Studi: Siswa Sering Absen-Nilai Rendah Cenderung Alami Masalah Kesehatan Mental

ADVERTISEMENT

Studi: Siswa Sering Absen-Nilai Rendah Cenderung Alami Masalah Kesehatan Mental

Hani Muthmainnah - detikEdu
Jumat, 04 Okt 2024 18:30 WIB
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di SMA Negeri 87, Jakarta, Jumat (8/4/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas siswa 100 persen sejak Kamis (7/4). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Studi menunjukkan, ada hubungan antara siswa sering tidak masuk sekolah serta nilai rendah dengan masalah kesehatan. Sekolah perlu turun tangan. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Jakarta -

Masa praremaja rupanya masa-masa paling sulit dalam masalah kesehatan mental menjelang dewasa. Pada anak laki-laki, wujudnya muncul dalam bentuk perilaku hiperaktivitas, tidak fokus, dan membuat masalah. Sementara itu pada anak perempuan, bentuknya yakni kecemasan dan depresi.

Hasil studi tersebut ditemukan tim Pusat Penelitian Terapan dalam Pendidikan (CARE), University of Southern California (USC) melalui metode skor pemeriksaan kesehatan mental. Peneliti mendapati, ada hubungan antara skor kesehatan mental yang buruk dengan seringnya anak tidak masuk sekolah dan nilai akademik yang rendah.

Hubungan Siswa Absen-Nilai Rendah dan Masalah Mental

Wakil Direktur CARE USC Amie Rapaport dan Profesor Madya Pendidikan USC Morgan Polikof dalam The Conversation mengatakan, siswa yang sering absen dan memiliki nilai rendah cenderung memiliki skor masalah kesehatan mental yang lebih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan, di tengah tahun ajaran, di antara 14 siswa, hanya 1 yang mengalami masalah kesehatan serius. Sedangkan di kalangan siswa yang sering absen, hampir 1 dari 4 siswa mengalami masalah kesehatan mental.

Sementara itu, siswa yang mendapat beberapa nilai C berisiko memiliki skor masalah kesehatan mental tinggi sebanyak 3-4 kali lebih besar daripada siswa yang semua nilainya A dan B.

ADVERTISEMENT

Peneliti mengatakan, skor tinggi pada pemeriksaan kesehatan mental dapat memprediksi jenis diagnosis kesehatan mental tertentu, seperti kecemasan, masalah suasana hati, atau gangguan perilaku. Untuk itu, hasil studi ini dapat memberi wawasan baru tentang hubungan kompleks antara kesehatan mental dan nilai akademik.

Pentingnya Dukungan Sekolah

Dalam menghadapi peningkatan masalah kesehatan mental, sekolah memiliki peran penting dalam memberikan dukungan. Layanan kesehatan mental oleh sekolah, seperti konseling dan penanganan kasus, dapat membantu siswa yang membutuhkan.

Penelitian menunjukkan hampir tiga perempat orang tua yang anaknya menggunakan layanan masalah kesehatan mental dari sekolah merasa puas dan menganggapnya bermanfaat.

"Sayangnya, banyak sekolah yang belum menyediakan dukungan ini, atau dari orang tua juga tidak menyadari gangguan tersebut," ujar Rapaport dan Polikoff.

Menurut penelitian yang dilakukan, 59% orang tua dari kelompok yang berpenghasilan tinggi, melaporkan adanya layanan kesehatan mental di sekolah. Di sisi lain, hanya ditemukan 37% sekolah yang menyediakan layanan kesehatan mental pada kelompok yang berpenghasilan rendah.

Peneliti menegaskan, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan akses layanan kesehatan mental bagi siswa. Sekitar 20% orang tua yang anaknya bersekolah tanpa dukungan kesehatan mental, mengatakan mereka menggunakan layanan tersebut jika ada.

"Hal ini menunjukkan bahwa sekolah perlu menyediakan layanan dan memastikan membantu siswa yang membutuhkannya," tulis peneliti.

Memahami Akar Masalah

Walaupun penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan mental dan hasil akademis, masih banyak hal yang perlu dipahami mengenai faktor pengaruh lainnya. Contohnya, siswa yang mengalami kecemasan mungkin lebih cenderung tidak masuk sekolah. Sedangkan siswa yang izin sakit berisiko mengalami masalah kesehatan mental seiring waktu.

Untuk menangani masalah kesehatan mental yang semakin memburuk di kalangan siswa, para peneliti perlu menyelidiki lebih dalam penyebab masalah ini. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami bagaimana hubungan antara kesehatan mental dan hasil akademis bervariasi di kelompok siswa yang berbeda, seperti tingkat pendapatan dan ras.

Informasi yang diperoleh dapat membantu sekolah dalam merancang penanganan yang lebih efektif dan mendukung kesejahteraan siswa.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads