10 Puisi Hari Guru Nasional, Bisa Diberikan ke Guru Kesayangan

ADVERTISEMENT

10 Puisi Hari Guru Nasional, Bisa Diberikan ke Guru Kesayangan

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 21 Nov 2024 10:00 WIB
Surat Hari Guru
Ilustrasi Hari Guru Nasional. Foto: Getty Images/Alex Liew
Jakarta -

Hari Guru Nasional diperingati setiap 25 November. Peringatan ini merupakan sekaligus Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Pada 25 November 1945 PGRI saat Kongres Guru Indonesia (Kongres Guru 1) diselenggarakan di Kota Surakarta. Kongres tersebut digagas para guru, dosen, tenaga kependidikan, pensiunan guru, juga pegawai Kementerian Pendidikan dan Pengajaran yang baru didirikan.

Lantas pada 1994, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Nomor 78 tahun 1994 yang menetapkan tanggal lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional. Dijelaskan dalam buku Guru: Sang pejuang NKRI oleh Muhammad Divha, penetapan itu adalah pengakuan Pemerintah dan negara bahwa perjuangan PGRI merupakan perjuangan yang keras, sungguh-sungguh, sistematis, dan komprehensif untuk seluruh guru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memeriahkan Hari Guru Nasional, berikut ini sejumlah puisi Hari Guru Nasional yang bisa detikers berikan ke guru tersayang, dikutip dari berbagai sumber dan detikSulsel.

Puisi Hari Guru Nasional

1. Puisi 1

Karya: I Kadek Agus Suandika dalam buku Untukmu Guru (Kumpulan Puisi)

ADVERTISEMENT

Guruku

Ketika mentari pagi

Bersinar terang

Kubergegas tuk ke sekolah

Demi mendapatkan ilmu


Guruku

Kau pengantarku menuju kesuksesan

Kau yang memberiku ilmu

Kau pemberi motivasiku

Kau yang selalu membimbingku


Guruku

Tanpamu aku tak bisa apa

Hanya terima kasih yang terucap

Atas semua jasamu yang mulia

Kaulah pahlawanku

2. Puisi 2

Karya: I Kadek Agus Suandika dalam buku Untukmu Guru (Kumpulan Puisi)

Dari Seorang Guru kepada Muridnya

Anakku..

Pandanglah laut lepas

Jika ingin kau cari hakekat hidup

Sebab ombaknya adalah gelombang kehidupan

Yang menghempas nafsu dalam benih di atas pasir

Dan menggemburkan norma dalam karang

Sedang teduhnya adalah kasih sayang

Yang tersembunyi di balik hempasannya

Yang tertulis dalam butir-butir mutiara hati


Anakku..

Pandanglah matahari

Jika kau ingin cari arti pengorbanan

Sebab cahayanya adalah pelita

Yang tanpa tanda jasa

Dan hangatnya adalah hangat nafas perjuangan


Anakku..

Jika kau ingin mencari makna kesetiaan

Pandanglah rembulan

Sebab purnama adalah pelita malam

Dari romantika sejuta asa


Tetapi anakku..

Pandanglah..

Kumohon lihatlah..

Siapa pencipta laut

Siapa pencipta matahari

Dan siapa pencipta rembulan

Carilah dan dia akan datang

Dalam keagungan-Nya

3. Puisi 3

Karya: KH A Mustofa Bisri (Gus Mus)

Guruku

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?

4. Puisi 4

Karya: Kahlil Gibran

Guru

Barangsiapa mau menjadi guru
Biarlah dia memulai mengajar dirinya sendiri
Sebelum mengajar orang lain

Dan biarkan pula dia mengajar dengan teladan
Sebelum mengajar dengan kata-kata

Sebab, mereka yang mengajar dirinya sendiri
Dengan membenarkan perbuatan-perbuatan sendiri

Lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
Daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
Dan membenarkan perbuatan-perbuatan orang lain

5. Puisi 5

Karya: Chairil Anwar

Bintang

Aku mencintai kelasmu
Kamu membantuku 'tuk melihat
Bahwa untuk hidup bahagia
Belajar adalah kuncinya
Kamu memahami muridmu
Kamu perhatian dan pandai
Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, kamu adalah bintang

6. Puisi 6

Karya: Zaniza

Sang Pengabdi

Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa

Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen

Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kau tanamkan

Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih ilahi
Ilmu kau beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti

7. Puisi 7

Karya: Iroh Rohmawati

Sebatang Kapur

Deretan deretan bangku tanpa kedua kaki tetap berdiri meski tidak mampu berdiri tegak
Suara lantang terus kau keluarkan sampai mengusir tikus tikus kemalasan di otak kami
Tanpa mengenal lelah kau terus mendidik kami
Meski keringat bercucuran dan gaji tak seberapa dibandingkan gaji para aparatur aparatur negara yang tidak adil
Guru...
Nama yang akan selalu dikenang sepanjang masa
Dengan kelincahan menarikan sebatang kapur di atas papan tulis yang mulai mengantuk
Dan terus mendidik hingga kami mendapatkan arti pentingnya kehidupan

8. Puisi 8

Karya: Rizqi Áinunhayati dalam buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional yang disusun oleh Vania Kharizma Satriawan, dkk.

Doa Tulus Suci

Guruku, pembuka cakrawala dunia

Engkau amat mulia

Kau ajarkanku tentang banyak hal

Engkau panutanku wahai guruku


Hadirmu bak tetes air hujan di keringnya raga

Hadirmu bak pelita gelapnya relung jiwa

Hadirmu bak pelangi indah berseri


Guru

Tiada hari tanpa asupan nutrisi ilmu darimu

Walau kini kutahu

Kau tengah berjuang dengan harapan pasti

Berkali-kali tusukan cinta kau terima dengan senang hati

Kau terjang panasnya radiasi

Dahaga sudah lah jangan ditanya lagi

Sakit tiada lagi kau rasa demi mewarnai hari kami


Guru

Jasamu terpatri dalam sanubari

Terngiang dalam ingatan pasti

Derap langkahmu panutan arah ini

Teruslah terbang menyinari dunia kami

Doa kami selalu mengiringi

Semoga sang Ilahi senantiasa memberkahi

9. Puisi 9

Karya: Yoga Permana Wijaya

Bersamamu, Guruku

Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku
Aku bisa merangkul mimpi seluas itu
Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu
Itulah tinggi, luas dan bertanya jasa yang kau terima
Berkatmu. Ku Menatap, ku memandang, ku melihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku.

10. Puisi 10

Karya: Saraswitha Shinta Hapsari

Jasamu Tak Terbalas

Ketika ilmuku gelap gulita
Engkaulah pelitanya
Ketika ilmuku butuh cahaya
Engkaulah penerangnya
Kau bagi ilmu
Menerangi otakku
Seolah engkau berkata
"Rajinlah belajar muridku.. Agar kau sukses nantinya.."
Batinmu...
Padamu guru-guruku
Aku haturkan rasa hormatku
Untukmu guru-guruku
Aku ucapkan terima kasih
Atas ilmu yg telah kau bagi pada murid-muridmu
Jasamu tak kan pernah terbalas
Selamat hari pahlawan..
Untukmu pahlawan tanpa tanda jasa
Terima kasihku...
Karna tanpamu
Aku terjatuh di alam kebodohan


Itulah beberapa puisi Hari Guru Nasional yang bisa detikers gunakan untuk memeriahkan peringatan ini pada 25 November 2024.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads