La nina adalah fenomena iklim yang ditandai peningkatan curah hujan, hingga kadang terjadi banjir di beberapa tempat. Suhu di lokasi terjadinya la nina menurun yang mengakibatkan sensasi sejuk hingga dingin.
Fenonema la nina adalah kebalikan el nino yang ditandai dengan musim kemarau panjang. El nino identik dengan terjadinya kekeringan dan kesulitan air di beberapa tempat.
Pengertian La Nina
Saat terjadi la nina, suhu permukaan laut lebih rendah dari rata-rata di Samudra Pasifik tropis, seperti dijelaskan dalam situs BPBD Jawa Timur. Peristiwa ini sering kali terjadi setelah fenomena el nino, tetapi tidak selalu demikian. Frekuensi dan durasi la nina serta el nino cenderung bervariasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia terbitan BMKG, la nina diawali dengan penumpukan massa air dingin di bawah permukaan Samudra Pasifik. Air dingin ini lalu terdorong ke permukaan akibat angin pasat dari timur yang semakin kuat.
Proses naiknya air laut ini disebut upwelling. Kenaikan air laut yang lebih dingin ini terjadi di sekitar pantai barat Amerika Selatan dan sepanjang ekuator pasifik. Akibatnya, suhu permukaan laut di kawasan ini turun hingga di bawah normal.
La Nina biasanya memuncak pada musim dingin di belahan bumi utara, yakni sekitar Desember hingga Februari. Fenomena ini sering kali mempengaruhi pola curah hujan, angin, dan suhu global, yang dampaknya bisa terasa di berbagai belahan dunia.
Dampak dari La Nina
Beberapa dampak yang terjadi akibat la nina adalah sebagai berikut:
- Perubahan curah hujan yang lebih tinggi di Pasifik barat dan Australia. Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, hal sebaliknya terjadi di pantai barat Amerika Selatan.
- Terjadi anomali suhu yang dapat menyebabkan suhu lebih dingin di Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Misalnya, la nina tahun 1988-1989 menyebabkan suhu permukaan laut turun hingga 4Β°C di bawah normal.
- Peningkatan aktivitas badai di Atlantik dan mengurangi kemungkinan terjadinya topan di Pasifik.
- Terganggunya ekosistem laut, namun dampak spesifik tergantung pada wilayahnya.
Antisipasi Dampak Buruk La Nina
Peristiwa la nina cenderung bisa diprediksi. Untuk itu pemerintah dan masyarakat harus mengantisipasi dampak buruk la nina. Dikutip dari Portal Informasi Indonesia, beberapa tindakan yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan Informasi dan Edukasi
Sebelum memasuki masa la nina, pemerintah bisa terus memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta instansi terkait.
2. Melakukan Manajemen Air
La nina menyebabkan curah hujan yang tinggi dan bisa menyebabkan banjir. Pemerintah dan masyarakat perlu memastikan sistem drainase yang baik agar aliran air bisa lancar, sehingga meminimalkan genangan air.
3. Melakukan Diversifikasi Pertanian
Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan pertanian mengalami gagal panen. Hal ini bisa diantisipasi dengan melakukan diversifikasi tanaman untuk meminimalkan risiko gagal panen.
4. Mitigasi Bencana
Pemerintah bersama masyarakat harus memitigasi bencana yang mungkin terjadi selama la nina, mulai dari edukasi, pengecekan peralatan, dan sebagainya. Bencana yang kerap terjadi saat la nina antara lain banjir dan tanah longsor.
5. Kebijakan
Pemerintah juga bisa memitigasi dampak buruk melalui kebijakan yang tepat. Kebijakan ini meliputi penyiapan anggaran, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, investasi teknologi seperti sistem peringatan dini.
Di Indonesia, la nina diprediksi terjadi dari akhir 2024 ini hingga Maret 2025. La nina, sama seperti el nino, menjadi penanda terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global dan tindakan manusia yang mengganggu keseimbangan lingkungan. Karena itu masyarakat dihimbau untuk lebih menjaga lingkungan demi menekan dampak buruk yang lebih besar.
(bai/row)