Biografi RA Kartini Singkat, Pejuang Emansipasi yang Tergambar dari Surat-suratnya

ADVERTISEMENT

Biografi RA Kartini Singkat, Pejuang Emansipasi yang Tergambar dari Surat-suratnya

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 21 Apr 2025 17:30 WIB
RA Kartini dan suami
Foto: RA Kartini dan suami (Foto: Istimewa)
Jakarta -

RA Kartini lahir pada 21 April 1879 di Mayong, Jepara. Ia merupakan anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Ngasirah.

Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat pada waktu itu menjabat sebagai Asisten Wedono Mayong. Ia kemudian diangkat sebagai Bupati Jepara tiga tahun setelah Kartini lahir.

Sementara, Ngasirah merupakan anak kiai yang berasal dari Teluk Awur, Jepara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada umur tiga tahun, Kartini dibawa orang tuanya ke Jepara saat ayahnya diangkat sebagai Bupati Jepara.

Ayah Kartini memiliki perhatian terhadap pendidikan putrinya. Meskipun saat itu pendidikan untuk perempuan belum lazim, RM Adipati Ario Sosroningrat menyekolahkan Kartini di sekolah bersama teman-temannya.

ADVERTISEMENT

Di dunia sekolah Kartini memperlihatkan ketekunan serta bakatnya dalam membaca dan menulis, seperti disebutkan dalam buku Ensiklopedi Islam & Perempuan: Dari Aborsi hingga Misogini oleh Prof Dr Hj Sri Suhandjati Sukri et al.

Selain membaca, Kartini juga berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda. Kegiatan inilah yang mendukungnya berpikir demokratis.

Surat-surat Kartini

Hanya Mr JH Abendanon, istri, dan anaknya yang merupakan yang terdekat di antara 16 orang Belanda yang menjadi sahabat pena Kartini. Mereka yang paling banyak menerima surat dari Kartini dan kepada merekalah Kartini mencurahkan isi hati atau hal-hal yang bersifat pribadi.

Cucu JH Abendanon menyimpan seluruh surat-surat yang mereka terima, baik dari Kartini atau saudara-saudaranya. Surat-surat itu kemudian dihibahkan ke perpustakaan KITLV pada Agustus 1986. Peneliti FGP Jaquet pun membukukannya dan diterbitkan pada 1987.

Sebelum itu, JH Abendanon sendiri menerbitkan 105 surat-surat Kartini pada 1911 untuk memperkenalkan pemikirannya kepada masyarakat Belanda serta mengumpulkan dana untuk membangun sekolah perempuan Kartini School.

Kartini menulis surat-suratnya selama sekitar 5 tahun pada 1899 hingga 1904. Ada 179 surat dan 11 artikel-memo yang terselamatkan atau tersimpan.

Dari sanalah dapat digambarkan seperti apa sosok Kartini. Selain itu para peneliti sejarah juga memperoleh data pembanding dan data penelitian situasi sosial masa itu dari surat-surat tersebut.

Namun, sebenarnya dari buku Door Duisternis Tot Licht (DDTL) oleh JH Abendanon hanya 105 surat yang diterbitkan dan itu pun banyak yang dipotong olehnya.

Pada 1987 surat-surat Kartini dilengkapi menjadi 110 surat oleh FGP Jaquet. Kemudian pada 2024 dilengkapi menjadi 179 surat.

JH Abendanon memotong 57 surat atau sekitar 237 halaman dan 74 surat tak dimuat

"Saya tidak mempublikasikan semua surat yang telah dipercayakan kepada saya. Saya hanya menyalin bagian-bagian yang menurut saya cocok untuk diterbitkan oleh penulis. Hanya surat-suratnya yang terakhir yang saya salin hampir seluruhnya, seolah-olah merupakan ucapan selamat tinggal kepada kehidupan," jelas JH Abendanon, seperti dijelaskan melalui buku Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-citanya oleh Wardiman Djojonegoro.

Kembali pada buku Ensiklopedi Islam & Perempuan: Dari Aborsi hingga Misogini, dalam surat-surat yang dikirim Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, ia mengritik adat istiadat yang ia nilai menghambat kemajuan perempuan, misalnya memingit.

Kartini berpendapat agar perempuan diberi kebebasan menuntut ilmu dan bebas belajar.

Keinginan Kartini Didukung Suami

Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Djojodiningrat yang kemudian menjadi suami Kartini sangat mendukung gagasan dan aktivitas istrinya dalam memajukan pendidikan perempuan. Keduanya menikah pada 8 November 1903.

Kartini pun mendirikan tempat belajar di rumahnya, di sebelah timur gapura Kabupaten Rembang. Murid-murid dari keluarga tak mampu tidak dipungut biaya,

Namun, Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan putranya, Raden Mas Susalit, pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads