Siap-siap! BMKG Prediksi 4 Wilayah Ini Bakal 'Terpanggang' Tahun Depan

ADVERTISEMENT

Siap-siap! BMKG Prediksi 4 Wilayah Ini Bakal 'Terpanggang' Tahun Depan

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 08 Nov 2024 16:00 WIB
Ilustrasi cuaca panas
Ilustrasi Cuaca Panas. (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi empat wilayah akan 'terpanggang' pada tahun 2025 berdasarkan Pandangan Iklim 2025. Laporan tersebut juga memperkirakan jika suhu di Indonesia tahun depan akan memanas.

"Suhu udara permukaan rata-rata bulanan di wilayah Indonesia mulai dari Januari sampai dengan Desember 2025 diprediksi akan mengalami anomali berkisar antara +0,3 sampai dengan +0,6 Β°C," jelas Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers: Climate Outlook 2025 secara daring (4/11/2024) lalu.

"Artinya ini lebih hangat, lebih panas sebesar 0,3 hingga 0,6 Β°C pada bulan Mei hingga Juli 2025, dengan rata-rata lebih hangatnya ini sebesar 0,4 Β°C," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

4 Wilayah Bakal Terpanggang Tahun Depan

Dwikorita melanjutkan jika naiknya suhu di Tanah Air akan lebih hangat dari normalnya. Sebagai informasi, normalnya adalah rata-rata suhu selama 30 tahun terakhir (1991-2020).

Lebih lanjut, Dwikorita menyebutkan beberapa wilayah yang perlu waspada anomali suhu tinggi. Wilayah-wilayah tersebut berada di:

ADVERTISEMENT

1. Sumatera bagian selatan
2. Jawa
3. Nusa Tenggara Barat (NTB)
4. Nusa Tenggara Timur (NTT)

Menurut Dwikorita, kondisi cuaca ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah Satunya adalah kondisi Samudra Hindia, Pasifik, pengaruh dua benua, dan lainnya.

"Juga ada pengaruh-pengaruh kondisi di ekuator. Misalnya ada gelombang ekuator, MJO, jadi poinnya adalah ini pandangan iklim penting menjadi pegangan untuk menyusun perencanaan satu tahun ke depan," tuturnya.

Alasan Kenaikan Suhu

Dalam kesempatan terpisah, Dwikorita mengungkapkan jika berbagai studi menunjukkan kenaikan suhu global sudah mencapai 1,45 Β°C di atas rata-rata periode pra-industri tahun 1850-1900. Menurutnya hal ini berdampak pada kenaikan muka laut yang terus menerus naik dari dekade ke dekade.

"Jelas tidak berlebihan jika saya menyebut situasi ini sebagai sesuatu yang sangat serius dan juga harus direspons secara serius," kata Dwikorita pada September lalu dalam laman resmi BMKG.

Menurut Dwikorita perubahan iklim mencakup berbagai aspek seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, kenaikan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.

Contohnya adalah kenaikan suhu akibat perubahan iklim seperti yang terjadi di Puncak Jaya, Papua. Luas tutupan salju abadi di ketinggian 4.884 mdpl menyusut hingga 98 persen.




(nir/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads