- Pengertian Kemampuan Numerasi
- Perbedaan Numerasi dengan Matematika
- Manfaat Kemampuan Numerasi
- Komponen Kemampuan Numerasi
- Kendala Pencapaian Kemampuan Numerasi 1. Pembelajaran Tanpa Konteks Real 2. Topik yang Diajarkan Kurang Bervariasi 3. Masih Belum Bisa Membedakan Numerasi dan Matematika
- Contoh Soal Numerasi Contoh 1: Membuat Kue Bolu Contoh 2: Menghitung Tinggi Jembatan Ampera
Kemampuan numerasi untuk memahami bilangan wajib dimiliki anak di semua jenjang usia. Tak heran jika kemampuan yang lebih kompleks daripada matematika ini dipelajari di semua jenjang pendidikan.
Simak artikel ini untuk mengetahui apa itu kemampuan numerasi, perbedaannya dengan matematika, manfaat, komponen, kendala penerapan, dan contoh soal numerasi.
Pengertian Kemampuan Numerasi
Dikutip dari buku Materi Pendukung Literasi Numerasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemampuan numerasi adalah kemampuan mengaplikasikan konsep bilangan, operasi hitung, dan menginterpretasi informasi kuantitatif di dalam kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Literasi numerasi mencakup dua hal yaitu:
- Kemampuan menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang berkaitan dengan matematika dasar untuk memecahkan berbagai masalah praktis dalam konteks kehidupan sehari-hari.
- Kemampuan menganalisis informasi dalam berbagai bentuk, seperti grafik, tabel, dan bagan, serta menggunakannya untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Perbedaan Numerasi dengan Matematika
Secara sekilas kemampuan numerasi sama dengan matematika, namun keduanya tidak bisa disamakan. Perbedaannya adalah pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut.
Seseorang dengan kemampuan matematika saja dianggap belum cukup memiliki kemampuan numerasi. Keterampilan numerasi mencakup pengaplikasian konsep dan kaidah matematika sesuai keadaan sehari-hari dengan permasalahan yang sering tidak terstruktur, memiliki beragam cara penyelesaian, bahkan mungkin tanpa penyelesaian yang tuntas, serta adanya hubungan dengan faktor nonmatematis.
Sebagai contoh, dalam bilangan desimal kita mengenal pembulatan. Misalnya angka 3,33 biasa kita bulatkan menjadi 3. Tapi dalam konteks kehidupan sehari-hari, hal ini tidak selalu berlaku demikian.
Ketika kita diminta menyiapkan ruangan untuk peserta tes yang berjumlah 100 orang. Sementara satu ruangan hanya cukup untuk 30 orang. Jika kita hitung secara matematika, maka 100 dibagi 30 adalah 3,33. Pada faktanya, kita harus menyiapkan 4 ruangan agar cukup untuk 100 orang.
Manfaat Kemampuan Numerasi
Berdasarkan buku Literasi Numerasi Berbasis ICT yang disusun Dra Yetti Ariani, MPd dan Dr Yullys Helsa, MPd, berikut ini beberapa manfaat kemampuan numerasi:
- Memiliki kemampuan identifikasi, penyortiran, penghubungan, dan penggunaan informasi serta prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah dalam matematika dan hal yang membutuhkan penerapan matematika.
- Memahami pemodelan situasi terkait dan kemampuan untuk memilih serta mengintegrasikan representasi yang berbeda, menghubungkannya dengan kehidupan nyata.
- Mampu mengidentifikasi kendala, membuat dugaan, menyederhanakan model matematika, dan menggunakan strategi yang efektif dalam memecahkan masalah kompleks.
- Dapat mengkomunikasikan hasil pemikiran dengan logis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Kemampuan memaknai peran dan kegunaan matematika dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Komponen Kemampuan Numerasi
Berikut ini sejumlah komponen literasi numerasi yang dilansir dari buku Peningkatan Kemampuan Literasi Numerasi dan Literasi Digital oleh Fina Atifatul Husna:
- Keterampilan memahami dan menggunakan konsep matematika dasar, misalnya bilangan, operasi hitung, pengukuran, dan geometri.
- Keterampilan membaca, menafsirkan berbagai bentuk data, baik berbentuk grafik, tabel, maupun diagram.
- Keterampilan dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang melibatkan konsep matematika.
Keterampilan berkomunikasi tentang matematika secara efektif.
Kendala Pencapaian Kemampuan Numerasi
Dilansir dari artikel detikEdu, peneliti Ariyadi Wijaya, dkk dari Research Associate Tanoto Foundation telah melakukan observasi terhadap guru-guru SD-SMP di Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.
Beberapa temuannya terkait kendala guru untuk mencapai peningkatan kemampuan numerasi siswa adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Tanpa Konteks Real
Ariyadi menemukan masih banyak pembelajaran numerasi yang belum menggunakan konteks kehidupan nyata atau pasif. Padahal siswa akan lebih memahami numerasi melalui pembelajaran aktif dengan konteks dunia nyata.
Dia mencontohkan, guru masih sebatas memberikan soal cerita sebagai pemanis saja. Misalnya: ibu memiliki minyak 16 liter, kemudian diberikan kepada tetangga 3 liter. Berapakah sisa minyak yang dimiliki ibu?
Soal di atas dinilai masih sebatas pemanis atau riasan, belum sampai masuk ke konteks masalah kehidupan nyata yang perlu diselesaikan.
2. Topik yang Diajarkan Kurang Bervariasi
Kemudian Ariyadi juga menemukan guru masih kesulitan mencari topik yang bervariasi. Biasanya guru memberikan soal sebatas pada topik uang atau belanja, namun hubungan antara konsep dan dunia nyatanya tidak eksplisit.
3. Masih Belum Bisa Membedakan Numerasi dan Matematika
Guru juga masih banyak ditemukan belum bisa membedakan antara numerasi dengan matematika. Pembelajaran numerasi sering dianggap sekadar menjelaskan materi matematika, hingga drilling soal cerita.
Contoh Soal Numerasi
Berikut ini beberapa contoh soal numerasi yang dikutip dari buku Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Numerasi Pada Mata Pelajaran Matematika untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama terbitan Kemdikbudristek.
Jawaban dari soal ini bisa berbeda-beda tergantung pada cara yang diambil. Jawaban dalam contoh ini hanya alternatif, dan siswa mungkin bisa menjawab dengan alternatif lain, asalkan menggunakan proses yang benar.
Contoh 1: Membuat Kue Bolu
Ibu ingin membuat bolu untuk perayaan Hari Raya. Berikut catatan bahan yang diperlukan untuk membuat 1 loyang bolu dengan ukuran loyang 20 Γ 20.
8 butir telur
250 gram gula pasir
250 gram tepung terigu
200 gram margarin
Tapi ternyata Ibu baru ingat bahwa loyang yang ada di rumah ukurannya 10 Γ 20. Berapa bahan yang dibutuhkan ibu jika ingin membuat 3 bolu menggunakan loyang yang ibu punya?
Alternatif jawaban:
Kita misalkan a = telur, b = gula pasir, c = tepung terigu, d = margarin
1 loyang ukuran 20 Γ 20 = 8a + 250b + 250c + 200d
1 loyang ukuran 10 Γ 20 = (8a + 250b + 250c + 200d) / 2
1 loyang ukuran 10 Γ 20 = 4a + 125b + 125c + 100d
3 loyang ukuran 10 Γ 20 = (4a + 125b + 125c + 100d) Γ 3
Maka hasilnya 12a + 375b + 375c + 300d
Jadi bahan yang diperlukan untuk membuat 3 loyang bolu ukuran 10 x 20 adalah:
12 butir telur
375 gram gula pasir
375 gram tepung terigu
300 gram margarin.
Contoh 2: Menghitung Tinggi Jembatan Ampera
Jika diketahui tinggi mobil adalah 1,5 m. Maka perkirakan tinggi Jembatan Ampera sebenarnya. Bagaimana kamu mengetahuinya?
Alternatif jawaban.
Tinggi mobil sebenarnya = 1,5 m
Berdasarkan gambar, kita perkirakan tinggi jembatan adalah 17 kali tinggi mobil.
Maka perkiraan tinggi Jembatan Ampera adalah 17 Γ 1,5 m = 25,5 meter
Nah, detikers sudah paham kan perbedaan kemampuan numerasi dengan matematika biasa? Dengan kemampuan numerasi, diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dalam kehidupan nyata terkait perhitungan matematika.
(bai/row)