Dear Mahasiswa, Kamu Wajib Punya 3 Soft Skill Ini Jika Mau Berkarier di Industri AI

ADVERTISEMENT

Dear Mahasiswa, Kamu Wajib Punya 3 Soft Skill Ini Jika Mau Berkarier di Industri AI

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 14 Feb 2025 07:30 WIB
Portrait young asian creative business person working success project with team Business people weare casual suit outfit working happy action in modern Coworking space
ilustrasi mahasiswa. Foto: Getty Images/primeimages
Jakarta -

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini telah membantu pekerjaan manusia dan masuk ke berbagai sektor industri. Oleh karena itu, bagi mahasiswa yang ingin berkarier sebagai ahli AI harus tahu dulu dasar kemampuan yang wajib dimiliki.

Apa saja skill tersebut? Dituturkan oleh President Director & CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena seorang pekerja AI tak cuma butuh kemampuan hard skill di bidang teknologi atau komputer. Namun, ada tiga skill penting lainnya.

Mau Terus Belajar/Growth Mindset

Pertama adalah kemampuan ingin terus belajar. AI adalah produk teknologi yang tentunya akan terus berkembang setiap saat bahkan dalam hitungan yang singkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karakter itu penting banget. Salah satu karakter yang dibutuhkan pastinya yang basic-basic, integrity itu menjadi penting untuk dimiliki karyawan di Lintasarta di hari pertama kerja." tuturnya dalam acara Kick Off Laskar AI di Menara Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (13/2/2025).

Sebagai pemilih perusahaan yang bergerak di bidang AI, Bayu telah menyeleksi banyak karyawan yang akan bekerja. Menurutnya, beberapa rekruiter di perusahaan AI pasti melirik kemampuan pelamar dalam hal ini.

ADVERTISEMENT

"Continuous learning atau growth mindset. Apa yang dilakukan orang-orang dengan growth mindset? Tes di kami itu gampang, saya akan tanya satu tahun berapa buku yang dibaca?

Saat seseorang berhenti belajar, maka ia akan banyak tertinggal dari orang lain. Pasalnya saat ini informasi dan skill mengalami perkembangan yang sangat cepat.

Kolaborasi dengan Tim

Skill lainnya bagi detikers yang ingin bekerja di perusahaan AI adalah kolaborasi. AI bukanlah produk yang hanya dikontrol oleh orang IT tetapi juga perlu dukungan dari di bidang lain.

"Yang penting sekali untuk sekarang itu kolaborasi, ini masuknya di soft skill ya. Mengapa? Saya saat mengambil master saya tidak boleh sama dosen pembimbing saya ngerjain tesis sendirian, harus bikin tim," ungkap Bayu.

Menurutnya kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas project juga menguntungkan bagi mahasiswa. Namun, demikian Bayu mengingatkan bahwa dalam kerja kolaborasi akan ada kompleksitas karena harus menyatukan dua atau lebih kepala.

Khususnya jika seseorang akan mengembangkan AI. Tak hanya expert dalam teknologi, tetapi juga bidang lain yang membantu AI dapat sukses dan eksis di masyarakat.

Bertanggung Jawab atas Produk AI

Kemampuan terakhir yang wajib dimiliki calon-calon pengembang AI menurut Bayu adalah bertanggung jawab. AI mempunyai dua mata sisi yakni bisa bermanfaat baik maupun sebaliknya.

"AI itu kayak anak yang punya IQ tinggi tapi belum belajar. Dia IQ-nya tinggi, sekali diajarin nggak akan lupa. Tapi kalau ilmu yang dia taruh dan diajarin ke dia salah, enggak ethical itu bisa jadi bahaya," ujar Bayu.

Sehingga kemampuan tanggung jawab ini akan menghindarkan pengembang dari penyelewengan fungsi AI. Jika ia sudah tahu resiko besar AI, maka dia tak akan menyalahgunakan AI untuk kepentingan buruk.

"Yang ketiga ini juga penting banget, dari awal Anda harus punya kemampuan mengelola sesuatu dengan baik dan bertanggung jawab," tutupnya.




(cyu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads