Keinginan itu ia sampaikan pada peresmian pembukaan perdagangan BEI Tahun 2025 pada Kamis (2/1/2025), dikutip dari kanal YouTube Indonesia Stock Exchange (IDX).
Sri Mulyani mengatakan upaya peningkatan literasi dan edukasi pasar saham beserta Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berangkat dari angka partisipasi masyarakat yang dinilai masih relatif kecil di pasar atau bursa tersebut.
Sri Mulyani bercerita, ia sendiri mulai diajari tentang Bursa Efek Indonesia dan memahami jual-beli saham saat menjadi mahasiswa. Ia berharap, ke depannya siswa sekolah dasar dan menengah dapat belajar lebih dini.
"Sekarang seharusnya ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi, tapi bahkan di tingkat sekolah dasar, sehingga mereka jadi lebih familiar dengan bursa efek, dan ini hanya bisa dilakukan kalau kita juga bersama-sama nanti masuk ke kurikulum; bagaimana cara penyampaiannya, dan bagaimana mereka merasa terbiasa dengan transaksi," kata Sri Mulyani.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Holy Ichda Wahyuni mengatakan kebijakan ini perlu dikaji ulang.
"Karena memasukkan unsur baru dalam kurikulum tentu banyak sekali aspek yang menjadi pertimbangan, dan kesiapan yang matang terhadap berbagai instrumen, "ujar Holy dalam laman UM Surabaya.
Nilai Materi Saham Terlalu Kompleks Untuk Siswa SD
Holy beranggapan jika materi saham dinilai terlalu kompleks dan kurang kontekstual bagi siswa SD. Meskipun tujuannya baik dan visioner, Holy menegaskan agar hal ini dikaji ulang terkait sasarannya.
"Jangan sampai karena masuknya materi ini lantas mereduksi nilai esensial dari materi-materi fundamental di tingkatan SD, seperti membaca, menulis, berhitung, pemecahan masalah, serta yang tidak kalah penting penguatan moral dan akhlakul karimah," tegasnya.
Sarankan Siswa SD Diajarkan Dasar Literasi Keuangan Dahulu
Holy lebih sepakat jika siswa SD cukup diajarkan dasar literasi keuangan, seperti bagaimana seorang anak dapat bijak dalam mengelola uang dengan nilai kejujuran dan rasa tanggung jawab. Hal ini, menurut Holy, terkesan lebih ringan.
Selain itu, Holy juga menyarankan agar siswa diajarkan materi yang sebenarnya penting namun belum menjadi pelajaran independen di tingkat SD. Materi itu adalah edukasi seksual untuk anak dan materi pendidikan anti korupsi.
"Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Sebagai pemerhati anak, di tengah gempuran saat ini, dimana negara kita sedang darurat kekerasan seksual dan korupsi, dua materi tersebut seyogyanya lebih diperhitungkan," pungkasnya.
(nir/nwy)