Badan Bahasa: 97 Bahasa Daerah Direvitalisasi, 22 Juta Orang Terlibat

ADVERTISEMENT

Badan Bahasa: 97 Bahasa Daerah Direvitalisasi, 22 Juta Orang Terlibat

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 16 Des 2024 18:00 WIB
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz
Badan Bahasa melaporkan sebanyak 97 bahasa daerah direvitalisasi dengan melibatkan 22 juta orang. Begini pentingnya dan pemilihan bahasa yang direvitalisasi. Foto: YouTube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jakarta -

Sebanyak 97 bahasa daerah direvitalisasi pada 2021-2024. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E Aminudin Aziz merinci, sebanyak 22,4 juta orang berpartisipasi pada program revitalisasi bahasa daerah sepanjang 2021-2024. Sebanyak 8 juta di antaranya adalah siswa lintas jenjang.

"Tahun lalu angkanya hanya 10,5 juta orang, berarti tahun ini penambahannya ada sekitar 12 juta orang," ucapnya di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (16/12/2024).

Aminudin menjelaskan, upaya menghidupkan dan menyegarkan kembali bahasa daerah bagi penuturnya juga didorong oleh kalangan orang tua siswa, guru, pengawas, kepala sekolah, pegiat bahasa-sastra, budayawan, seniman, fasilitator, dosen, akademisi, ahli bahasa dan sastra, dan duta bahasa, serta perwakilan pemerintah daerah dan BUMN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahasa Daerah yang Direvitalisasi dan Yang Tidak

Aminudin menjelaskan, prioritas Badan Bahasa bidang pelindungan bahasa dan sastra daerah tahun ini difokuskan pada revitalisasi bahasa daerah. Adapun bahasa yang direvitalisasi yakni bahasa yang masih memiliki penutur.

Ia menambahkan, sepanjang ada penutur bahasa daerah, maka bahasa itu wajib terus direvitalisasi. Dalam hal ini, bahasa tersebut akan terus menerus hidup dengan terus disegarkan agar penggunaannya tidak mengalami kemunduran.

ADVERTISEMENT

"Selagi ada penutur bahasa daerah yang menuturkannya, maka kita lakukan revitalisasi," jelasnya.

Aminudin mengamini ke-718 bahasa daerah se-Indonesia idealnya direvitalisasi, tetapi belum dapat dilakukan saat ini.

"Bagaimanapun, bahasa daerah itu menyimpan khazanah kebudayan dan ilmu pengetahuan yang mungkin tidak bisa diekspresikan dalam bahasa yang lain. Ada rasa dalam bahasa daerah itu yang tidak akan terungkap dalam bahasa lain. Ini yang tetap ingin kita pertahankan," ucapnya.

Adapun 97 bahasa daerah yang direvitalisasi per 2024 berangkat dari pilihan masyarakat penuturnya. Ia mengatakan, sejumlah masyarakat juga menilai bahasa daerahnya tidak perlu direvitalisasi karena penuturnya yang tinggal sedikit.

"Tinggal beberapa puluh orang. Jadi daripada mereka bersusah payah, dan mereka juga bermigrasi ke kota, ya sudah 'kami menggunakan bahasa lain saja'," tuturnya menirukan tanggapan penutur tersebut.

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI)

Neng Syelfi OktoraNeng Syelfi Oktora, siswa berprestasi pelantun pupuh Sunda. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Sasaran revitalisasi bahasa daerah sendiri yakni anak muda, mengingat harapan masa hidup penutur muda lebih panjang daripada penutur yang lebih tua.

Upaya pelestarian dan menghidupkan kembali bahasa daerah bahasa daerah oleh generasi muda salah satunya dilakukan lewat Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Para partisipan festival dan lomba di FTBI dari kalangan pelajar, pegiat sastra dan bahasa, serta warga diajak aktif menuturkan bahasa daerah dan mempelajarinya lewat cara-cara yang menyenangkan, seperti lomba, pertunjukan, dan permainan.

Berdasarkan catatan Badan Bahasa , 25.898 penampil FTBI menarik 12,49 juta penonton. Salah satunya yakni Neng Syelfi Oktora, penampil pupuh Sunda yang kini baru menginjak kelas 8 SMP Cikajang, Garut Jawa Barat.

Pupuh Sunda adalah karya sastra Sunda yang digabungkan dengan lagu Sunda. Pada FTBI 2021, Syelfi menjadi pemenang kejuaraan di bidang ini. Ia saat itu baru menginjak kelas 5 SDN Sukahurip 2.




(twu/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads