Hari Guru Nasional diperingati setiap 25 November. Peringatan ini merupakan sekaligus Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Pada 25 November 1945 PGRI saat Kongres Guru Indonesia (Kongres Guru 1) diselenggarakan di Kota Surakarta. Kongres tersebut digagas para guru, dosen, tenaga kependidikan, pensiunan guru, juga pegawai Kementerian Pendidikan dan Pengajaran yang baru didirikan.
Lantas pada 1994, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Nomor 78 tahun 1994 yang menetapkan tanggal lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional. Dijelaskan dalam buku Guru: Sang pejuang NKRI oleh Muhammad Divha, penetapan itu adalah pengakuan Pemerintah dan negara bahwa perjuangan PGRI merupakan perjuangan yang keras, sungguh-sungguh, sistematis, dan komprehensif untuk seluruh guru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk memeriahkan Hari Guru Nasional, berikut ini sejumlah puisi Hari Guru Nasional yang bisa detikers berikan ke guru tersayang, dikutip dari berbagai sumber dan detikSulsel.
Puisi Hari Guru Nasional
1. Puisi 1
Karya: I Kadek Agus Suandika dalam buku Untukmu Guru (Kumpulan Puisi)
Guruku
Ketika mentari pagi
Bersinar terang
Kubergegas tuk ke sekolah
Demi mendapatkan ilmu
Guruku
Kau pengantarku menuju kesuksesan
Kau yang memberiku ilmu
Kau pemberi motivasiku
Kau yang selalu membimbingku
Guruku
Tanpamu aku tak bisa apa
Hanya terima kasih yang terucap
Atas semua jasamu yang mulia
Kaulah pahlawanku
2. Puisi 2
Karya: I Kadek Agus Suandika dalam buku Untukmu Guru (Kumpulan Puisi)
Dari Seorang Guru kepada Muridnya
Anakku..
Pandanglah laut lepas
Jika ingin kau cari hakekat hidup
Sebab ombaknya adalah gelombang kehidupan
Yang menghempas nafsu dalam benih di atas pasir
Dan menggemburkan norma dalam karang
Sedang teduhnya adalah kasih sayang
Yang tersembunyi di balik hempasannya
Yang tertulis dalam butir-butir mutiara hati
Anakku..
Pandanglah matahari
Jika kau ingin cari arti pengorbanan
Sebab cahayanya adalah pelita
Yang tanpa tanda jasa
Dan hangatnya adalah hangat nafas perjuangan
Anakku..
Jika kau ingin mencari makna kesetiaan
Pandanglah rembulan
Sebab purnama adalah pelita malam
Dari romantika sejuta asa
Tetapi anakku..
Pandanglah..
Kumohon lihatlah..
Siapa pencipta laut
Siapa pencipta matahari
Dan siapa pencipta rembulan
Carilah dan dia akan datang
Dalam keagungan-Nya
3. Puisi 3
Karya: KH A Mustofa Bisri (Gus Mus)
Guruku
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?
4. Puisi 4
Karya: Kahlil Gibran
Guru
Barangsiapa mau menjadi guru
Biarlah dia memulai mengajar dirinya sendiri
Sebelum mengajar orang lain
Dan biarkan pula dia mengajar dengan teladan
Sebelum mengajar dengan kata-kata
Sebab, mereka yang mengajar dirinya sendiri
Dengan membenarkan perbuatan-perbuatan sendiri
Lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
Daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
Dan membenarkan perbuatan-perbuatan orang lain
5. Puisi 5
Karya: Chairil Anwar
Bintang
Aku mencintai kelasmu
Kamu membantuku 'tuk melihat
Bahwa untuk hidup bahagia
Belajar adalah kuncinya
Kamu memahami muridmu
Kamu perhatian dan pandai
Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, kamu adalah bintang
6. Puisi 6
Karya: Zaniza
Sang Pengabdi
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kau tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih ilahi
Ilmu kau beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti
7. Puisi 7
Karya: Iroh Rohmawati
Sebatang Kapur
Deretan deretan bangku tanpa kedua kaki tetap berdiri meski tidak mampu berdiri tegak
Suara lantang terus kau keluarkan sampai mengusir tikus tikus kemalasan di otak kami
Tanpa mengenal lelah kau terus mendidik kami
Meski keringat bercucuran dan gaji tak seberapa dibandingkan gaji para aparatur aparatur negara yang tidak adil
Guru...
Nama yang akan selalu dikenang sepanjang masa
Dengan kelincahan menarikan sebatang kapur di atas papan tulis yang mulai mengantuk
Dan terus mendidik hingga kami mendapatkan arti pentingnya kehidupan
8. Puisi 8
Karya: Rizqi Γinunhayati dalam buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional yang disusun oleh Vania Kharizma Satriawan, dkk.
Doa Tulus Suci
Guruku, pembuka cakrawala dunia
Engkau amat mulia
Kau ajarkanku tentang banyak hal
Engkau panutanku wahai guruku
Hadirmu bak tetes air hujan di keringnya raga
Hadirmu bak pelita gelapnya relung jiwa
Hadirmu bak pelangi indah berseri
Guru
Tiada hari tanpa asupan nutrisi ilmu darimu
Walau kini kutahu
Kau tengah berjuang dengan harapan pasti
Berkali-kali tusukan cinta kau terima dengan senang hati
Kau terjang panasnya radiasi
Dahaga sudah lah jangan ditanya lagi
Sakit tiada lagi kau rasa demi mewarnai hari kami
Guru
Jasamu terpatri dalam sanubari
Terngiang dalam ingatan pasti
Derap langkahmu panutan arah ini
Teruslah terbang menyinari dunia kami
Doa kami selalu mengiringi
Semoga sang Ilahi senantiasa memberkahi
9. Puisi 9
Karya: Yoga Permana Wijaya
Bersamamu, Guruku
Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku
Aku bisa merangkul mimpi seluas itu
Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu
Itulah tinggi, luas dan bertanya jasa yang kau terima
Berkatmu. Ku Menatap, ku memandang, ku melihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku.
10. Puisi 10
Karya: Saraswitha Shinta Hapsari
Jasamu Tak Terbalas
Ketika ilmuku gelap gulita
Engkaulah pelitanya
Ketika ilmuku butuh cahaya
Engkaulah penerangnya
Kau bagi ilmu
Menerangi otakku
Seolah engkau berkata
"Rajinlah belajar muridku.. Agar kau sukses nantinya.."
Batinmu...
Padamu guru-guruku
Aku haturkan rasa hormatku
Untukmu guru-guruku
Aku ucapkan terima kasih
Atas ilmu yg telah kau bagi pada murid-muridmu
Jasamu tak kan pernah terbalas
Selamat hari pahlawan..
Untukmu pahlawan tanpa tanda jasa
Terima kasihku...
Karna tanpamu
Aku terjatuh di alam kebodohan
Itulah beberapa puisi Hari Guru Nasional yang bisa detikers gunakan untuk memeriahkan peringatan ini pada 25 November 2024.
(nah/nwk)