.webp)
Beberapa jenis semut biasanya tidak dikagumi karena penampilannya. Tetapi berbeda dengan Traumatomutilla bifurca atau semut beludru Brasil.
Bukan hanya karena berbulu dan ukurannya besar, semut ini baru-baru saja mendapat klaim menjadi serangga dengan warna paling gelap di dunia. Kok bisa? Begini penjelasannya dikutip dari Mental Floss.
Baca juga: 7 Contoh Hewan Mimikri dan Jenisnya |
Semut dengan Warna Paling Gelap di Dunia Serangga
Melalui penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Beilstein Journal of Nanotechnology, para ilmuwan baru-baru ini menemukan semut beludru Brasil berbeda. Semut ini memiliki warna paling gelap di dunia serangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesies yang masuk dalam famili tawon Mutillidae ini memiliki tanda-tanda yang sangat gelap. Bagian hitam yang ada di semut betina ini mampu menyerap hampir semua cahaya yang tampak.
Menariknya warna hitam pekat ini bukan karena banyaknya melanin. Setelah memeriksa lebih dekat kerangka luar tawon, para ilmuwan menemukan hal lain.
Penemuan hal lain itu yakni trombosit tipis bertumpuk yang tidak dimiliki hewan lain meski ia berwarna super gelap. Peneliti percaya bahwa struktur rambut dan trombosit ini jadi penyebab utama penampilan semut beludru Brasil bisa hitam pekat.
Karena bagian ini juga, semut beludru Brasil memiliki kelebihan yang berbeda. Di mana cahaya punya peluang lebih tinggi terserap daripada pada permukaan hitam yang lebih halus.
Warna Hitam Pekat di Hewan Lain
Semut beludru jadi spesies paling hitam pertama yang diketahui dari ordo Hymenoptera. Ordo ini mencakup lebih dari 150.000 spesies termasuk semut, tawon, lalat gergaji, dan lebah.
Hitam pekat menjadi warna yang langka di alam liar. Hanya beberapa spesies yang memilikinya karena berbagai alasan.
Contohnya warna hitam pekat di ikan laut dalam digunakan agar mereka dapat berbaur dengan kegelapan laut. Sebaliknya, burung cendrawasih memiliki warna hitam agar warna lain mereka lebih menonjol bagi calon pasangan.
Alasan di balik warna hitam pekat di semut beludru betina belum terungkap. Para peneliti baru memiliki sedikit bukti tentang pengaruhnya terhadap kebiasaan berkembang biak hewan tersebut.
Ketika hal ini terus terjadi tanpa diketahui, hal ini menurut peneliti bisa menjadi peringatan bagi para predator.
(det/nwy)
