Lagu Bayar Bayar Bayar band punk Sukatani yang sempat ditarik dari platform musik menuai reaksi warganet karena dinilai mengganggu kebebasan berekspresi. Puji Karyanto SS MHum, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) turut menyayangkan penarikan lagu tersebut.
Puji mengatakan karya seni yang tertuang dalam bentuk lagu Sukatani justru patut diapresiasi. Ia berpendapat, lagu Bayar Bayar Bayar menunjukkan nilai-nilai kritik yang bertujuan meluruskan masalah sosial di sekitar. Hal ini menurutnya selaras dengan konsep kesenian dulce et utile, yakni ekspresi seni yang bagus bukan hanya sekadar menyenangkan, tetapi juga memiliki kegunaan.
Keputusan menarik lagu menurut Puji menunjukkan adanya ketegangan dalam kebebasan berekspresi di dunia seni. Diketahui, penarikan lagu Bayar Bayar Bayar dari platform musik diiringi dengan permintaan maaf personil band.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernyataan maaf oleh band Sukatani justru menjelaskan hal yang sebaliknya, bahwa pernyataan tersebut berlandaskan pada adanya tekanan dari pihak lain," ucapnya, dilansir dari laman Unair, Kamis (27/2/2025).
Tidak Ada Alasan untuk Intimidasi Karya Seni
Puji berpandangan, hakikat seni yakni menghadirkan kebaruan atau melawan kemapanan. Terkait hal itu, tidak ada alasan apa pun bagi pihak lain untuk mengintimidasi terhadap suatu karya seni.
Saat terjadi tindakan intimidasi dari pihak lain terhadap suatu karya seni, seniman menurut Puji dapat mengkamuflase isi pesan. Bentuknya bisa simbolik maupun dengan berorganisasi.
"Bisa juga dengan merapatkan barisan sesama seniman melalui suatu organisasi. Sehingga jika terjadi intimidasi, dapat menjadi common enemy untuk semua pelaku seni," jelasnya.
Ia menggarisbawahi, makna sensor dan batasan ekspresi justru ada pada seniman itu sendiri sesuai ideologi dalam ekspresi seninya.
"Tidak ada batasan khusus dalam kebebasan berekspresi yang tertuang pada suatu karya seni. Semua alternatif ekspresi seni itu dimungkinkan. Tetap perlu kita pahami bahwa seni merupakan entitas yang tidak bisa berdiri sendiri di sebuah ruang kebudayaan, melainkan terikat dengan norma dan etika yang berlaku pada ruang kebudayaan masyarakat setempat," ucapnya.
Sementara itu, ia mengatakan perlu adanya pemahaman seni untuk suatu karya seni. Terkait ini, ia mengimbau para seniman untuk tetap selektif dalam menyampaikan pesan melalui karya seni.
"Cerdaslah dalam menyampaikan pesan melalui kesenian. Agar pesannya tetap tersampaikan, tetapi tidak kehilangan esensinya sebagai kesenian," ucapnya.
Band Sukatani
Sukatani adalah band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah yang terdiri dari Twister Angel sebagai vokalis dan Electroguy sebagai gitaris sekaligus produser. Sejumlah lagunya bertema perlawanan dan misi menyuarakan perjuangan petani. Aksi panggungnya termasuk berbagi sayur dengan wajah dibalut balaclava atau topeng. Lagu-lagu bernuansa post-punk dan new wave 80-an dipadukan dengan lantunan lirik berdialek Banyumasan.
Namun, wajah personil band Sukatani muncul ke publik saat menyampaikan permintaan maaf atas lagu Bayar Bayar Bayar yang dituding mencoreng nama instansi negara. Lagu Bayar Bayar Bayar saat itu ditarik dari platform musik. Vokalis Sukatani, Novi Citra Indriyati juga dipecat dari profesinya sebagai guru SD di SD Islam Terpadu (IT) Mutiara Hati, Banjar Negara.
"Mohon maaf yang susah besar-besaran kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul lagu Bayar Bayar Bayar yang liriknya bayar polisi, yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial yang pernah saya upload ke platform Spotify," ujar Muhammad Syifa Al Ufti, gitaris Sukatani pada video permintaan maafnya.
"Sebenarnya lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan," imbuhnya.
Saat itu, Sukatani mengatakan lagu tersebut sudah ditarik dari peredaran. Mereka juga meminta pengikut di media sosial untuk menghapus lagu tersebut.
"Dengan ini saya mengimbau kepada semua pengguna akun media sosial yang telah memiliki lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, lirik lagu bayar polisi agar menghapus dan menarik semua video menggunakan lagu kami dengan judul Bayar Bayar Bayar. Karena apabila ada risiko di kemudian hari sudah bukan tanggung jawab kami dari band Sukatani," ucapnya.
Video tersebut memicu dukungan warganet pada Sukatani. Tagar #Kamibersamasukatani sempat masuk trending topic puncak di X, sedangkan Sukatani, Bayar Bayar Bayar, dan Indonesia Gelap menjadi salah satu keyword dan related query dengan pencarian bervolume tinggi di Google Trends.
Polisi kemudian dinilai telah melakukan intimidasi dan represi pada anggota band Sukatani sehingga membuat pernyataan maaf dan menarik lagu Bayar Bayar Bayar.
Respons Kepolisian
Terkait respons warganet, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto mengatakan kepolisian tidak antikritik dan tetap menghargai kebebasan berekspresi lewat seni.
"Kita memang sempat klarifikasi terhadap Band Sukatani tersebut. Hasil klarifikasi kepada band tersebut, kita menghargai kegiatan berekspresi dan berpendapat melalui seni. Kemudian melalui seni atau pendapat atau kritikan tersebut, Polri tidak antikritik," kata Artanto, dilansir detikJateng.
Ia juga mengakui pihaknya sempat memanggil personel Sukatani, tetapi sekadar ngobrol dan tidak meminta band tersebut untuk membuat video permintaan maaf.
"Oh tidak, nihil. Klarifikasi itu cuma sekadar kita ingin mengetahui maksud dan tujuan dari pembuatan lagu tersebut. Kita mengapresiasi dan itu merupakan kritikan terhadap Polri yang sifatnya membangun dan itu sebagai masukan untuk perbaikan ke depan," ucapnya.
"Kritikan tersebut sebagai bukti bahwa mereka cinta terhadap Polri dan yang mengkritik terhadap Polri yang sifatnya membangun untuk perbaikan itu akan menjadi temannya Bapak Kapolri. Kita sangat apresiasi, menghargai kritikan-kritikan yang diberikan kepada pihak kepolisian," ujarnya.
Usai pemeriksaan band Sukatani, Divisi Propam Polri memeriksa anggota Ditressiber Polda Jawa Tengah terkait viral video klarifikasi personel band Sukatani atas lagu Bayar Bayar Bayar. Sementara itu, Sukatani kembali muncul via Instagram Stories.
"Hallo teman-teman. Kami dari Sukatani mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan oleh semua pihak selama beberapa hari ini. Kami sangat menghargai solidaritas dari kawan-kawan sehingga membuat kami tetap kuat," ucapnya, dilansir detikPop.
"Kami juga ingin mengabarkan bahwa kondisi kami sudah membaik dan berada pada ruang yang lebih aman," imbuhnya.
Respons Sekolah
Sementara itu, Ketua Yayasan Al Madani yang menaungi SDIT Mutiara Hati mengatakan penarikan lagu dan pemecatan Novi pada 6 Februari 2025 tidak berhubungan dengan persoalan lagu Bayar Bayar Bayar viral, tetapi terkait kode etik sekolah. Pemecatan ini menurutnya juga dilakukan sebelum persoalan lagu mencuat.
"Saudari Novi mengakui ada sebagian perilaku yang di luar jam sekolah tidak sesuai kode etik yang ada. Untuk itu, Yayasan Al Madani Banjarnegara pada hari Rabu 6 Februari 2025 memberhentikan yang bersangkutan sebagai guru SDIT Mutiara Hati," kata Khairul.
"Pelanggaran saudari Novi ini tidak terkait lagu yang sedang viral. Tapi perilaku dari Bu Novi secara pribadi, yakni melanggar kode etik. Kami ada data salah satunya yang dilanggar adalah membuka aurat yang menurut standar di sekolah kami itu tidak dibenarkan meskipun itu di luar sekolah," imbuhnya.
(twu/pal)