Banjir di Kota Jakarta telah menjadi masalah tahunan yang tak kunjung teratasi, meskipun berbagai upaya mitigasi telah dilakukan. Bencana tersebut menjadi tantangan tahunan yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat dan aktivitas ekonomi.
Sebagai kota pusat perekonomian dan pemerintahan, Jakarta menghadapi kerentanan yang terus meningkat akibat intensitas hujan tinggi dan berbagai faktor lainnya. Genangan air yang meluas sering kali melumpuhkan transportasi, merusak infrastruktur, dan mengancam bahkan keselamatan warga.
Lantas, mengapa Jakarta sering kebanjiran?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, banjir di Jakarta tak hanya terjadi pada beberapa tahun belakangan. Bahkan sejarah mencatat, banjir mulai merendam Jakarta sejak abad ke-5.
Menurut buku "Kisah-kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe oleh Zaenudin HM, bukti banjir Jakarta tercatat dalam PRasasti Tugu di Daerah Jakarta Utara. Penyebab banjir di Kerajaan Tarumanegara itu diyakini karena debit hujan yang tinggi dan beberapa sungai meluap.
Hingga abad ke-22, banjir terus menggenang Jakarta hingga mencapai kedalaman 1 meter. Bencana ini merusak jalan sampai melumpuhkan jalur kereta, seperti dilansir dari laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta.
Alasan Jakarta Sering Kebanjiran
Penasaran apa yang membuat Jakarta sering kebanjiran? Berikut penjelasan ilmiahnya:
1. Wilayah Cekungan Banjir
Menurut ahli geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jan Sopaheluwakan, dalam jurnal Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta dari Sudut Pandang Geologi, Geomorfologi, dan Morfometri Sungai oleh Budi Harsoyo, wilayah Jakarta merupakan sebuah cekungan banjir.
Cekungan ini terbentuk dari tanah sedimen muda tebal tetapi belum terkonsolidasi. Akibatnya, tanah di Jakarta perlahan mengalami penurunan. Penurunan permukaan tanah secara alami ini semakin diperparah dengan pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh masyarakat Jakarta.
2. Dataran Banjir
Selain daerah cekungan, Jakarta juga merupakan dataran banjir (flood plain). Dataran banjir adalah daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat terjadi banjir.
Dataran banjir pada umumnya berada di sekitar aliran sungai yang berkelok-kelok atau pada titik pertemuan anak sungai dengan aliran sungai utama. Jakarta sendiri dilalui oleh 13 aliran sungai.
Dari ke-13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta, Sungai Ciliwung merupakan sungai yang paling besar kontribusinya terhadap potensi kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta. Selain Sungai Ciliwung, Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap potensi banjir di wilayah Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan ada tiga penyebab utama banjir di Jakarta.
3. Hujan Lokal
Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam Antara, hujan dengan intensitas tinggi dalam durasi yang lama akan mengisi saluran-saluran air dan daerah cekung. Jika tidak tertampung lagi, air akan meluap hingga menyebabkan banjir.
Drainase kota Jakarta sendiri dirancang untuk curah hujan maksimal 120 mm/hari. Namun bila hujan ekstrem melebihi kapasitas tersebut, dataran akan terendam air bah.
Contohnya pada 1 Januari 2020, curah hujan Jakarta mencapai 377 mm/hari dan merupakan yang tertinggi selama 24 tahun terakhir. Akibatnya, banjir melanda sebagian besar wilayah ibu kota.
4. Banjir Kiriman
Jakarta bisa terendam banjir jika hujan melanda hulu sungai di Jawa Barat dan Banten. Aliran sungai di kedua provinsi itu akan meluap dan mengakibatkan banjir di Jakarta.
5. Banjir Rob
Jakarta juga rentan terkena pasang air laut atau rob. Hal ini biasanya terjadi di wilayah pesisir atau tepi laut Jakarta. Selain karena pasangnya air laut, penurunan muka tanah di utara Jakarta juga memengaruhi meningkatnya banjir akibat rob.
Demikian penjelasan mengapa Jakarta sering kebanjiran. Semoga menambah wawasan, ya!
(nir/pal)