Mengapa Rasa Takut Terkadang Menyenangkan? Ini Penjelasan Psikologisnya

ADVERTISEMENT

Mengapa Rasa Takut Terkadang Menyenangkan? Ini Penjelasan Psikologisnya

Muhammad Alfathir - detikEdu
Sabtu, 26 Okt 2024 09:00 WIB
Ilustrasi Nonton Film
Foto: Getty Images/iStockphoto/photoschmidt
Jakarta -

Rumah hantu, film horor, dan wahana ekstrem sering kali menjadi pilihan hiburan bagi banyak orang. Perasaan takut yang dihasilkan dari hiburan ini tampaknya justru memberikan rasa senang bagi para penikmatnya.


Menurut America Haunts, masyarakat Amerika Serikat menghabiskan lebih dari USD 500 juta setiap tahun selama perayaan Halloween, hanya untuk mengunjungi rumah hantu. Padahal, dunia sudah cukup menakutkan untuk dihuni di tengah terjadinya pemanasan global, perang, hingga bencana alam. Lantas, mengapa manusia senang mencari ketakutan yang dibuat-buat sebagai hiburan?


Menurut dosen psikologi dari Penn State, Sarah Kollat, terdapat hubungan menarik antara psikologi dan ketakutan yang menjelaskan mengapa manusia senang merasakan rasa takut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Untuk itu, simak penjelasan ahli berikut ini.

Mengapa Rasa Takut Memberikan Kesenangan?

ADVERTISEMENT


Emosi berevolusi sebagai pengalaman universal manusia untuk bertahan hidup. Teori ini menjelaskan bahwa emosi muncul sebagai respons saat manusia dihadapkan dengan tantangan.


Menurut Kollat, manusia kerap kali menciptakan rasa takut di tengah kehidupan yang aman untuk bersiap-siap dalam menghadapi bahaya yang mungkin terjadi. Namun, mengapa rasa takut ini bisa memberikan kesenangan?


Sebuah studi yang diterbitkan oleh Jurnal Emotion pada tahun 2019, menunjukkan bahwa rasa takut yang terkendali dalam konteks rumah hantu memberikan manusia sedikit rangsangan pada otak, dengan lebih sedikit cemas.


Dalam hal ini, saat seseorang merasa terancam atau takut, maka adrenalin dalam tubuh akan meningkat. Perbedaannya, dalam ketakutan yang 'dibuat-buat', orang dapat dengan mudah mengontrol rasa takut, misalnya dengan keluar dari rumah hantu atau mematikan televisi.


Ketakutan yang dapat dikontrol ini, memberikan seseorang perasaan lega setelah merasakan adrenalin yang cukup tinggi. "Tubuh akan melepaskan neurotransmitter dopamin yang memberikan sensasi kesenangan dan kelegaan," ujar Kollat kepada Science Alert.

Respons Tend-and-Befriend


Menikmati film horor atau berkunjung ke rumah hantu secara bersama-sama juga dapat memperkuat ikatan antar individu. Perasaan takut yang dialami secara bersama-sama ini memicu munculnya respons "tend-and-befriend" atau "merawat dan membangun hubungan".


Respons ini muncul ketika seseorang dihadapkan pada situasi menegangkan yang dialami bersama-sama. Alih-alih melawan atau melarikan diri (fight-or-flight), mereka cenderung merawat dan membangun hubungan untuk bertahan dari ancaman.


"Tend-and-befriend" berhubungan erat dengan produksi hormon oksitosin atau disebut juga sebagai 'hormon cinta'. Hormon oksitosin akan meningkat seiring dengan terjadinya respons ini, dan memberikan perasaan emosional berupa perasaan terikat antara satu dengan yang lain.

Manfaat Melatih Ketakutan

Menurut studi yang diterbitkan oleh Personality and Individual Differences pada tahun 2021, orang-orang yang menonton film horor cenderung lebih tangguh secara psikologi dalam menghadapi pandemi COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang tidak menonton film horor.


Para ilmuwan menjelaskan bahwa ketahanan psikologis ini merupakan hasil dari pelatihan rasa takut dan kecemasan yang dipicu oleh film horor. Akibatnya, orang yang gemar menonton film horor secara tidak langsung lebih akrab dengan rasa takut dan dinilai lebih siap dalam menghadapi ketakutan di dunia nyata.


Dengan demikian, melatih rasa takut melalui hiburan ternyata tidak hanya memicu adrenalin, tetapi juga menjadi salah satu teknik bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi ketakutan nyata di dunia.


"Memunculkan emosi positif yang kuat, memperkuat jaringan sosial, dan mempersiapkan diri menghadapi ketakutan terburuk, Anda akan lebih mampu menjalani setiap hari dengan sebaik-baiknya," kata Kollat dikutip dari Science Alert.




(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads