Ibu kota yaman yakni Sanaa, menjadi salah satu wilayah yang diserang oleh Amerika Serikat dengan rudal pada akhir September 2024 lalu. Pusat Komando (CENTCOM) AS menyebut serangan yang dilakukan untuk menyasar Houthi, kelompok bersenjata yang menguasai sebagian wilayah di Yaman.
Laporan Al-Masirah TV menyebut bahwa ada empat serangan di ibu kota Yaman, Sanaa, kemudian tujuh serangan di kota pelabuhan Hodeidah, dan satu serangan di Dhamar, yang ada di selatan Sanaa.
Akibat serangan ini, ibu kota Yaman tersebut pun menjadi sorotan. Ternyata, sejak dulu, Sanaa telah menjadi wilayah penting, terutama bagi negara Yaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana sejarah ibu kota Yaman, Sanaa, pada masa dulu?
Sanaa, Tempat Keberadaan Masjid Tertua Dunia
Ibu kota Yaman, Sanaa terletak di lembah pegunungan dengan ketinggian 2.200 meter, dan telah dihuni selama lebih dari 2.500 tahun. Nama "Sanaa" sendiri memiliki arti sebagai "tempat berbenteng".
Pada abad ke-7 dan ke-8, Sanaa pernah menjadi pusat penyebaran Islam yang ditandai dengan berdirinya 103 masjid di kota tersebut. Salah satunya adalah Masjid Agung Sana'a atau dikenal sebagai Al-Jami al-Kabir bi-Sana.
Masjid Agung Sana'a menjadi salah satu masjid tertua di dunia dan tertua di Yaman. Masjid ini dibangun pada masa awal Islam, fitur arsitektur khas seperti karya plesteran halus, langit-langit kayu, dan pola yang rumit.
Masjid Agung Sana'a juga telah diakui dan dimasukkan ke dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sejarah Sanaa, Ibu Kota Yaman
Menurut laporan yang dikutip dari World Population Review, populasi Sanaa pada 2024 diperkirakan mencapai sekitar 3.407.810 jiwa. Kota ini telah lama dikenal sebagai peradaban tertua, yang dihuni sejak 2.500 tahun lalu.
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat, kota Sanaa didirikan oleh Shem, yakni salah satu dari ketiga putra Nabi Nuh. Sebelum kedatangan Islam, Sanaa diketahui pernah menjadi pusat agama Kristen dan Yahudi yang berkembang di komunitas Arab pada saat itu.
Kemudian pada 632 M, Ali bin Abi Thalib, Khalifah Keempat, datang ke kota Sanaa untuk menyebarkan Islam. Setelah kedatangan Islam, kota ini dikuasai oleh Kekhalifahan Islam sampai abad ke-9, sebagaimana dilansir dari Britannica.
Selama perkembangannya, Sanaa sempat diperebutkan oleh berbagai dinasti, seperti Dinasti Abbasiyah, Dinasti Tahirid, dan kekuatan lokal lainnya, termasuk persaingan antara para pemimpin atau imam, seperti Imamah Zaydi yang berusaha mengendalikan Kota Sanaa.
Persaingan ini berlangsung sampai pada abad ke-16, saat Sanaa dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman. Meskipun kepemimpinan Sanaa masih dipegang oleh para Imam, tetapi pada 1872, pemerintahan kota tersebut berpindah kepada Kekaisaran Ottoman.
Setelah kekalahan Ottoman pada Perang Dunia I, maka Sanaa resmi menjadi ibu kota negara Yaman. Meskipun ibu kota Yaman beberapa kali dipindahkan, tetapi sejak 1990, Sanaa ditetapkan menjadi ibu kota saat Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu.
(faz/faz)