Ini Victoria Woodhull, Wanita Pertama yang Mencalonkan Diri sebagai Presiden AS

ADVERTISEMENT

Ini Victoria Woodhull, Wanita Pertama yang Mencalonkan Diri sebagai Presiden AS

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 23 Sep 2024 19:00 WIB
Kisah hidup Victoria Claflin Woodhull, wanita pertama yang mencalonkan diri di pemilu Amerika Serikat.
Kisah hidup Victoria Claflin Woodhull, wanita pertama yang mencalonkan diri di pemilu Amerika Serikat. Foto: Heritage Images/Hulton Archive/Getty Images via Mental Floss
Jakarta -

Jauh sebelum Hillary Clinton dan Kamala Harris mencalonkan diri sebagai calon presiden Amerika Serikat, ada perempuan pertama yang ikut dalam kontestasi politik itu. Ia adalah Victoria Claflin Woodhull.

Woodhull mencalonkan diri sebagai kandidat ketiga dalam pemilihan umum AS tahun 1872. Meskipun sejarah sebagian besar telah melupakannya karena gagal dalam kontestasi politik itu, Woodhull punya pesonanya sendiri.

Dikutip dari Mental Floss, yuk ketahui perjalanan Woodhull yang menjadi sosok "pertama" dalam bidang bisnis dan politik, sebagai berikut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latar Belakang Keluarga-Menikah

Terlahir dengan nama asli Victoria Claflin, ia adalah anak keenam dari 10 bersaudara. Ia hanya menempuh pendidikan 3 tahun sekolah dasar pada usia antara 8-11 tahun.

Di usianya yang baru 15 tahun, Victoria menikah dengan Canning Woodhull, seorang pria asal New York. Canning diketahui berasa dari keluarga berada.

ADVERTISEMENT

Pernikahan ini membantu Victoria bebas dari keluarganya yang kumuh, tetapi tidak membantu banyak dalam memperbaiki hidupnya. Suaminya ternyata seorang pecandu alkohol dan tukang selingkuh.

Karena beberapa kejadian, Victoria akhirnya menuntut cerai dan melanjutkan hidup. Pada tahun 1866, ia menikah lagi dengan Kolonel James Blood.

Menjadi istri kolonel menumbuhkan spiritualisme, radikalisme politik, dan dukungannya terhadap free love atau bebas mencintai. Woodhull mendefinisikan cinta bebas berkaitan dengan hak-hak wanita daripada pergaulan bebas.

Ia menganjurkan bila wanita bebas menikahi siapa pun yang ia pilih dan bercerai tanpa dampak sosial. Dalam benaknya, pernikahan seharusnya menjadi sistem yang ada di luar lingkup regulasi pemerintah.

Masyarakat seharusnya bisa menolak standar ganda apapun bagi pria dan wanita terkait perselingkuhan. Terkait pernikahannya, diketahui Woodhull dan sang kolonel akhirnya menikah dan bercerai dua kali. Meskipun tidak jelas apakah pernikahan kedua melibatkan hukum.

Pemilik Surat Kabar di New York

Blood yag berpikiran liberal mendorong Woodhull dan saudaranya Tennessee Claflin untuk pindah ke New York bersamanya pada tahun 1868. Hal ini dilakukan untuk mengejar karier.

Di sana mereka bertemu dan memikat jutawan Cornelius Vanderbilt. Saat bertugas sebagai peramal pribadi Vanderbilt, keduanya memperoleh beberapa kiat praktis tentang saham.

Melalui saham juga mereka bangkit dengan kekayaan mencapai US$ 700 ribu. Dengan menggunakan uang tersebut, kakak beradik itu menjadi wanita pertama yang mendirikan dan mengelola firma pialang pada 1870.

Mereka dijuluki sebagai 'ratu keuangan' dan 'pialang yang memikat'. Pada tahun yang sama, mereka juga memiliki surat kabar sendiri bernama Woodhull and Claflin's Weekly.

Surat kabar ini berhaluan kiri yang menyatakan dirinya sebagai "organ pemikiran dan tujuan paling maju di dunia". Media ini diterbitkan kepada 20.000 pelanggan setiap minggu selama enam tahun.

Koran itu radikal dan berani dan menjadi media Woodhull untuk mengumumkan rencananya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat. Ia menyatakan dirinya sebagai calon dari "Partai Politik Kosmo" dan mencatat bila ini harus diratifikasi oleh konvensi nasional.

Pada tahun 1871, Woodhull menjadi wanita pertama yang menyampaikan pidato di hadapan komite kongres Amerika Serikat. Ia membicarakan bila wanita memiliki hak pilih setara dengan lelaki.

Wanita Pertama yang Mencalonkan Diri sebagai Presiden Amerika Serikat

Setelah pengumuman resmi di korannya, ia menggandeng Frederic Douglass seorang aktivis anti perbudakan. Selama berkampanye, Woodhull mengusung platform yang sangat liberal.

Ia menyerukan hak pilih bagi perempuan, regulasi monopoli, nasionalisasi rel kereta api, delapan jam kerja sehari, pajak langsung, penghapusan hukuman mati, dan kesejahteraan bagi kaum miskin.

Sayangnya potensinya untuk menjadi presiden dianggap sangat kecil. Sehingga hampir tidak ada orang seumurannya peduli padanya.

Diketahui ia mencalonkan diri pada usia 34 tahun. Secara teknis umur ini belum sah secara hukum untuk jadi presiden.

Dengan hak pilih universal yang masih sekitar 50 tahun lagi, Woodhull tidak akan dapat memilih dirinya sendiri bahkan dalam keadaan terbaik sekalipun. Namun, pada kenyataannya ia menghabiskan hari pemilihan umum di penjara.

Pada 2 November 1872, koran Woodhull menerbitkan sebuah pengungkapan yang pedas tentang pendeta Brooklyn Henry Ward Beecher. Ia dituduh berselingkuh dengan salah seorang jemaatnya.

Berita ini menimbulkan ketidaksetujuan. Dengan waktu pemilihan umum yang tinggal beberapa hari lagi, Woodhull, Claflin, dan Blood ditangkap atas tuduhan bila artikel Weekly tidak senonoh dan menerbitkan surat kabar cabul.

Setelah hari pemilihan, ketiganya dibebaskan dan benar saja Woodhull kalah dalam pemilihan. Bak jatuh tertimpa tangga, ia juga dikecam publik karena masalah Beecher.

Pada tahun 1877, Woodhull menutup korannya, menceraikan Blood, lalu pindah ke Inggris. Di sana, ia terkenal menjadi wanita pertama yang mencalonkan diri sebagai presiden AS dan menjalani sisa hidupnya hingga menutup mata.




(det/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads