8 Megatsunami Terbesar dalam Sejarah Berdasarkan Tinggi Gelombang, Bukan di Greenland

ADVERTISEMENT

8 Megatsunami Terbesar dalam Sejarah Berdasarkan Tinggi Gelombang, Bukan di Greenland

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 05 Des 2024 10:00 WIB
Tsunami Paling Merusak
Lituya Bay 1958. Foto: Geologyscience
Jakarta -

Megatsunami Greenland dengan gelombang setinggi 200 meter menghantam wilayah Greenland Timur pada September 2023 lalu. Kekuatannya memicu getaran setiap 90 detik selama 9 hari.

Berdasarkan hasil investigasi peneliti yang dipublikasi di jurnal Science pada 12 September 2024, gelombang megatsunami tersebut dipicu longsor besar di fyord Greenland. Longsor tersebut diduga terjadi saat gletser yang menopang pegunungan Greenland mencair. Biang keladinya yakni perubahan iklim.

Kendati mencapai hampir 7 kali tinggi tsunami Aceh, megatsunami Greenland sendiri bukan gelombang tsunami tertinggi dalam sejarah. Lantas, apa saja megatsunami terbesar yang diketahui saat ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan Tsunami dan Megatsunami

Tsunami dan megatsunami sama-sama gelombang laut. Sementara itu, berikut sejumlah perbedaannya menurut peneliti James Goff dan rekan-rekan di jurnal Marine Biology dan Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA):

  • Tinggi gelombang megatsunami besar dari 100 meter, atau amplitudo lebih besar dari 50 meter di sumbernya.
  • Megatsunami cenderung tidak terjadi karena pecahan patahan bawah laut.
  • Megatsunami dapat terjadi karena aktivitas gunung api yang sangat dahsyat, runtuhnya tebing pulau pinggir samudra, dan gempa Bumi bawah laut.
  • Tsunami dapat terjadi karena gempa Bumi di lempeng tektonik, tanah longsor, letusan gunung api, cuaca buruk, dan tabrakan/ledakan asteroid/komet di atas laut.

Megatsunami Terbesar dalam Sejarah

Megatsunami Lituya Bay 1958

Gelombang megatsunami Lituya Bay, Teluk Alaska, pada Juli 1958 mencapai ketinggian 524 meter. Bukti kerusakan di sekitar teluk masih dapat terlihat dari luar angkasa lebih dari 60 tahun kemudian, dikutip dari laman Earth Observatory NASA.

ADVERTISEMENT

Tsunami Lituya Bay terjadi akibat gempa Bumi terjadi di Sesar Fairweather di dekatnya. Alhasil, sekitar 90 juta ton bebatuan puncak gunung setempat terlepas dari tebing dengan ketinggian 609 meter, longsor ke teluk, memicu gelombang yang sangat tinggi.

Berdasarkan laporan saksi mata, saat megatsunami Lituya Bay berlangsung, terjadi guncangan hebat beberapa menit dan ledakan besar. Gletser yang hancur membubung ratusan meter di udara. Tiga orang di pesisir Pulau Khantaak dan sepasang suami-istri di teluk tewas dan jutaan pohon rusak.

Megatsunami Ambon 1674

Peneliti Ignatius Ryan Pranantyo dan Phil Cummins dalam jurnal Pure and Applied Geophysics (2020) melaporkan bencana megatsunami Ambon pernah terjadi pada 1674. Ketinggian gelombang megatsunami Ambon mencapai 100 meter.

Ryan dan Cummins memperkirakan, bencana yang menewaskan lebih dari 2.300 jiwa tersebut terjadi akibat tanah longsor di pantai yang dipicu gempa Bumi. Perkiraan ini berdasarkan model tsunami dua lapis yang menunjukkan dampak longsor bawah laut bervolume 1 km kubik di kawasan lepas pantai utara Ambon, antara Seith dan Hila.

Megatsunami Karrat Fjord Greenland 2017

Megatsunami Karrat Fjord di Greenland terjadi pada 17 Juni 2017. Saat itu, blok besar gunung es di tepi fjord Karrat runtuh. Blok seberat sekitar 10 juta ton itu lepas dari dinding tebing es yang curam ke air di bawahnya, menciptakan gelombang setinggi lebih dari 90 meter.

Peneliti A Tafuni dan rekan-rekan dalam jurnal Environmental Science & Technology (2022) menyorot perubahan iklim juga berperan dalam peristiwa megatsunami tersebut. Perubahan iklim mempercepat pergerakan es hingga runtuhnya gletser.

Megatsunami Lituya Bay Alaska 1936

Tanah longsor memicu megatsunami setinggi 147 meter di Lituya Bay Alaska pada 1936. Kendati jarak genangannya saja mencapai 609 meter, empat orang saksi mata di Teluk Lituya dilaporkan selamat.

Megatsunami Icy Bay Alaska 2015

Sedikitnya 180 juta ton batu longsor ke Taan Fiord, Icy Bay, Alaska pada 17 Oktober 2015. Longsor ini memicu gelombang setinggi 193 meter yang menghancurkan hutan seluas 20 km persegi di Taman Nasional dan Cagar Alam Wrangel St Elias, seperti dikutip dari laman National Park Service AS.

Megatsunami Vajont Dam 1963

Megatsunami Bendungan Vajont, Italia 1963 terjadi karena puncak gunung Monte Toc longsor. Monte Toc dikenal tidak stabil secara geologis, khususnya untuk menjadi tempat yang dekat dengan bendungan.

Warga melaporkan bahwa Monte Toc sudah pernah longsor kecil dua tahun sebelumnya. Namun, Pemerintah Italia saat itu mengabaikan kekhawatiran warga. Bendungan Vajont di dekatnya diisi dengan air yang jauh dari batas keselamatan.

Saat Monte Toc longsor, 260 juta meter kubik batu jatuh ke Bendungan Vajont yang saat itu termasuk salah satu bendungan terbesar di dunia. Longsor batu tersebut mengakibatkan gelombang air setinggi 235 meter dan volume 50 juta meter kubik. Beberapa desa dan kota hancur, dan 1.910 orang tewas.

Megatsunami Mount St Helens Washington

Letusan Gunung St Helens, Washington, AS pada 1980 memicu batu dan tanah longsor, jatuh dari puncak ke danau di kaki gunung. Akibatnya, terjadi gelombang air setinggi 260 meter.

Megatsunami Lituya Bay 1853-1854

Sekitar tahun 1853-1854, gelombang laut setinggi 120 meter terjadi akibat longsor batu ke teluk. Megatsunami ini menggenang hingga 230 meter ke daratan.




(twu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads