- Pengertian Komunikasi Persuasif
- Contoh Metode Komunikasi Persuasif 1. Penanaman Nilai-Nilai oleh Orang Tua 2. Kampanye Pemilihan 3. Pemasaran 4. Memberikan Motivasi Gaya Hidup Sehat 5. Kampanye Iklan Anti Rokok
- Strategi Komunikasi Persuasif 1. Etos (Kredibilitas Pembicara) Kompetensi Kepercayaan Dinamisme 2. Logos (Penalaran dan Logika) 3. Pathos (Daya Tarik Emosional)
Komunikasi persuasif adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar tindakan atau perilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
Proses ini melibatkan penyampaian pesan yang dapat mengubah, memperkuat, atau membentuk sikap, kepercayaan, dan perilaku seseorang. Tujuan dari digunakannya cara ini adalah agar lawan bicara setuju atau sependapat dengan pesan yang disampaikan tanpa adanya paksaan.
Apa itu komunikasi persuasif?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Komunikasi Persuasif
Menurut Muhammad Ihsan Solihin dalam Strategi Komunikasi Persuasif dalam Berdakwah pada Pengurus Komunitas Punk Hijrah di Bandar Lampung, komunikasi persuasif adalah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengubah pendapat, sikap, dan perilaku mereka agar sesuai dengan harapan komunikator.
Istilah "persuasi" berasal dari kata Latin persuasio yang berarti membujuk atau mengajak. Seorang persuader dianggap berhasil jika ia mampu mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain melalui penjelasan yang memaparkan alasan-alasan serta manfaat dari suatu produk atau situasi.
Contoh Metode Komunikasi Persuasif
Berikut contoh metode komunikasi persuasif, antara lain:
1. Penanaman Nilai-Nilai oleh Orang Tua
Orang tua menggunakan komunikasi persuasif untuk mengajarkan nilai moral dan karakter yang unggul pada anak-anak, seperti kejujuran dan kerja keras.
2. Kampanye Pemilihan
Calon pemimpin menggunakan komunikasi persuasif untuk meyakinkan pemilih agar memilih mereka dengan menyampaikan misi, visi, dan janji-janji yang menarik.
3. Pemasaran
Pemasaran menggunakan metode ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang ditawarkan lebih unggul dan berkualitas. Ini terlihat pada iklan dan promosi yang mereka buat.
4. Memberikan Motivasi Gaya Hidup Sehat
Pembicara memberikan motivasi dengan memberikan pengalaman pribadi untuk mengajak audiens mengubah kebiasaan hidup sehat. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk memberitahukan bahwa perubahan yang dirasakan bermanfaat bagi kesehatan.
5. Kampanye Iklan Anti Rokok
Iklan anti rokok menggunakan gambar grafis dampak buruk rokok pada kesehatan untuk membangkitkan rasa takut dan mendorong orang untuk berhenti merokok.
Strategi Komunikasi Persuasif
Menurut laman University of Minnesota, strategi komunikasi persuasif yang efektif dapat dibangun melalui tiga elemen utama, yaitu ethos, logos, dan pathos. Ketiga hal ini merupakan aspek penting untuk meyakinkan audiens agar menerima pesan atau melakukan tindakan yang diinginkan.
1. Etos (Kredibilitas Pembicara)
Kompetensi
Pembicara harus menunjukkan keahlian dan pengetahuan yang mendalam tentang topik yang dibahas. Ini dapat dilakukan dengan menyampaikan informasi yang didasarkan pada penelitian yang valid dan terorganisasi dengan baik.
Kepercayaan
Pembicara perlu membangun kepercayaan dengan audiens melalui penyampaian informasi yang jujur dan tidak manipulatif, seperti mengutip sumber yang kredibel serta menyampaikan pesan secara seimbang dan adil.
Dinamisme
Pembicara yang bersemangat dan memiliki karisma dapat lebih menarik perhatian audiens. Karisma sulit dikembangkan, tetapi energi dan antusiasme dapat dipelajari dan digunakan untuk memperkuat daya tarik pembicara.
2. Logos (Penalaran dan Logika)
Pembicara harus menyampaikan argumen yang rasional dan logis sera didukung oleh bukti yang kredibel, seperti statistik, penelitian, dan kesaksian ahli.
Menggunakan materi pendukung yang valid dan memaparkan kedua sisi argumen serta membantah argumen tandingan dapat meningkatkan efektivitas persuasif pesan.
Argumen yang disusun dengan jelas dan spesifik serta menghindari bias akan lebih meyakinkan audiens.
3. Pathos (Daya Tarik Emosional)
Menggunakan emosi untuk melibatkan audiens dapat menciptakan ketertiban yang lebih mendalam. Pembicara dapat mengajak audiens dengan bahasa yang lebih hidup, cerita pribadi, atau gambaran emosional yang kuat.
Membangkitkan emosi, seperti empati atau kemarahan dapat memotivasi audiens untuk bertindak.
Pembicara dapat menggunakan variasi vokal, irama, dan pengulangan sehingga lebih efektif dalam menyampaikan pesan yang lebih emosional dan kuat.
Mudahkan strateginya. Yuk cobain cara sederhana ini agar komunikasi persuasif kamu lebih berhasil !
(pal/pal)