Penamaan sebuah wilayah administrasi umumnya tak lepas dari jejak sejarah yang melekat pada tempat tersebut. Sebuah lokasi yang menyimpan makna atau kesan mendalam bagi komunitas setempat sering kali diabadikan melalui nama yang mengingatkan mereka pada peristiwa tertentu.
Tak jarang pula, fenomena alam yang unik di suatu kawasan turut menginspirasi lahirnya nama-nama daerah yang khas dan menarik. Selain itu, banyak nama tempat yang berakar dari legenda atau cerita rakyat yang hidup dan diwariskan secara turun-temurun di tengah masyarakat.
Cerita-cerita ini kerap menjadi bagian dari identitas budaya mereka, sehingga nama suatu daerah pun erat kaitannya dengan komunitas yang menghuni wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai contoh, penamaan Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat yang disebut berasal dari "Kuntilanak". Menyeramkan bukan?
Kuntilanak dikenal sebagai hantu perempuan paling populer di Indonesia. Sosok ini kerap menjadi tokoh utama di film-film bergenre horor. Kuntilanak digambarkan dengan pakaian putih dan biasanya tinggal di bawah pohon atau di hutan. Ia disebut berbahaya bagi perempuan yang melahirkan.
Hubungan antara makhluk gaib ini dan pendirian kota tersebut kemudian menjadi fokus penelitian seorang antropolog asal Jerman, Timo Duile.
Penelitian ini telah dipublikasikan pada tahun 2020 di Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, melalui artikel berjudul Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia.
Dalam studinya, Duile mengungkapkan masyarakat Pontianak meyakini kota mereka dibangun setelah mengusir kuntilanak yang konon mendiami area pertemuan Sungai Kapuas dan Landak sebelum kota berdiri.
Ia juga menjelaskan bahwa dahulu kawasan tersebut berupa rawa-rawa dan hutan lebat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa nama 'Pontianak' berasal dari bahasa Melayu, yaitu po(ho)n ti(nggi), yang berarti 'pohon tinggi'. Narasi tentang kuntilanak yang bersemayam di pohon-pohon tinggi di pedalaman Kalbar pun akhirnya berkembang dari kepercayaan ini.
Cerita lain datang dari Merauke, Ibu Kota Provinsi Papua Selatan. Nama Merauke didapatkan karena salah paham. Konon saat bangsa Belanda pertama kali datang di wilayah tersebut tepatnya di sekitar Sungai Maro, mereka bertanya kepada penduduk asli dari suku Marind Anim.
"Apakah nama tempat ini?" tanya orang Belanda. Orang Marind Anim mengira para pendatang menanyakan nama sungai besar itu. Salah satu di antara mereka menjawab, "Maro-ke", artinya "Ini Sungai Maro".
Orang-orang Belanda pun mengira tempat itu bernama Maro-ke, yang kemudian dilafalkan menjadi Meroke, lalu Merauke. Dalam penelusuran, nama ini pertama kali muncul dalam artikel di De nieuwe courant edisi 18 September 1901.
Artikel itu menceritakan perjalanan ekspedisi di wilayah Pantai Selatan Nederland Nieuw-Guinea (sekarang wilayah Papua). Ekspedisi yang digelar akhir 1900 tersebut menggunakan 2 kapal perang Hr Ms Serdang dan Hr Ms Sumatra.
Asisten Residen West en Zuidkust Nieuw Guinea JA Kroesen turut dalam ekspedisi. Kroesen kembali mengunjungi Merauke menggunakan kapal uap Van Goens milik perusahaan pengiriman barang. Menurut surat laporan Kroesen pada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, kapal Van Goens berlabuh di muara sungai pada 11 Februari 1902.
Arti Nama Ibu Kota Provinsi di Indonesia
- Banda Aceh: Bandar/kota pelabuhan Aceh
- Tanjung Pinang: Tanjung yang banyak ditumbuhi pohon pinang
- Medan: Tanah lapang
- Pekanbaru: Pasar baru
- Padang: Tanah lapang
- Bengkulu: Bangkai di hulu/Kawasan barat
- Palembang: Tempat yang digenangi air
- Bandar Lampung: Bandar/kota pelabuhan Lampung
- Pangkal Pinang: Awal/pusat pinang
- Serang: Sawah
- Jakarta: Kemenangan dan kemakmuran
- Bandung: Bendung
- Yogyakarta: Kedamaian dan kemakmuran
- Semarang: pusat penimbunan buah asam (asem) dan arang (pohon asem)
- Surabaya: Berani dalam menghadapi bahaya
- Denpasar: Utara pasar
- Pontianak: Kuntilanak
- Palangka Raya: Wadah mulia yang besar
- Banjarmasin: Kampung Masih (nama patih)
- Samarinda: Sama rendah
- Tanjung Selor: Tanjung kelor
- Gorontalo: Daratan yang tergenang/lembah mulia
- Manado: Tempat yang jauh
- Mamuju: Melembutkan (tanah untuk gerabah)
- Palu: Tanah yang terangkat
- Makassar: Jelas/terang
- Kendari: Sejenis dayung
- Sorong: Laut
- Manokwari: Kampung tua
- Jayapura: Kota Kemenangan
- Kupang: Nai Kopan (nama raja)
- Mataram: Ibu/motherland
- Ambon: Embun
- Nabire: Daerah yang ditinggalkan/ Jangkrik
- Jayawijaya: Kemenangan
- Merauke: Itu Sungai Maro
(pal/nwk)