Uranus dan Neptunus adalah planet terluar tata surya yang dikenal sebagai raksasa es karena kaya akan air. Kedua planet ini kerap menjadi tempat terjadinya badai dahsyat, yang kadang bisa dilihat dari Bumi. Badai apa yang terjadi di Uranus dan Neptunus?
Sebelumnya, ilmuwan sebenarnya memiliki pengetahuan terbatas tentang kedua planet ini. Namun, setelah wahana antariksa Voyager 2 melintasi Uranus dan Neptunus pada 1980-an, ilmuwan menyadari bahwa badai dahsyat (supercharged) sering muncul di kedua planet tersebut setiap beberapa tahun.
Penemuan ini membuat para ilmuwan meneliti fenomena tersebut dan ingin mengetahui penyebab badai dahsyat yang bisa dilihat dari Bumi menggunakan teleskop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unsur yang Bisa Menjadi Penyebab Badai Dahsyat di Uranus dan Neptunus
Mengutip Live Science, diketahui bahwa badai dahsyat di Uranus dan Neptunus tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat para peneliti bertanya-tanya dan kemudian memiliki teori bahwa metana mungkin memegang kunci dalam mengendalikan badai.
Badai di kedua planet tersebut terjadi ketika bagian dalam planet yang hangat mengalami peningkatan suhu saat naik ke permukaan. Gas panas ini akan mendingin saat naik ke permukaan karena suhu planet yang rendah. Proses ini kemudian menyebabkan terjadinya turbulensi dan memicu pembentukan badai.
Dalam sebuah studi pada 2024, para peneliti di Cornell University, menunjukkan bahwa metana adalah molekul ketiga yang paling melimpah, setelah hidrogen dan helium, di atmosfer dalam Uranus dan Neptunus.
Meski umumnya metana hanya melayang di atmosfer, peneliti mengungkap bahwa dalam kondisi tertentu, metana bisa mengubah perpindahan panas di dalam planet.
Cara Kerja Metana
Secara umum, metana biasanya berbentuk gas, tetapi dalam wilayah atmosfer, metana seringkali mengembun dan membentuk tetesan yang jatuh ke ketinggian yang lebih rendah. Tetesan ini akan memanas dan naik ke permukaan seperti halnya siklus air di Bumi.
Ketika atmosfer terlalu jenuh dengan metana, terbentuk lapisan yang stabil. Seperti selimut basah, lapisan yang stabil akan mencegah panas mencapai permukaan. Hal ini mencegah terjadinya pembentukan badai.
Lapisan-lapisan pada umumnya ditemukan di seluruh garis lintang Neptunus, dan di sekitar ekuator dan garis lintang tengah Uranus. Namun, kutub Uranus tidak memiliki cukup metana untuk menciptakan lapisan jenuh yang stabil. Akibatnya, panas dapat dengan mudah naik ke permukaan dan memicu badai yang lebih besar.
Di sisi lain, secara keseluruhan Neptunus memiliki lebih banyak metana. Namun, kadang metana bisa naik dari lapisan stabil dan menyebar di atmosfer, memungkinkan panas bergerak dan memicu badai.
Meski telah menemukan teori mengenai penyebab terjadinya badai, peneliti mengatakan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana semua faktor di atmosfer raksasa es ini berinteraksi.
(faz/faz)