Plagiarisme merupakan suatu tindakan yang 'haram' hukumnya dalam bidang penulisan dan akademik. Seseorang yang ketahuan plagiarisme harusnya malu karena telah menjiplak karya orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, plagiarisme artinya penjiplakan yang melanggar hak cipta. Sampai saat ini, ada beberapa kasus plagiarisme yang terkenal hingga melibatkan tokoh ternama.
Penasaran dengan kasus-kasus plagiarisme yang terkenal di dunia? Simak pembahasannya dalam artikel ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus Plagiarisme yang Terkenal di Dunia
Ada sejumlah kasus plagiarisme yang terkenal di dunia. Beberapa di antara kasus tersebut melibatkan tokoh ternama.
Mengutip catatan detikEdu dan situs Mental Floss, berikut sejumlah kasus plagiarisme yang terkenal:
1. Pidato I Have a Dream oleh Martin Luther King, Jr
Kasus yang pertama melibatkan Martin Luther King, Jr dalam pidatonya yang fenomenal berjudul I Have a Dream pada 1963. Pidato itu menyampaikan tentang mimpi King terhadap Amerika Serikat yang terbebas dari segregasi dan rasisme.
King juga menganjurkan metode protes tanpa kekerasan dan sosok yang mengorganisir demonstrasi serta boikot di AS. Maka dari itu, King dikenal karena kontribusinya terhadap gerakan hak-hak sipil warga Amerika pada 1960-an.
Namun, beberapa bagian pidato ikoniknya I Have a Dream disebut bersumber dari pidato seorang politisi terkemuka sekaligus rekannya di Chicago, yakni Archibald James Carey, Jr pada 1952.
Akhiran kalimat dalam pidato King dinilai merupakan sebuah hasil improvisasi yang sangat mirip dan membuat sejumlah orang percaya jika ia terinspirasi oleh pidato Carey.
Tak hanya itu, beberapa kasus plagiarisme King juga terbongkar. Salah satunya berkaitan dengan gelar doktor yang diperoleh King.
Komite investigasi yang dibentuk pada 1990 melakukan penyelidikan selama kurang lebih setahun. Hasilnya ditemukan bila King telah melakukan plagiarisme saat menyusun disertasi.
Meski begitu, tim komite investigasi tidak merekomendasikan untuk mencabut gelar doktor untuk Martin Luther King, Jr. Tim komite hanya meminta temuan mereka disisipkan pada salinan resmi disertasi King yang berada di perpustakaan kampus.
Sedikit informasi, Martin Luther King, Jr menerima gelar doktor di bidang teologi sistematika dari Universitas Boston pada 1995. Gelar itu didapatkan melalui disertasi yang membandingkan teolog Paul Tillich dan Henry Nelson Wieman.
2. Paradise Lost karya John Milton
Kasus berikutnya dilakukan oleh seorang sarjana asal Skotlandia yang berpredikat pemalsu terkenal, yakni William Lauder. Pada 1747, ia menghebohkan publik karena menerbitkan beberapa esai di Gentlemen's Magazine.
Esai itu mengklaim jika John Milton telah mencuri puisi berjudul Paradise Lost pada 1667 dari penulis lain. Saat itu, Milton telah meninggal dunia dan dituduh menjiplak karya penyair lain.
Namun, satu fakta berhasil terungkap. Diketahui Lauder memalsukan bukti yang disampaikan di dalam esainya itu karena diduga sakit hati akibat kegagalan dalam karier profesionalnya. Jadi, ia menyisipkan baris-baris dari Paradise Lost ke dalam karya penulis lain.
Hal tersebut membuat banyak sarjana mendukung Lauder. Namun, tidak sedikit juga yang skeptis dan mempelajari puisi lama yang masih ada. Kemudian terungkap bahwa yang sebenarnya curang adalah Lauder, bukan Milton.
Lauder akhirnya melarikan diri ke Barbados, Karibia, agar tidak dihakimi karena telah menyebarkan kebohongan. Ia kemudian meninggal dunia dalam ketidakjelasan.
3. The Lives of Haydn, Mozart, and Metastasio karya Stendhal
Stendhal merupakan seorang penulis asal Prancis yang terkenal dengan bukunya tentang seni dan perjalanan. Buku debut pertamanya berjudul The Lives of Haydn, Mozart, and Metastasio yang dirilis pada 1814.
Lewat buku tersebut, Stendhal dituduh melakukan plagiarisme dari suatu biografi. Hal ini berhasil diungkap seorang kritikus yang diterbitkan ulang di jurnal Modern Language Reviews.
Kritikus itu mengatakan jika Stendhal tidak mengenal kehidupan Haydn dan mengarangnya, atau lebih tepatnya menerjemahkan karya dari biografi berbahasa Italia tentang Haydn. Penulis biografi itu diketahui sebagai Giuseppe Carpanis yang merupakan ahli musik terkemuka di zamannya.
"Masalahnya berbahaya bahkan menggelikan, tulisan ini ia selesaikan dengan plagiarisme... dengan tergesa-gesa ia mengarang karyanya yang luar biasa dengan meminjam secara praktis semuanya tanpa satu kata pengakuan," kata kritikus tersebut dalam tulisannya.
Mengetahui karyanya dikritik, Stendhal tak tinggal diam dan mengambil tindakan dengan menunjukkan bukti bahwa ia tidak salah. Pada akhirnya ia dibebaskan dari tuduhan plagiarisme.
Tindakan tersebut membuat kritikus tadi kembali memberikan komentar. Ia mengatakan jika bukti yang diungkap Stendhal hanyalah buatan semata. Kritikus itu juga mengatakan Stendhal adalah orang yang beruntung hidup di abad yang santai.
4. Roots: The Saga of an American Family oleh Alex Haley
Kasus plagiarisme berikutnya datang dari seorang jurnalis sekaligus penulis buku, yakni Alex Haley. Namanya mulai terkenal setelah menjadi rekan penulis 'as told to' di balik The Autobiography of Malcolm X yang diterbitkan pada 1965.
Nama Haley semakin terkenal setelah ia menulis buku Roots: The Saga of an American Family pada 1976. Buku itu diangkat dari kisah nyata ketika ia menelurusi leluhurnya sendiri yang ternyata kembali ke seorang pria Afrika, Kunta Kinte, yang diperbudak dan dibawa secara paksa ke AS pada abad ke-18.
Lewat karya tersebut, Haley berhasil meraih penghargaan Pulitzer pada 1977. Meski begitu, buku tersebut juga menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan penulis lainnya. Sebab, mereka mempertanyakan kebenaran cerita yang ditulis Haley.
Dalam satu kasus gugatan, seorang penulis bernama Harold Courlander menggugat Haley karena menjiplak novel miliknya berjudul The African yang dirilis pada 1967. Haley akhirnya mengakui bahwa ada tiga paragraf dalam buku Roots yang mengutip dari novel tersebut.
Di pengadilan, pengacara Courlander menyebut sebuah contoh plagiarisme yang dilakukan Haley. Dalam novel The African, orang-orang yang diperbudak memanggil satu sama lain di ladang dengan berkata: "Well, yooo-hooo-ahhooo, don't you hear me calling you?"
Nah, dalam buku Roots yang ditulis Haley, pengacara tersebut menduga jika frasa tersebut muncul hampir sama persis. "The field hands heard a rising, lingering singsong 'Yooo-hooo-ah-hooo, don't you hear me calling you?'."
Demikian empat kasus plagiarisme yang terkenal. Mulai sekarang, hindari plagiarisme karena bisa merugikan dirimu dan juga orang lain.
(ilf/fds)