Dilantik Jadi Wapres AS, JD Vance Punya Pandangan 'Unik' soal Pendidikan Tinggi

ADVERTISEMENT

Dilantik Jadi Wapres AS, JD Vance Punya Pandangan 'Unik' soal Pendidikan Tinggi

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 20 Jan 2025 16:30 WIB
Siapa wakil presiden Trump, JD Vance?
JD Vance dilantik jadi wakil presiden Amerika Serikat. Cek pandangannya tentang pendidikan tinggi yuk! Foto: BBC World
Jakarta -

Pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah nahkoda Donald Trump siap dimulai. Presiden Donald Trump dan wakilnya JD Vance akan dilantik hari Senin (20/1/2025) waktu setempat.

Mengutip CBS News, Trump akan dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts setelah pukul 12.00 siang. Sedangkan Vance dilantik terlebih dahulu oleh hakim Brett Kavanaugh.

Akan menjabat sebagai wapres negeri Paman Sam, Vance yang sebelumnya menjabat sebagai senator Ohio ternyata punya pandangan 'unik' tentang pendidikan tinggi. Pandangan itu juga membuatnya dikenal sebagai kritikus universitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kok bisa? Simak penjelasannya dirangkum detikEdu, Senin (20/1/2025) sebagai berikut.

JD Vance dan Pendidikan Tinggi

Mengutip arsip detikEdu, Vance merupakan alumnus dari Ohio State University dan Yale Law School. Yale Law School disebut sebagai kampus nomor 1 dari 196 dalam kategori "Sekolah Hukum Terbaik" menurut USA Today.

ADVERTISEMENT

Pasca lulus, Vance menulis dan menerbitkan memoar Hillbilly Elegy yang laris dipasaran pada 2016. Setelah itu ia juga menjadi senator di negara bagian AS Ohio, tempatnya dibesarkan.

Inside Higher Education (IHE) menjelaskan Vance banyak berbicara tentang pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Menurutnya pendidikan adalah kunci untuk memperoleh kesempatan dan pendidikan tinggi membantunya keluar dari kemiskinan.

Tetapi saat kampanye Senat AS pada 2022, Vance mengubah pandangannya tentang pendidikan tinggi. Setahun sebelum itu, ia dengan keras menyebutkan bila universitas hadir sebagai bentuk "penipuan dan kebohongan, bukan untuk kebenaran".

Pernyataan itu disampaikan Vance dalam Konferensi Konservatisme Nasional yang berjudul "Universitas adalah Musuh" pada 2021. Setelah terpilih menjadi senator, Vance memantapkan dirinya sebagai musuh populis (penganut paham populisme) pendidikan tinggi elit.

Ia memfokuskan sebagian besar aktivitas legislatifnya yang berkaitan dengan pendidikan. Baik di ranah sekolah K-12 maupun perguruan tinggi dan universitas.

Berbagai kritik disampaikannya. Di tahap pendidikan K-12, Vance sempat mengkritik kebijakan Covid-19 di sekolah yang dinilai mengajarkan teori ras yang kritis.

Sedangkan di ranah pendidikan tinggi, ada beberapa hal yang ditanggungnya. Dari pelarangan kebijakan diversity, equity, and inclusion (DEI) secara nasional pada Juni 2024 yang dinilai rasisme hingga memperkenalkan berbagai rancangan undang-undang (RUU) untuk meningkatkan penegakan hukum federal.

Contohnya, RUU yang mengharuskan perguruan tinggi dan universitas mengungkap sumbangan asing yang mereka peroleh. Selain itu ada RUU yang berkaitan peningkatan pengenaan pajak atas pendapatan investasi bersih dana abadi kampus, dari 1,4 persen menjadi 35 persen untuk perguruan tinggi dan universitas swasta sekuler.

Pajak ini diperlukan menurutnya untuk mengendalikan sistem universitas yang sudah menjadi 'sangat gila'. Ada juga RUU yang melarang perguruan tinggi negeri dan universitas mempekerjakan imigran tidak berdokumen dengan mengambil dana federal.

Pada 2023, Mahkamah Agung AS menyatakan tak lagi memasukan syarat ras untuk penerimaan mahasiswa universitas. Mengetahuinya, Vance menulis surat kepada para rektor kampus Ivy League serta Oberlin and Kenyon Colleges.

Ia menyatakan niat penentangan dan mengancam akan melakukan penyelidikan untuk mengungkap segala ketidakpatuhan. Tindakan ini disusul dengan pembentukan kantor inspektur jenderal untuk diskriminasi yang melanggar hukum dalam pendidikan tinggi.

Dalam sebuah wawancara dengan The European Conservative pada bulan Februari, Vance mengkritik perguruan tinggi dan universitas karena dominasi sayap kiri dan menyerukan pendekatan yang tidak terlalu bias dalam pengajaran.

Alasan Trump Pilih Vance

Vance dinilai sebagai loyalis Trump sejak lama. Mengutip BBC keduanya disebut memiliki pandangan yang sama tentang perdagangan, imigrasi, dan kebijakan luar negeri.

Presiden Trump juga sempat memuji kredensial pendidikan Vance. Ia menilai Vance memiliki karier bisnis yang sukses di bidang teknologi dan keuangan.

Sebagai wakil presiden, Vance akan fokus memperjuangkan para pekerja dan petani Amerika di Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Ohio, Minnesota, dan negara bagian lainnya.

"Akan sangat berfokus pada orang-orang yang telah diperjuangkannya dengan sangat gemilang, para pekerja dan petani Amerika di Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Ohio, Minnesota, dan masih banyak lagi," kata Trump.




(det/det)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads