dihadapkan pada peluang dan tantangan untuk menjaga dan memelihara kekayaan dan kebinekaan tersebut agar tidak sampai punah," ujarnya dalam acara Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2025 yang dilaksanakan di Gedung Merah Putih PPDSM Kemendikdasmen, Depok pada Senin (26/5/2025).

Langkah tersebut merupakan respons dari ancaman punahnya bahasa daerah di Indonesia. Menurut data UNESCO, setiap dua minggu, satu bahasa daerah di dunia punah karena tidak lagi ada penutur yang mempertahankan penggunaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gelaran FTBIN kali ini, juga menjadi wujud nyata komitmen pemerintah daerah dalam komitmen dan upaya secara konsisten dalam pelestarian bahasa daerah," tutur Hafidz.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti sendiri prihatin dengan kondisi bahasa daerah saat ini. Ia menyoroti banyaknya generasi muda yang enggan menggunakan lagi bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari.

ADVERTISEMENT

"Di era globalisasi sekarang ini, ada kecenderungan bahwa semakin banyak kalangan di negeri ini yang merasa bahwa berbahasa daerah itu adalah simbol dari keterbelakangan," ujar Mu'ti pada kesempatan yang sama.

Menurutnya, lebih banyak anak yang bangga menggunakan bahasa asing. Mereka memandang hal itu sebagai cerminan kelas sosial masyarakat.

"Tentu kita tidak anti bahasa asing. Sesuai dengan trikatra bahasa, kita utamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing," ucap Mendikdasmen.

Saat ini bahasa daerah sudah menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah. Mu'ti menyebut pelajaran bahasa daerah sebagai hidden kurikulum.

"Melestarikan bahasa daerah melalui kurikulum muatan-muatan lokal yang ada di sekolah. Atau kalau kita tidak melalui kurikulum muatan lokal, menjadi hidden curriculum," katanya.

Hidden curriculum yang ia maksud artinya tidak bisa terpisahkan dari kurikulum, meskipun tidak tertulis. Hidden curriculum juga berarti bahasa disalurkan lewat perilaku-perilaku tertentu.

Saat ini, Kemendikdasmen telah menyusun peta jalan Revitalisasi Bahasa Daerah 2025-2029. Revitalisasi tersebut menitikberatkan pada penerapan pendidikan berbasis bahasa ibu, pemanfaatan teknologi digital, dan peningkatan sinergi dengan pemerintah daerah serta komunitas lokal.

"Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, komunitas, dan sektor pendidikan, program revitalisasi bahasa daerah diharapkan dapat berlanjut secara berkelanjutan, memastikan bahwa bahasa ibu tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia," kata Hafidz.

FTBIN menghadirkan para juara terbaik peserta tunas bahasa ibu dari 38 provinsi dengan 114 bahasa daerah/dialek yang direvitalisasi pada tahun 2024. FTBIN menyajikan tampilan teater anak-anak, sebagai bentuk apresiasi dan memberikan ruang bagi generasi muda untuk merasakan kebanggaan terhadap bahasa dan budaya mereka.

"Gelaran FTBIN kali ini, juga menjadi wujud nyata komitmen pemerintah daerah dalam komitmen dan upaya secara konsisten dalam pelestarian bahasa daerah. Kemendikdasmen telah menetapkan 44 kepala daerah yang berhak mendapatkan penghargaan dari Pemerintah, yang telah hadir dalam ruangan ini," pungkas Hafidz.




(cyu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads